Note :
Maafkan sebelumnya. Mba Santhy Agatha sd saat ini sedang berada di proyek pembukaan pabrik baru cabang kantornya, seharian di sana sampai malam, dan belum ada instalansi internet di pabrik baru yang akan di buka tsb, jadi untuk posting cerita harus benar-benar penuh usaha kalau di sana,
Saya salah satu teman kantor sekaligus readersnya mba Santhy kmrin pas ketemu di kantor pusat dititipin file2 untuk di update di wattpad dan blog karena mba Santhy kepikiran sama readersnya masih banyak cerita yang gantung, segera setelah proyek di pabrik tsb beres, mba santhy janji akan kembali dan mengupdate cerita secara reguler. Mohon maaf dan semoga teman2 sabar menunggu ya
=========================================
“Bagaimana dengan Rolan?” Gabriel bertanya di esok paginya, ketika mereka bangun dan memutuskan menghabiskan pagi mereka dengan menikmati udara pegunungan yang segar.
Selly menghela napas panjang, mengenang Rolan dan kebesaran hatinya yang luar biasa.
“Dia baik-baik saja, dia malahan yang mendorongku supaya mencarimu.”
Gabriel tersenyum tipis, “Selain kebaikan hatinya yang keterlaluan, dia sebenarnya lelaki yang baik.” Mata Gabriel menatap Selly sungguh-sungguh, “Dia sebenarnya sangat mencintaimu, Selly.”
“Aku tahu.” Selly tersenyum sedih, mengingat kembali senyuman lembut Rolan ketika melepaskan kepergiannya, “Aku mungkin telah menyakitinya dengan memilih mencarimu, tetapi Rolan menerimanya dengan baik dan tulus. Dia mengatakan yang penting aku bahagia.” Selly menghela napas panjang, “Meskipun tidak berakhir indah, aku bersyukur dulu telah mencintai dan dicintai oleh Rolan, aku bersyukur dia pernah menjadi cinta sejatiku.
Gabriel menganggukkan kepalanya, lalu mengucapkan apa yang menjadi ganjalan di benaknya, “Aku tidak pernah mengatakan kepadamu bahwa Sabrina adalah adik tiriku, maafkan aku. Tetapi aku ingin kau tahu, bahwa apapun yang Sabrina lakukan, itu dilakukannya karena kemauannya sendiri, bukan karena dorongan dariku.”
Selly menganggukkan kepalanya, tersenyum,. “Aku tahu, Carlos menceritakan semuanya kepadaku.”
Gabriel bergumam sambil mengangkat alisnya,
“Carlos. Di mana dia sekarang?”
Selly menggelengkan kepalanya, Aku tidak tahu, dia menghilang begitu saja, kadang muncul tiba-tiba jika dibutuhkan.”
“Ya, dia memang seperti itu.” Senyum Gabriel melebar, mengingat kembali saat-saat dia masih menjadi sang pemegang kekuatan gelap dan Carlos setia mendampinginya.
Sementara itu, Selly mengamati ekspresi Gabriel yang sedang mengenang, dan tersenyum.
“Aku terpikir untuk mengembalikan kekuatan ini kepadamu, bisakah?.” Selly memeluk erat tubuh Gabriel, mereka duduk bersama di atas ayunan putih nan indah dan besar di halaman belakang rumah Gabriel yang megah itu. Menikmati hembusan udara pagi yang menyegarkan dan kehangatan sinar matahari yang mengintip malu-malu dari balik peraduannya.
Gabriel tersenyum, menggelengkan kepalanya, “Belum pernah ada orang yang mengembalikan kekuatan yang diterimanya Selly... lebih baik jangan kau lakukan.”
Selly mengerutkan keningnya, “Tetapi... tapi aku akan hidup abadi oleh karena kekuatan ini, sedangkan kau...” suara Selly tercekat, “Kau memberikan kekuatanmu kepadaku... sekaligus kehilangan keabadianmu...”
“Siapa bilang aku kehilangan keabadianku?”
Selly terperanjat, menatap bingung ke arah Gabriel, dia menegakkan punggungnya dan menatap lelaki itu, “Apakah... apakah maksudmu kau... masih abadi?”
Gabriel tersenyum, lalu lelaki itu menganggukkan kepalanya. “Aku memberikan 95% kekuatan otakku kepadamu...” Lelaki itu mengulurkan tangannya dan membelai rambut di dahi Selly dengan penuh kasih, “Tetapi masih tersisa kemampuan otak normalku, ditambah lima persen yang lain, lima persen tambahan kemampuan otak pemberianmu. Lima persen itu cukup untuk menjadikanku lebih daripada manusia kebanyakan, termasuk dalam hal keabadian.” Gabriel tersenyum tipis, “Mungkin memang tidak sekuat diriku yang dulu, tetapi aku menikmati diriku yang sekarang.” Lelaki itu mendekatkan dirinya ke arah Selly dan mengecup dahinya, “Aku berpikir lebih baik jika kaulah yang menjadi pemegang kekuatan kegelapan, Selly. Kau perempuan yang baik, berhati bersih, keseimbangan alam akan terjaga di tanganmu... dan aku.. aku akan ada di sebelahmu, mendampingimu melalui semuanya.”
Selly membelalakkan mata, keabadian Gabriel adalah sesuatu yang sama sekali tidak pernah dibayangkannya. Padahal semula dia berniat mengembalikan kekuatan Gabriel kepada lelaki itu, mengembalikan keabadian Gabriel meskipun nanti dia harus menjadi manusia biasa. Atau jika itu tidak bisa dilakukan, Selly berniat memberikan kekuatannya kepada orang lain supaya dia dan Gabriel sama-sama bisa kembali menjadi manusia biasa, hidup bersama selayaknya manusia biasa yang lahir, menjalani hidup, kemudian dijemput kematian.
Tetapi rupanya takdir berkata lain. Takdir telah mempersatukan mereka, begitupun telah menggariskan mereka untuk hidup bersama selamanya.
“Kita akan hidup abadi bersama.” Gabriel tersenyum lembut, “Memang tidak mudah, tetapi asal kita bersama, aku rasa kita akan lebih mudah menjalaninya.” Jemari Gabriel membelai lembut rambut Selly, “Kata orang hidup abadi adalah kutukan jika harus dijalani sendirian. Tetapi akan menjadi anugerah jika dilalui bersama orang yang kau cintai. Aku harap seluruh waktu panjang yang terbentang di antara kita, akan menjadi hamparan anugerah yang terus menerus bagi jiwa kita.”
Selly menganggukkan kepalanya, rasa haru langsung memenuhi benaknya mendengarkan kalimat Gabriel itu. “Aku juga berharap kebahagiaan selalu menyertai kita Gabriel, meskipun sekarang, bisa duduk di sini bersamaku, sudah menjadi anugerah yang luar biasa bagiku.”
Gabriel tersenyum, mengangkat dagu Selly, lalu mengecup bibinya dengan penuh rasa sayang. “Selamanya sayang, kita akan berbahagia selamanya.”
End Og Epilog
“Ada hal-hal kecil yang kadangkala terasa remeh, tetapi ternyata sangat berarti bagi seorang perempuan. Jika kau laki-laki dan ingin memenangkan hati seorang perempuan, belajarlah utuk tidak merusak hal-hal kecil itu.” --Gabriel Del Miguel –
KAMU SEDANG MEMBACA
Another 5%
RomanceBagaimana jika kau bisa mengaktifkan kekuatan otakmu hingga 95% ? Bagaimana jika kau mempunyai kekuatan hampir setara kekuatan Tuhan? Bagaimana jika kehancuran dunia ini ada dalam genggamanmu? dan bagaimana jika pilihannya adalah memiliki kekuatan...