Part 9 . He Is Gamer

913 55 11
                                    

BTS - Coffee

Dira menatap sekelilingnya. Rumah ini benar-benar keren. Seperti rumah orang-orang eropa. Dan warna-warna catnya yang sangat cocok. Dinar suka itu. Coba saja Ibunya masih ada mungkin rumahnya juga pasti bernuansa sama seperti ini.

"Ka Dinar,"seseorang menepuk bahu Dinar.

"Ah, Alisya."Dinar mendesah lega. Ternyata Alisya.

"Kenapa, Kok liatnya sampai segitunya?"tanya Alisya yang penasaran kenapa Dinar sebegitunya menatap rumahnya.

"Tidak,"Dinar menggeleng pelan,
"hanya teringat dengan Ibu-ku yang menyukai rumah bernuansa seperti ini."sambung Dinar dengan menaruh tangan di dadanya.

"Wah, sama dong,"Alisya cukup kaget pernyatan tersebut,"Mama-ku juga menyukai nuansa rumah yang begini. Dan rumah ini segaja dibuat oleh Ayah-ku seperti rumah impian mama-ku, katanya sih supaya Mama-ku nyaman tinggal di sini."tutur Alisya.

Dinar mendegar cerita tersebut merasa hatinya teriris. Keluarga mereka benar-benar bahagia. Dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang. Tidak seperti keluarga Dinar yang dipenuhi oleh rasa dendam.

"Ka Dinar, hello," Alisya melambaikan tangannya tepat di depan wajah Dinar.

"Eh, iya. Maaf tadi ngelamun."

"Okey."

"Yaudah kalo gitu, makasih atas toiletnya."

Alisya menyeritkan dahinya kemudian mengeleng-gelengkan kepalanya. Aneh dengan sikap Dinar. Kenapa sekarang lembut? Perasan kemarin kasar?

"Uh, mungkin dia pemain drama,"gumam Alisya dengan menatap punggung Dinar yang semakin menjauh.

***

Sungguh, menyebalkan. Batin Alfa.

Alfa sedari tadi terus saja mengumpat. Tadi ketika ia asik bercerita dengan Alya. Tiba-tiba saja Arka datang dan mengacaukan obrolannya dengan Alya. Alhasil sekarang dia menjadi kambing conge antara Alya dan Arka.

"Ya, tau gak cewe gue yang baru ini beda. Sumpah beda banget, banget, banget. Cantik, baik, lucu, asik, suaranya merdu miriplah dikit ama lo."cerita Arka kepada Alya.

"Oke, sekarang jadi gue tersingkirkan nihh. Udah gak bakal minta vn gue nyanyi lagi nihh kalo bete di kelas."ujar Alya.

Alya memang memiliki suara yang terbilang bagus. Dan biasanya jika Arka sedang kuliah kemudian dilanda bete, pasti Arka akan meminta Alya mengirimkan vn sedang bernyanyi.

"Kalo itu sih, tetep. Karena gak enaklah nanti gue ganggu dia jam pelajaran. Kalo ganggu lo kan udah biasa setiap saat."Arka mengembangkan senyum. "Kalo gak salah dia seumurah deh sama lo,"

"Jangan bilang satu sekolah sama gue?"Alya curiga waktu Arka mengatarnya ke sekolah, jangan-jangan ia menemukan pacar baru di sana.

"Gak kok, Ya."Arka menepis kecurigaan Alya.

"Pacar lo baru lagi Bang?"tanya Alfa. Lebih baik ikut-ikutan mengobrol dari pada hanya jadi kambing coge.

"Yoi, Fa."

"Gak ada niatan juga buat ikutan punya pacar baru, Fa?"canda Alya.

"Hah, ya enggaklah. Buat apa coba? Di depan mata aja ini masih ada."

"Itu ngegombal apa gimana?"Arka bertanya seakan merasa tidak mengerti dengan kalimat Alfa tadi.

"Lo emang penganggu yah bang,"Keluh Alfa.

"Wah, Alfa Aditama marah."

Alya ikut tertawa mendengarkanya. Wajah Alfa sangat lucu jika sedang marah.

"Sumpah deh Bang lo bener-bener-"Alfa tidak melanjutkan kalimatnya karena ia sudah benar-benar kesal bukan kepala dengan Arka.

"Eh, lama-lam gak gue restuin nih lo pacaran ama adek gue, Fa."ancam Arka.

"Aduh, maaf deh Kak ipar tadi cuma bercanda."

***

Alya menghirup udara segar pagi. Berdoa dalam hati, semoga hari ini tidak berat.

Ratusan mata di koridor sekolah menatap Alya dengan tatapan jijik. Alya menatap penampilanya dari atas hingga bawah. Tidak ada yang salah penampilanya seperti biasa.

Apa yang salah dengannya?

Pertanyaan itu terus saja terulang-ulang di otaknya.

Bisikan demi bisikan semakin banyak terdengar oleh telinganya.

Alya mempercepat langkahnya. Bisikan-bisik itu sungguh membunuh dirinya.

Sama saja.

Bahkan semakin cepat langkahnya berlajan semakin banyak bisikan yang terdengar ke telinganya.

Keadaan di kelas bahkan lebih parah. Semua teman kelasnya sudah menunggu di depan pintu. Raut wajahnya bahkan sama dengan yang di koridor sekolah tadi.

"Akhirnya si muka tembok dateng,"

"Kenapa sih, Nin?"tanya Alya yang bingung dengan apa yang terjadi sekarang ini.

"Nih, baca."perempuan tersebut memberikan ponsel-nya ke Alya.

Alya mengambil dan membacanya.

Alya tercengang. Pantas saja semua orang di sekolah ini menatapnya jijik.

"Itu semua nggak bener."Alya mengucapkan dengan tegas.

"Terus yang bener gimana?"

Alya diam.
Tidak tau dia harus menjawab apa.
Ia benar-benar terpojok sekarang. Padahal dia sendiri tidak tau menahu tentang semua ini.

Bagaimana ini?

"Jawab dong, katanya 'gak bener'?"

***

Part ini untuk menebus ke kangenan para pembaca :'v
Part ini untuk pembaca setia yang selalu stay nungguin author php ini :'v
Cerita ini bakal terus di lanjut.
Walaupun belum 1k.
Makasih yah untuk votenya yang setiap harinya selalu bertambah :'v

Part ini itung-itung hadiah dari w karena 10 hari lagi w ulang tahun :'v yeyyy :V

Ohh iyah mampir dong kek cerita w judulnya "69 days"
http://my.w.tt/UiNb/JNRXuzH3vA

Buat yang pencinta fanfiction mampir yukk cerita temen w taesya_
Judulnya" Sunset in seoul " pollow juga kalo bisa akunnya :V
http://my.w.tt/UiNb/WEBpSnW3vA

INGAT BUDAYAKAN TINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA!!!

Minggu, 05 Februari 2017

He Is GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang