10. Davina, Help Me.

71 2 0
                                    

Delila POV

Aku sudah bertemu dengan keluarga Dante. Kemarin malam. Dante dan keluarganya mengundangku untuk menghadiri acara makan malam keluarga besar Pascoe. Aku bertemu ayah ibunya, sepupu, termasuk grandma dan grandpa dari pihak nyonya Margareth. Aku disuguhi pemandangan yang begitu indah dengan ruangan besar dan tampak mewah. Kemarin malam adalah hari perdanaku masuk ke rumah keluarga Pascoe. Mereka menyambutku baik, pada awalnya.

#FLASH BACK ON

"Hi, you must be Delila" Sapa seorang perempuan bernama Florence. Dia menyambutku dengan senyum yang menampak deretan gigi putihnya.
Setelah setengah jam perjalanan plus waktu berjam - jam untukku mempersiapkan diri agar Dante tak malu membawaku, akhirnya aku sampai di sebuah rumah berpagar besar dan bergaya eropa pada abad pertengahan itu. Ya, rumah Dante.
Aku mengenakan dress terbaik yang aku punya, tubuhku terbalut dress berbahan brokat berwarna hitam armless. Aku juga menata rambutku dengan baik, membawa sebuah clutch berwarna gold milik mama. Sejak tadi aku sulit bernafas, jantungku terus memompa darah dengan cepat lebih cepat dari biasanya. Aku merasa sangat gugup, tanganku terasa dingin padahal Jakarta tak pernah hujan sudah seminggu ini.
Dante terus menggenggam tanganku, mungkin dia tahu bahwa saat ini aku benar - benar merasa cemas. Dante tak melepaskan genggaman tangannya dari tanganku, setidaknya aku menemukan sedikit kekuatan untuk menopang tubuhku yang terasa lemas ini.
Florence memelukku disusul seorang gadis kecil. Ya dia Sofia, aku bertemu dengannya sekali. Tak lama setelah itu, nyonya Margareth datang bersama Mr. James. Keluarga Dante memang sangat kaya, terlihat dari semua yang mereka kenakan. Mungkin jika ku hitung dengan angka semua yang dikenakan Margareth saat ini bisa menyentuh angka ratusan juta termasuk berlian yang melingkar indah di lehernya.
"Welcome home Delila" Margareth mengarahkan tangannya padaku.
Syukurlah aku disambut baik.Aku kira mereka akan mengusirku, aku kira mereka akan memandangku sebelah mata terlebih karena kekuranganku ini. Semua orang menuju meja makan besar yang terletak diruang tengah rumah megah ini.
Dante menyorongkan sebuah kursi untukku, dia duduk disebelahku. Seorang pelayan berbaju putih menuangkan red wine pada gelas - gelas di hadapan kami. That was really an amazing dinner ever, betul - betul seperti cerita kerajaan eropa dan aku merasa seperti seorang upik abu.
"Bersulang!!!!!" Teriak mereka sembari mengangkat gelas wine masing - masing kecuali Sofia.
Menikmati segelas wine sebagai pembuka makan malam keluarga Pascoe. Tak lama kemudian pelayan membawakan kami appetizer. Bruschetta, aku pernah memakannya sekali saat aku berkunjung pada sebuah restoran Italia. Roti yang di panggang dengan bawang putih dan minyak zaitun plus topping keju mozzarella dan taburan irisan ayam diatasnya membuatku tak sabar ingin menghabisinya. Keluarga Pascoe mungkin biasa memakan makan seperti ini, tapi bagiku ini sangat istimewa. Apalagi saat keju mozarellanya meleleh di lidahku, kegugupanku yang semula seratur persen mulai menurun menjadi sembilan puluh persen. Gak banyak memang tapi, itu sudah bagus.
Selang lima belas menit kemudian, main coursepun datang. Mungkin semuanya sudah di setting dari awal, semuanya pakai waktu. Dan mereka tak ada yang bersikap canggung atau salah tingkah. Tidak sepertiku, aku yang tak biasa dengan makan malam formal seperti ini membuatku seperti seekor itik buruk rupa yang datang pada sebuah pesta mewah.
Seorang pelayan membawa chicken parmigiana, seorang lainnya membawa lasagna. Lalu seorang lagi membawaTortellini. Aku sampai bingung, mana dulu yang harus aku habiskan. Saat mereka sibuk membahas bisnin keluarga termasuk Dante, aku sibuk memilih dan memilah makanan mana dulu yang akan ku habiskan. Chicken Parmigiana, hidangan ayam ini sungguh memnggugah seleraku. Lasagna, aku tak bisa membayangkan beberapa lembar lasagna dan tumpukan daging itu menjadi satu di mulutku, deliciousaaa. Lalu, Totellini. Aku akan menghabiskannya satu persatu. Dante hanya bisa tersenyum melihatku yang terlihat seperti orang yang belum makan tiga hari.
"Kamu laper?" Bisik Dante.
"Enggak. Tapi laperrr banget" Balasku menyeringai.
"All you can eat sayang. Forget about diet, okay?" Dante mengelus pelan kepalaku.
Main course dan dessert datang hanya dengan jarak 20 menit saja. Panna cotta dan tiramisu menjadi hidangan penutup makan malam kali ini. Panna cotta terbuat dari krim, susu, gula, sekaligus campuran gelatin. Disajikan dingin dengan pelengkapnya ceri dan saus cokelat. Aku yakin besok timbangan badanku akan bergerak ke kanan secara signifikan. Tak lupa aku juga meraih tiramisu di hadapanku, perpaduan dari berlapis dengan campuran kuning telur, putih telur, gula dan keju mascarpone, dibumbui dengan bubuk coklat. Oh my God, aku lupa jika saat ini aku sedang berada di tengah - tengah keluarga Pascoe. Aku harus jaga sikap dan harus terlihat anggun terutama didepan Mr. James dan Mrs. Margareth.
"Attention please!!!" Mrs. Margareth membuka suaranya dan semua perhatian tertuju pada wanita itu.
"Thank you for coming. Aku sangat senang karena kita bisa berkumpul dalam acara makan malam ini. Terimakasih mama, papa, sepupu Derrick, Edward, Edgar, dan yang lain yang tak bisa ku sebutkan satu persatu. Aku mengundang kalian semua datang karena aku ingin mengumumkan hal penting berhubung kita semua sama - sama sibuk dan jarang memiliki waktu luang, jadi aku fikir inilah saatnya. Keluarga kami, James Pascoe hanya memiliki satu putra dan satu putri. Seperti yang kalian tahu, putriku Florence sudah menikah dan memiliki seorang putri cantik bernama Sofia Charlotte Ellenore. Tinggalah Marchello Dante Pascoe yang belum menikah. Aku ingin mengumumkan soal pertunangan putra satu - satunya kami yang akan diselenggarakan bulan depan. Aku harap kejadian kalian, Dante akan bertunangan dengan seorang wanita bernama Vanessa Danuatmaja" Ujar Mrs. margareth bersemangat.

I Love You, Just The Way You Are. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang