Bring It On (10) : I Think I Love You

95 15 0
                                        

Di sebuah stadion, dipenuhi banyak orang yang menonton suatu pertandingan. Pagi itu sangat cerah. Tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Rida, Mark, Chenle, Sari dan Jisung ada diantara banyaknya orang di stadion. Sari membawa kameranya. Ia memfoto apapun yang kelihatannya menarik baginya. Jika Sari menggunakan kamera, Chenle menggunakan handphonenya. "Dimana Jaemin?" Tanya Jisung pada teman temannya. "Itu dia" kata Mark sambil menunjuk Jaemin yang ada di lapangan pertandingan.  Saat itu Jaemin sedang pemanasan, karena ia akan ikut pertandingan ini.

Baiklah untuk seluruh peserta silahkan menempati tempatnya. Dan bagi penonton silahkan duduk dan mari menyaksikan pertandingan pagi ini. Bersedia.....siap.....mulai *dooorrrr*

Para peserta mulai berlari setelah pistol itu ditembakkan. Semua berlari sekuat tenaga mereka. Mereka harus menang.

"Ayoooo....ayoooo Jaemiiiiiiin" teriak Sari, Jisung, Mark dan Chenle terkecuali Rida. Sejak saat pertandingan dimulai, Rida selalu menutupi matanya dengan telapak tanggannya. "Mwohae?! Lihat Jaemin terdepan" kata Mark sambil berusaha membuka telapak tangan Rida.

"Yak hajima!!! Aku takut" ujar Rida sambil terus menutupi matanya. "Aigoo" gumam Mark sambil mengacak acak rambut Rida.

Rida pov

Aku menggunakan kedua telapak tanganku untuk menutupi mataku. Aku takut melihat keadaan. Bagaimana kalau Jaemin kalah?. Aku tidak berani melihat dimana posisi Jaemin, tidak peduli apakah dia di depan atau paling belakang.

Kita lihat dua peserta kuat kita. Nomer 1004 Na Jaemin dan nomer 1034 Lee Bong Sik. Posisi mereka sejajar. Wah siapa pemenangnya ya?

Apa kedudukan sejajar? Jaemin kau pasti bisa. Kau punya nomer cantik, kau pasti bisa.

Author pov
 
Dan pemenangnya adalah peserta malaikat kita 1004 Na Jaemin

Mendengar suara itu Rida langsung membuka matanya dan bersorak sekencang mungkin. Semua orang yang ada di stadion bersorak atas kemenangan Jaemin terutama teman temannya yang sangat heboh. Setelah melewati garis finish, Jaemin langsung menhentikan larinya dan berbaring di lapangan dengan napas terengah engah. Jaemin melihat sekeliling, semua orang bersorak atas kemenangannya. Sorakan dari temannya membuatnya semakin senang.

***

Setelah pertandingan selesai semua orang terlihat berfoto dengan para peserta. Ada yang berfoto menggigit medali, dan ada yang mengangkat salah satu peserta.

Rida kini berdiri di hadapan Jaemin. "Chukhae. Aku tau kau pasti menang" ucap Rida. "Terimakasih dukunganmu" kata Jaemin. "Bagaimana dengan hadiahnya?" Tambah Jaemin. "Eeh? Hadiah?" Tanya Rida terbata bata. "Kau sudah berjanji kan" jelas Jaemin. "Aaaah iya hadiah. Sebentar" ujar Rida.

Rida pov

"Bagaimana ini? Aku lupa kalau aku akan memberinya hadiah. Apa yang harus aku berikan" batinku. Aku pun melihat sekeliling untuk mencari hadiah Jaemin. Tapi tidak ada yang bisa memberiku ide untuk hadiah Jaemin. 

"Hadiahnya akan datang. Tutup matamu" pintaku. "Kenapa?" Tanya Jaemin. "Ini adalah kejutan, jadi tutup matamu" Jawabku. Jaemin pun menuruti perkataanku dan memejamkan matanya. Bagaimana ini, hadiahnya apa. "Sudah?" Tanyanya. "Aaah hadiahnya ada disini" kataku.

Akupun memejamkan mataku dan menghela nafas. Aku memberanikan diriku untuk mendekatkan wajahku ke wajah Jaemin dengan bantuan jinjitan kakiku. Sebuah ciuman di bibir sekejap aku berikan padanya.

Setelah menciumnya aku langsung berlari. Jaemin yang sadar akan hal itu pun berlari mengejarku.

"Yak awas kau" kata Jaemin sambil terus  mengejarku. "Yak hajima hajima" kataku. Jaemin berhasil menangkapku. Ia langsung menarik tanganku dan memelukku. Sekarang aku ada di pelukan Jaemin. Rasanya sangat nyaman. Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya sedangkan Jaemin mengelus elus rambutku yang terurai.

Tiba tiba Chenle datang mengagetkan kami. "Apa yang kalian lakukan?" Tanya Chenle. Aku yang sadar akan hal itu langsung melepaskan pelukan Jaemin. "Aku..memberinya selamat" jawabku terbata bata. Aku lalu pergi meninggalkan Chenle dan Jaemin.

Author pov

"Yak, apa yang kalian lakukan?" Tanya Chenle pada Jaemin. "Dia menyelamatiku. Aku pergi" jawab Jaemin kemudian berlari meninggalkan Chenle yang masih kebingungan. Chenle lalu membalikkan badannya, ia melihat Jaemin berjalan bersama Rida. "Mwoya, kalau kalian pacaran katakan saja. Ish" gumam Chenle.

***

Jaemin dan Rida berjalan bersama. "Hey kau ikut saja" kata Jaemin.

"Mwo?"

"SM"

"Ibumu akan senang melihatmu sukses" jelas Jaemin. "Apa kau akan terus hidup dengan uang ayahmu?" Tambahnya. Benar juga apa yang dikatakan Jaemin, hingga sekarang Rida selalu hidup dengan bantuan uang ayahnya. "Tenang saja, aku akan membantumu" pinta Jaemin. Jaemin diam diam menggandeng tangan Rida. Rida hanya diam tidak membalas sepatah kata pun pada Jaemin.

***

Keesokan harinya

Saat barusaja berangkat, Chenle melihat sekililing kelasnya. Tidak seperti biasanya karena hari ini tidak ada Sari. Mereka tidak tahu kenapa Sari tidak hadir padahal besok adalah hari audisi. "Dimana Sari?" Tanya Chenle. "Kudengar dia sakit" Jawab Rida sambil memainkan handphonenya.

"Mwo?! Sakit apa?"

"Molla. Tapi sepertinya dia sakit parah"

"Parah?!"

Chenle seperti tidak percaya apa yang dikatakan Rida. Chenle kembali mengambil tasnya dan berlari keluar.

"YAAAK EODIGA?"

Chenle tidak menghiraukan yang dikatakan temannya, ia langsung berlari dengan cepat.

***

Rumah sakit Universitas Seoul

Di sebuah ruang inap, seorang perempuan duduk di atas ranjangnya, dengan rambut panjangnya terurai. Perempuan itu terus menangis dan dikelilingi banyak tisu. "Bagaimana ini, aku tidak ikut audisi" rengek perempuan itu sambil menangis. Ia menggunakan tisu untuk menghapus air matanya. "YAAAAK KAU BISA IKUT AUDISI LAIN KAN" kata ibunya yang ada duduk di kursi kamarnya.

"Usahaku sia siaaaaaaa"

Perempuan itu menangis lebih kencang dari sebelumnya. Sang ibu kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati anaknya yang sedang menangis. Bukannya menenangkan anaknya, Sang ibu malah memukuli anaknya dengan bantal yang ada di pangkuan perempuan itu. "Hey Yoon Sari anak apa kau, selalu saja mempermasalahkan hal kecil. Kau pikir menangis bisa menyelesaikannya, huh?!" Kata ibunya sambil memukuli anaknya dengan bantal. Sari itu memberikan perlindungan menggunakan tangannya untuk menutup punggungnya yang dipukuli ibunya dengan bantal.

"Aah eomma sakit" rintih Sari. Setelah mendengar rintihan anaknya, sang ibu menghentikan pukulannya. "Ibu keluar sebentar" kata ibunya. Sang ibu lalu berjalan keluar "kau harus tetap disini, jangan kabur" tambahnya. Sari mengangguk kecil. Setelah ibunya menutup pintu, Sari melanjutkan menangisnya lebih keras lagi sampai ibunya yang belum jauh dari kamarnya mendengar tangisannya. "Aaish anak itu berisik sekali" gumam ibunya.

***

Chenle sampai di rumah sakit universitas Seoul. Saat Chenle tengah mencari kamar Sari, ia berpapasan dengan seorang ibu ibu, "Anak itu berisik sekali" gumamnya sambil menutupi telinganya. Tak jauh dari posisinya sekarang, Chenle mendengar suara tangisan yang cukup keras. Chenle berjalan menuju ke asal suara itu, ia menemukan kamar atas nama Yoon Sari. Chenle membuka pintu kamar itu, ia menemukan Sari sedang duduk menangis di atas ranjangnya.

Chenle pov

Saat aku mencari kamar Sari, aku mendengar suara tangisan cukup keras. Jadi aku mencari asal suara itu. Akhirnya aku menemukannya, kamar nomer 1004 di bawahnya tertulis nama Yoon Sari. Ini kamar Sari. Aku langsung membuka pintu kamar itu. Kulihat Sari sedang duduk sambil menangis di ranjangnya. Awalnya ia tidak tahu kalau aku datang jadi aku memanggilnya "Yoon Sari".

To Be Continued...
Mian kalo banyak typo:v manusia:v
Vote + komen yaaa

Bring It On!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang