BAB XVIII

39 0 0
                                    

"gue cium beneran lo baru tau rasa"

"cium aja kalo berani"

Tiba-tiba Arsen mendekat ke arah Naisa dan mulai mencium bibir Naisa yang awalnya hanya menempelkan bibirnya tapi lama-kelamaan berubah menjadi ciuman yang lembut tadinya Naisa tidak mau membalas ciuman Arsen tapi sepertinya Arsen menuntun untuk dibalas, ciuman keduanya semakin dalam dan saling melepaskan rasa yang selama ini mereka pendam. Cukup lama merka berciuman, tapi Naisa sudah mulai kewalahan tidak bisa mengimbangi ciuman Arsen, buru-buru Naisa melepaskan ciuman mereka.

"hhhmm Nai maafin gue Nai, gue hilaf Nai" kata Arsen

"hiks hiks Sen lo apain gue, lo kok cium gue sih sen?" jawab Naisa

"gue gak sadar Na, gue....." kalimat Arsen tepotong ketika melihat Naisa menagis

"Sen lo tau ini ciuman pertama gue, dan lo rebut ciuman pertama gue. Nanti suami gue dapat begas lo lagi huaaaa Arsen jahat" kata-kata polos Naisa keluar begitu saja dan itu membuat Arsen ingin tertawa

"udah Na jagang nangis gitu dong, gue kan gak sengaja, lagian lo yang nantang gue, dan lo juga nikmati juga kan buktinya lo membalas ciuman gue" bujuk Arsen

"tapi kan lo ya.... ah sudahlah ya Sen"

"Na lo jangan marah sama gue dong"

"gue kesel tau gak sama lo, lo tuh ya eerrgggghhh"

"tapi lo suka kan?"

"eh mkasud lo?"

Pipi Naisa mulai memerah mendengar omongan Arsen

"awas aja kalo sampe temen-temen kita tau"

"iya Na"

Untul beberapa saat mereka berdua tidak mengeluarkan suara, mereka sibuk dengan fikiran mereka masing-masing dan tidak ada yang berani menegluarkan suara, ada rasa malu dan canggung di antara mereka berdua, sampai suara ketokan pintu membuyarkan lamunan mereka

Tok tok tok tok

"gue masuk ya" kata Brian

"eh masuk aja Bri" jawab Naisa

"Nana bagaimana keadaan lo hhmmm?" tanya Brian Khawatir

"gue gak apa-apa kok Bri cuma kepentok jalan doang"

"tapi Nana, gue tuh khawtir"

"eekkkhhhmmm" Arsen berdehem

"eh eh sorry Cen" Naisa meminta maaf ke Arsen

"oh iya Bri gue titip Naisa, gue mau ke kantin dulu nyari kopi, lo mau titip gak?" tanya Arsen

"gak Bro, gak usah" tolak Brian

Arsen dengan sedikit emosi meninggalkan dua orang yang telah membuatnya marah

"sialan si Brian itu merusak suasana aja, tadi gue kok nekat yah cium Naisa? Hahahha tapi tak apalah" batin Arsen

Seminggu berlalu, Naisa pun di bolehkan pulang ke rumah dengan catatan Naisa tidak boleh terlalu banyak berfikir dan capek. Brian yang di tugaskan oleh orang tua Naisa untuk mengantar jemput Naisa ke kampus. Naisa setuju-setuju saja karena dia masih belum siap kalau mesti berdua denga Arsen.

"Hhmm Bri, nanti sore temani gue ke mall yak"

"iya tuan putri"

"ahahahha lebay lo ah"

"iyalah buat lo apa sih yang enggak Nai"

"iya iya, gue tau kok lo sayang banget sama gue"

"nah itu lo tau, dari dulu gue itu sayang banget sama lo Nai"

"hahahha gue juga sayang kok sama lo Bri"

"hahahha iya ah bawel banget si lo mana suaranya cempreng lagi"

"hahhha lo kayak gak kenal gue aja"

Mereka berdua lagi asiknya ngobrol sampai lupa kalau mereka berdu sudah sampai kampus Naisa

"ya udah ya Bri gue masuk dulu, oh iya jangan lupa nanti sore jemput gue"

"siap tuan putri"

Naisa kemudian masuk dan langsung menuju kelasnya.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul empat sore, Naisa terlihat sangat senang bisa dilihat dari laut wajahnya

"kayaknya ada yang seneng nih" tanya Ara saat melihat sahabatnya itu sibuk memasukkan buku-bukunya kedalam tas

"ya dong, gue mau jalan sama Brian"

"jadi kalian berdua udah jadian?" tanya Ara penasaran

Tanpa Naisa dan Ara sadari mereka di perhatikan oleh Arsen sejak tadi

"apa? Naisa udah jadian sama Brian? Ah sialan" Batin Arsen

"Belun kok Ra" jawab Naisa singkat

"kenapa gak jadian aja sih kalian, lagian gue liat lo sama Brian cocok juga"

"apa-apaan si Ara nyusuh Nais jadian sama Brian gue gak setuju" Arsen membatin lagi

"ya liat ntar aja deh Ra hahhahaha" "oh iya gue duluan yak Brian udah nunggu gue"

"Naisa mau kemana tuh Ra buru-buru amat?" tanya Aji saat melihat Naisa keluar dari kelas mereka

"oh itu dia mau ketemu gebetannya" jawab Ara enteng

"gebetan?" tanya Dimas lagi

"iya, si Brian" tambah Ara

"guys gue duluan ya" Arsen lalu meninggalkan teman-temannya

"wah alamat, kyaknya ada yang cemburu" kata Aji saat melihat Arsen buru-buru keluar dari kelas mereka

Arsen yang terburu-buru langsung merah ponselnya dan menghubungi Naisa, tapi dengan santainya Naisa tidak menjawan telpon dari Arsen karena dia masih malu karena kejadian waktu di rumah sakit.

"aaarrgghh Naisa gak menjawab telponnya lagi" batin Arsen

To Naisa Putri : Na kamu di mana? Kok telpon aku gak di jawab sih?

10 menit gak ada balasan, Naisa sengaja tidak membalas pesan dari Arsen

Ddrrrttt akhirnya setelah setengah jam Naisa pun membalas pesan Arsen

Arsen Aditya : ohh gue lagi jalan sama Brian

Saat Arsen mendapatkan pesan dari Naisa ada rasa sakit yang iya rasakan. Arsen tidak tau mesti apa sekarang dia mau marah tapi dia sadar hubungannya dengan Naisa hanya sebatas teman saja jadi dia tidak punya hak untuk cemburu.

"terimakasih ya Bri hari ini gue seneng banget" kata Naisa saat Brian mengantar Naisa pulang

"sama-sama Princess ku" sambil ngacak-ngack rambut Naisa

"ah gombal lo monyet"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FriendZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang