Bring It On (4) : Closer

198 16 5
                                    

"Baiklah, aku akan memberitahu kalian sekarang" kata guru Im sambil tersenyum lebar. Guru Im lalu mengeluarkan sebuah poster bergambar seorang pria bertuliskan 'Audisi SMent 2016 Seoul'. Semua murid terkejut melihat poster itu terkecuali Rida yang hanya memasang wajah datar. "Daebak" ucap Sari terkejut.

"Mwoya, SM adalah ibuku, Seo Min, Yoon Seo Min" kata Rida tidak terima dengan nada datar. "Yak, bukan cuma ibumu saja!!!, ini adalah Soo Man ahjussi" jelas Chenle pada Rida sambil menunjuk poster itu. "Kudengar, Mark adalah trainee SM" ungkap guru Im. Semua murid melihat kearah Mark. "Ne ssaem" jawab Mark. "Ssaem, aku benar benar menginginkan ini" ucap Sari dengan nada bahagia. "Apa kau akan mendaftarkan kami ssaem?" Tanya Jisung. "Kalian yang akan mendaftar" jawab guru Im.

Semua murid terlihat senang karena SM akan menggelar audisi lagi di Seoul. Karena sudah satu tahun SM tidak menggelar audisi di Seoul. Rida melihat temannya yang sedang senang dengan wajah datarnya. Rida memutarkan bola matanya.

Seseorang tengah mengambil selembar kertas di depan papan pengumuman. Lembaran itu bertuliskan 'identitas peserta Audisi SMent 2016'. Orang yang mengambil itu adalah Sari.

Sari berkumpul bersama temannya di kantin. Sari lalu membagikan lembaran kertas yang sudah ia ambil tadi. Semua tampak sangat senang kecuali Rida yang sembari tadi hanya menempelkan dagunya di meja. Sari memberi kertas itu pada Rida. Rida menggunakan telunjuknya untuk menggeser ke depan Jisung yang ada di samping kirinya. "Hey, kau tidak ikut?" Tanya Jisung karena sikap Rida. Rida hanya menggelengkan kepalanya lalu berdiri dan meninggalkan Chenle, Sari dan Jisung. "Wae geurae? Dia harusnya bersyukur mendapatkan ini" gumam Chenle sambil mencium selembar kertas itu. "Mungkinkah karena ini?" Tanya Jisung sambil menunjukkan tulisan 'dengan izin orang tua'. Karena tidak tahu Chenle dan Sari saling memandang bingung.

***

Rida pov

Aku merasa kesal. Ketika aku kesal aku selalu ke lapangan belakang duduk sambil menunduk disana. Kenapa semua orang senang dengan lembaran itu? Apa hebatnya?

"Hey Moon Rida" seseorang memanggilku. Ketika aku mendongakkan kepalaku, tak kusangka orang itu sudah duduk disampingku. Orang itu duduk sambil tersenyum melihatku. "Sudah lama tidak bertemu" kata orang itu. "Kau ingat aku?" Tambahnya.

Aku hanya melihatnya. "Kau sakit?" Tanyanya sambil memegang dahiku. Aku hanya diam melihatnya. Dia tidak tahu kalau aku ini sebenarnya sedang mengingat ingat. "Aaah Mark" kataku yang membuatnya cukup kaget. "Iyaaa, ku kira kau akan lupa" katanya sambil tertawa. "Ani ani, aku hanya perlu mengingat sebentar" jelasku. "Aku tidak tahu kalau kita akan bertemu lagi di kelas yang sama" ujar Mark. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. "Kau akan ikut audisi?" Tanya Mark. "Tidak" jawabku sambil menggelengkan kepalaku. "Wae?" Tanya Mark lagi. "Aku hanya tidak ingin" jawabku. "Bagaimana rasanya menjadi trainee? Apakah sulit?" Tanyaku karena aku penasaran. "Begitulah. Kau hanya perlu merasakannya dengan sungguh sungguh" jawab Mark. "Begitu" kataku sambil menggerak gerakkan kakiku.

***

*Kriiiing*Kriiing* bel pelajaran kembali berbunyi. Kelas 1-6 kali ini mendapat pelajaran matematika. Semua murid yang ada di kelas terlihat lesu, bahkan Rida sudah tertidur pulas. Waktu juga sudah malam, pukul 08.00.

'Kalian bagi saja dengan x dan hasilnya 26. Maka hasilnya adalah 26x'

Kali ini yang mengajar adalah guru Park. Guru berkacamata tebal, dan cukup gendut. Melihat keadaan muridnya yang lesu, guru Park berkata "hey kalian! Bersemangatlah, kenapa kalian semua sangat lesu?". "Ssaem, apa yang membuat guru sangat semangat?" Tanya Sari. "Aku? Karena guru ingin kalian merasakan apa yang seharusnya kalian rasakan. Kalian bisa saja menjadi artis, yang kalian butuhkan hanyalah bersemangat. Semangat!!!" Jawab guru Park. Guru Park lalu meninggalkan ruang kelas. Semua murid berkemas kemas dan segera pulang. Jisung berjalan keluar membawa tasnya dan menempelkan sticky note di kepala Rida. Jisung berkata kalau ia akan ke perpustakaan dan menyuruh Jaemin menunggu sampai Rida bangun, Jaemin mengiyakan Jisung. Setelah Jisung berlari keluar, Jaemin menggeleng gelengkan kepalanya.

Jaemin pov

Kenapa Jisung harus menyuruhku menunggunya, dia kan teman dekatnya. Huh apa boleh buat aku hanya harus menunggunya. Tidak, tidak aku akan meninggalkan dia saja. Aku pun berjalan keluar kelas, tapi rasanya ada yang harus aku lakukan.

Haruskah aku menunggunya?. Karena tidak ada pilihan lain, aku pun membangunkan Rida yang tertidur di tempat duduknya dengan memanggilnya beberapa kali. Aku sudah mencoba membangunkannya berkali kali, tapi nihil, dia tidak bangun juga. Haruskah aku menggoyang goyangkan dia? Tidak, aku tidak akan mengapa apakan dia. Baiklah aku tunggu saja sampai dia bangun. Aku lalu duduk di bangkuku.

Sudah 15 menit dia tidak bangun juga. Aku sudah mulai lelah, aku pun menendang kursinya pelan, Rida bangun juga. Tapi anehnya semua rambutnya menutupi wajahnya. "Gelap, gelap sekali. Apa aku buta? Bagaimana ini? Seseorang tolong aku" ujarnya sambil menangis dan menggerak gerakan tangan seperti orang buta. Melihatnya aku pun tertawa. Dia sungguh lucu.

Rida pov

Mwoya? Kenapa gelap? Bagaimana ini?. "Gelap, gelap sekali. Apa aku buta? Bagaimana ini? Seseorang tolong aku" kataku karena aku sangat ketakutan.

"Yak!"

Ada suara, artinya ada orang disini. "Kau dimana? Tolong selamatkan aku" kataku sambil menangis. Seseorang membuka rambut yang menutupi seluruh wajahku. Orang itu Jaemin. Kenapa dia disini? Apa yang dilakukannya?

Jaemin pov

"Kau dimana? Tolong selamatkan aku" katanya menangis. Aku pun membenarkan rambutnya yang berantakan. Sekarang semua rambutnya sudah tidak menghalangi wajahnya. Entah kenapa jantungku berdetak sangat cepat.

Author pov

*dug*dug*dug*dug*

Detak jantung mereka sangat cepat, bahkan seirama. Mereka saling memandang, itulah yang membuat detak jantung mereka seirama. "Kenapa detak jantung sangat cepat?" Batin Jaemin. "Apa yang dia lakukan? Kenapa dia terus menatapku?" Bantin Rida.

Jaemin melepas tanganya dari rambut Rida. "Ayo pulang" ujar Jaemin sambil membawa tasnya dan keluar meninggalkan Rida. "Yak tunggu" ucap Rida sambil berlari mengejar Jaemin.

Rida berjalan menyusul Jaemin yang ada di depannya. Mereka berjalan dengan rasa canggung yang ada di mereka. "Jaemin-ah" ucap Rida dengan suara lembut. "Mwo?" Tanya Jaemin. "Baegopha" jawab Rida sambil memegang perutnya. "Lalu?" Tanya Jaemin. Rida berdiri di depan Jaemin dan menunjuk ke sebuah warung kecil di pinggir jalan. Jaemin hanya menghela nafasnya dan melihat Rida yang terus memegangi perutnya.

***

Di sebuah warung di pinggir jalan, seorang perempuan sedang makan dengan sangat lahap. Perempuan itu menghabiskan satu paha ayam, karena merasa belum cukup ia mengambil lagi. Perempuan itu adalah Rida. Laki laki yang ada di samping Rida hanya terkagum melihat cara makan Rida yang bisa disebut agresif. Laki laki itu adalah Jaemin. Tulang belulang ayam yang dimakan Rida mulai menggunung. Setelah ayamnya habis, ia meminum soda yang ada di meja. Ia terlihat begitu menikmati makanannya. "Kau benar benar perempuan?" Tanya Jaemin. "Beginilah perempuan yang sebenarnya" jawab Rida membanggakan dirinya. Jaemin lalu berdiri dan membayar totalnya. Rida masih duduk dan meminum sodanya.

***

"Sekarang sudah larut, bis terakhir mungkin sudah lewat, jadi kita pulang naik kereta saja" ajak Jaemin. Jaemin melihat arlojinya yang menunjukkkan pukul 09.00 malam. Karena tak mau ketinggalan kereta, Jaemin mnggandeng tangan Rida dan mengajaknya berlari. Rida hanya mengikuti ajakan Jaemin. Mereka berlari di gelapnya malam yang lumayan sepi. Setelah sampai di stasiun, mereka langsung masuk ke dalam kereta. Kereta lumayan kosong jadi mereka masih bisa duduk. Jaemin dan Rida duduk bersebelahan dan terlihat kelelahan. Jaemin belum juga melepaskan genggaman tangannya pada Rida. Rida juga masih menggenggam erat tangan Jaemin. Perlahan Rida mulai sadar kalau ia dan Jaemin masih bergandengan, "tangan" kata Rida. "Oh mian" ujar Jaemin dengan suara terengah engah. Jaemin lalu melepaskan tangan Rida.

To Be Continued ya...

Gimana? Lanjut?
Vote+komenya

Bring It On!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang