Bring It On (9) : But I Like You

117 12 1
                                        

Author pov

Di sebuah taman di dekat rumah sakit universitas seoul, dua orang remaja sedang berciuman di sebuah ayunan. Tak lama kemudian si laki laki melepaskan ciumannya dengan si perempuan. Wajah mereka kini saling menjauh. Si perempuan menunduk malu.

"Ku dengar kau di casting?" Tanya Jaemin. Rida menganggukkan kepalanya. "Kau ikut?" Tanya Jaemin lagi. "Molla, haruskah aku ikut? Tanya Rida sambil menengok ke arah Jaemin. "Pergilah. Kau pasti akan membutuhkannya" jawab Jaemin sambil membalas tatapan Rida.

"Waah salju. Aku belum pernah melihat salju pertama di luar, dan ini adalah yang pertama kalinya" kata Rida sambil melihat ke langit. Salju kini berjatuhan mengenai kepala Rida.

***

Keesokan harinya

Hari ini adalah hari kematian ibu Rida, jadi hari ini Rida tidak ke sekolah. Rida dan kakaknya sekarang menjamu para tamu yang datang mengucapkan bela sungkawa kepadanya.

Di depan partisi atau tirai hitam, sebuah meja kecil diatur dengan foto almarhum ibunya dan dupa. Rida terus memandangi foto ibunya dari sudut ruangan. Kakannya duduk melipat kaki di sampingnya. Tiba tiba ada seseorang yang datang. Sontak Rida dan kakaknya berdiri dan menyapa orang itu "Annyeonghaseyo" sambil membungkukkan badanya 90°. Rida melihat wajah orang itu, ternyata itu adalah ayahnya. Tapi anehnya ayahnya datang bersama seorang wanita.

"Appa.."

"Silahkan" kata Moonbin sambil menuntunnya di depan dupa. Ayahnya lalu bersujud di depan foto alm istrinya 2 kali. Setelah bersujud, ayahnya lalu membungkukkan badanya 90°.

"Ah apa ini Rida?" Tanya wanita yang datang bersama ayahnya. "Ne, anyeonghaseyo" sapa Rida. "Aku turut berduka" kata wanita itu seraya memberikan sebuah amplop putih ke tangan Rida. "Kamsahamnida. Anda tidak harus memaksa" ucap Rida sambil mengembalikan amplop putih itu ke tangan sang wanita. Ayah Rida mengambil amplop putih dari tangan wanita itu dan memberikannya lagi ke tangan Rida. Ayahnya langsung keluar tanpa memberi salam perpisahan. "Aku pergi dulu" kata wanita itu.

"Nuguya? Apa itu istri baru ayah?" Bisik Moonbin di telinga Rida. "Mungkin" jawab Rida.

*drrrt*drrrt*
Rida lalu mengambil handphonenya di bawah karena bergetar.

"Keluarlah -Mark-"

Setelah membaca pesan itu Rida langsung mengambil mantelnya dan keluar. Rida mencari di sekeliling, tidak juga menemukan Mark. Tiba tiba ada orang yang menutup mata Rida dari belakang. "Nuguya? Mark?" Tanya Rida. Mark lalu membalikkan badan Rida, dan memperlihatkan sebuah kotak.

***

Mark dan Rida makan bersama di sebuah taman yang lumayan ramai. "Bagaimana enak?" Tanya Mark. Rida menganggukkan kepalanya sambil terus memakan makanan kesukaannya, ayam. "Kau lucu sekali" ucap Mark sambil mengelus elus rambut Rida. Mark terus memandang Rida saat makan. Lama kelamaan Rida merasa kalau Mark terus melihat kearahnya, Rida merasa aneh. "Kau tidak makan?" Tanya Rida. Mark menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Rida membalas senyuman Mark.

***

Di sebuah taman disinari cahaya bintang malam hari yang cukup dingin. Rida dan Mark kini duduk bersebelahan.

"Rida-ah"

"Eung?"

"Ani"

Mark seperti akan mengatakan sesuatu pada Rida. Ia seperti gugup sekarang. "Hey malhae!" Kata Rida sambil menyenggol Mark. "Yak hajima" kata Mark sambil tertawa. Rida dan Mark tertawa bersama. Mereka terlihat senang hari ini.

Mark pov

Dia sangat cantik saat tertawa. Haruskah aku mengatakan sekarang? Bagaimana kalau dia menjauhiku seterusnya?

Aku mendangnya sejenak dari samping, memandang matanya. mengumpulkan segala keberanian. Aku memberanikan untuk mendekatkan wajahku dan mencium pipinya.

Rida pov

Aku merasa ada sesuatu yang menempel di pipiku sekejap. Sontak aku membulatkan mataku. Mark? Mark yang menciumku?

Author pov

Mark mencium pipi Rida sekejap. Karena merasa kaget, Rida membulatkan matanya. Rida lalu menatap Mark.

"Mark?!"

"Aku menyukaimu"

Rida membulatkan matanya, mendengar seorang temannya menyukainya. "Aku? Kenapa aku? Aku tidak cantik" tanya Rida.

Rida pov

"Aku? Kenapa aku? Aku tidak cantik" tanyaku.

"Aku tidak menyukai wanita cantik. Mereka hanya mengandalkan kecantikannya bukan sifatnya. Aku lebih menyukai wanita tidak cantik, dia lebih percaya diri dengan sifatnya" kata Mark sambil terus memandangku.

Aku hanya diam menatapnya. Aku tidak menyangka temanku sendiri yang akan menyukaiku. Aku merasa tidak layak menjadi seorang teman.

Aku benar benar tidak ahli dalam berteman. Kenapa? Karena aku membuat temanku menyukaiku.

***

Author pov

Keesokan harinya

Rida terlihat berjalan mengendap endap memasuki sekolahnya. Sesekali ia bersembunyi di belakang pintu dan membalikkan badannya. Entah kenapa dia hari ini. Setelah berjalan cukup lama, ia akhirnya menemukan kelasnya.

Sebelum memasuki kelasnya ia bahkan mengintip ruang kelasnya. Di dalam sana hanya ada tas Chenle, tas Jisung, tas Sari, dan Jaemin. Rida meyakinkan dirinya untuk masuk ke kelas. "Fighting!" Kata Rida dengan suara pelan sambil mengepalkan tangannya. Rida lalu memasuki kelasnya dan duduk di bangkunya.

Rida melihat kearah Jaemin yang dari tadi hanya memandangi sebuah kertas yang ada di atas mejanya. Rida melirik ke meja Jaemin. Jaemin langsung melihat ke arah Rida.

"Mwohae?"

Rida bahkan belum sempat membaca tulisannya. Rida memalingkan pandangannya sejenak. "Apa itu?" Tanya Rida. "Pertandingan lari" jawab Jaemin. "Lari? Kau akan mengikuti itu?" Kata Rida tidak percaya. Jaemin menganggukan kepalanya. "Waaah daebak. Hey ikutlah, kalau kau menang aku akan memberikan hadiah untukmu" Ucap Rida. "Jinjja?" Tanya Jaemin. "Tentu saja, aku yakin kau tidak akan melupakan hadiah dariku bahkan kalau kau sudah tua. Aku janji" kata Rida dengan percaya dirinya. Rida lalu mengangkat jari kelingkingnya. Jaemin hanya menatap jari kelingking kecil Rida. Ia tidak tau apa yang harus dilakukannya.

"Mwoya, kenapa kau hanya menatapnya" kata Rida sambil mengambil tangan Jaemin. Rida melipat jari telunjuk, jari manis, jari tengah, dan jempol Jaemin, dan yang tersisa adalah kelingkingnya. Rida lalu mengikatkan kelingkingnya ke kelingking Jaemin. Setelah itu Rida menempelkan telapak tangannya ke dahinya, itu tandanya ia sudah berjanji pada Jaemin. Jaemin tersenyum melihat tingkah kekanakan Rida.

"Yak kenapa tersenyum? Ayo berikan ini pada guru". Rida lalu manarik tangan Jaemin.

***

Rida dan Jaemin sudah ada di depan kantor guru. "Ppali" kata Rida. "Aku takut. Bagaimana kalau aku kalah?" Tanya Jaemin. "Tidak apa apa. Kau pasti menang" jawab Rida. Rida lalu mendorong tubuh Jaemin untuk memasuki kantor. Rida mengintip Jaemin dari luar. Ia melihat Jaemin memberikan kertas itu pada guru Im.

Jaemin keluar dari kantor. Jaemin menghela nafasnya, merasa lega. "Bagaimana? Sudah?" Tanya Rida. "Sudah" jawab Jaemin. Rida dan Jaemin dan Rida berjalan ke kelasnya bersama. "Kau harus sering berlatih" pinta Rida. "Tidak perlu. Lari tidak perlu berfikir, yang harus aku lakukan hanyalah lari bukan berfikir. Jadi aku tidak perlu berlatih" ujar Jaemin. "Aigoooo, kau sudah besar" kata Rida sambil mengacak acak rambut Jaemin. Jaemin mengerucutkan bibirnya, ia merasa jengkel pagi pagi rambutnya sudah dibuat berantakan. "Mianhae mianhae" ucap Rida sambil menggenggam erat tangan tangan Jaemin. Jaemin bergantian mengacak acak rambut Rida "sepertinya aku butuh sedikit latihan" kata Jaemin, Jaemin segera berlari. "Yak" kata Rida, Rida berlari menyusul Jaemin.

To Be Continued...
Vote + Komen
Mian banyak typo:v

Note :
Nuguya : siapa
Malhae : katakan
Ppali : cepat
Hajima : jangan lakukan

Bring It On!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang