Jam istirahat, Aswar masih saja menggoda Anya untuk ikut dengannya menuju kekantin sekolah. Tujuan utamanya sih untuk lebih dekat dengan Anya, namun wanita itu menolak ajakannya dengan mentah.
"Kenapa sih?"
"Yah. aku kan teman kamu, jadi aku cuma mau ngajak kamu makan bareng!"
"Siapa sih yang nganggap lo temen? Maksud aku, kenapa harus aku yang kamu ajak? Kenapa gak cari temen lain?"
"Karena entah mengapa, merasakan adamu, jantung ini tak bisa santai memompa darah!"Didalam kelas yang sunyi, tanpa Suara paksaan dari lelaki aneh yang tadi berhasil membuatnya bungkam dan salah tingkah itu, dia hanya mendengar lagu indie dengan menggunakan headset sederhana dengan menyandarkan bahunya sambil memejamkan mata menghayati lagu santai itu.
Entah mengapa pada suasana itu, ada kisah yang memaksanya mengingat pada saat ia kecil bersama lelaki kecil itu. Mereka sedang bermain di halaman depan rumah Anya, Memerankan sebuah peranan yang berada dalam imajinasi lelaki itu, mengenakan mahkota dari daun kering, dan lelaki itu memegang kayu pipih kecil sebagai pedang. Mungkin kebanyakan anak kecil beringinan menjadi jagoan atau sang pangeran dan juga tuan putri yang cantik jelita. Kedua anak kecil itusaling memamerkan senyum bahagianya itu dengan ikhlas.
"Cerita kita asik yah?"
"Ia, kamu jadi pangeran, dan aku jadi tuan puteri"
"Aku tidak mau jadi pangeran, itu berarti saudara lelaki sang puteri, aku ini adalah pelindungmu"
"Apalah itu, yang penting kamu ada didekatku, aku senang ada didekatmu!"Sebuah kisah yang indah, yang membuat Anya yang sedang bersandar dibangkunya sembari memejamkan matanya itu tersenyum yang tanpa ia sadari, Aswar yang sudah duduk didekatnya memandangi kelakuan wanita mungil yang sedang mengenakan headset itu. Aswar pun ikut tersenyum melihat Anya yang juga tersenyum hingga Anya membuka matanya dan sedikit tersentak kaget melihat pria aneh itu berada didepannya.
"Ngapain kamu disini?"
"Inikan bangku aku!"
"Ehh... Ngapain liatin aku kek gitu?" Tanya Anya balik sambil mengernyitkan alisnya dan menatap Aswar dari samping."Senyummu terlalu menarik untu kusepelekan, terlalu berharga untuk ku sia-siaka , dan terlalu sempurna untuk ku abaikan!"
Untuk yang kedua kalinya, Anya dibuat memalingkan wajahnya dari aswar secara sontak menandakan ia salah tingkah. "Apaan sih, garing!"~°•°•°~
Waktu kini bergulir begitu cepat, hari pertama pembodohan itu berakhir, perjalanan para peserta didik baru hampir berakhir 2 hari lagi, termasuk Anya dan juga Aswar.
Mereka pulang dengan wajah lesu menggambarkan kelelahan di hari itu.
"Langsung pulang, Nya?"
"Siapa juga yang mau nginap di sekolah ini!" Cetus Anya menjawab.
"Yah maksudnya, nggak kemana gitu? Makan kek, apalah. Kamu kan belum makan tadi siang?"
Mendengar perkataan Aswar barusan, Anya baru menyadari bahwa perutnya sudah meronta kelaparan, namun rasa gengsi lebih besar dan cuma menggelengkan kepala "nggak lapar kok".
"Ahh udah, didepan ada warung pangsit enak, ayo ikut aku!" Aswar menarik tangan Anya menuju ke tempat makan, Anya sempat basa-basi mencoba melepaskan tangan Aswar, tetapi kakinya tetap melangkah mengikuti arah Aswar melangkah.Mereka pun duduk berhadapan ditempat yang disediakan diwarung makan itu. Sambil menunggu pesanan, mereka berbincang santai.
"Oh iya, Nya. Rumah kamu dimana"
"Bumi"
"Bo'ong!"
"Yaudah kalo gak percaya!"
"Mana ada manusia paling indah di bumi?"
"Terserah" ucap Anya sambil memutar matanya.
"Emmm... Kalo aku tinggal di bulan!"
"Gak ada yang nanya!"
"Yah dengerin aja, aku cuma mau curhat!"
"Oh, oke. Emmm... Kenapa?"
"Katanya gak nanya?" Goda Aswar
"Yaudah, syukur kalo aku respon!"
"Heheh maaf! Karena sebelum aku datang, selalu ada senja yang menenangkan, ditengah malam, kutunjukkan teman kecilku yang berkilauan, dan aku akan menjagamu dalam lelap tidur."Kenapa? Kenapa dia menyebut senja? Suasana favoritku yang dari dulu aku suka? Kenapa dia tau sesuatu yang membuatku tenang? Gumam hati Anya.
Makanan yang mereka pesan pun sudah datang berupa Mie pangsit dan es teh manis buat Aswar dan nasi goreng Jakarta dan es teh manis buat Anya. Melihat Anya makan begitu lahap, Aswar terlihat tersenyum kecil. Tuhan, mengapa titipan-Mu hari ini sangat indah bahkan membuatku lupa dengan bumi dan seisinya. Atau apakah engkau ingin menjadikannya bumi bagiku? Tempat kusimpan keluh kesah, rasa lelah dan rasa sayangku? Kata hati Aswar.
"Kenapa liat liat?" Sadar Anya mendapati Aswar menatapnya dan membalas tatapan tajam.
"Nggak koq, cuma aneh"
"Aneh kenapa?"
"Nggak lapar koq lahap banget makannya?"
"Emmm ahh" Anya mulai panik dan memikirkan sebuah alasan "bodo amat lah!"Setelah makanan Anya habis, dan sisa Aswar yang belum menghabiskan makanannya. Anya menengok jam tangan yang melingkar ditangan kirinya itu sudah menunjukkan jam 5 lewat beberapa menit. Anya mulai panik karena takut kemalaman. Bunda pasti sedang nungguin aku dirumah. Dia pasti sedang cemas gumam hati Anya. Melihat tingkah Anya yang kelihatan panik, Aswar dengan cepat menghabiskan santapannya.
"Kenapa?"
"Aku tau kamu lagi dicariin ama orang tua"
"Sotoy"
"Terus siapa yang nyariin anak gadis yang hampir malam belum pulang-pulang juga? Tukang somay?"
"Hmmm. Bunda aku pasti udah nungguin aku!"
"Ia deh, aku antar"Setelah membayar makanan semuanya dan membuat Anya heran tapi senang, Aswar masuk lagi kesekolah untuk mengambil motor matic miliknya. Motornya memang bukan keluaran terbaru, namun mesin masih berfungsi sangat baik karena cara perawatannya.
"Yuk naik!" Ajak Aswar kepada Anya.
"Oke. Pelan-pelan aja yah!"
"Aku bukan pembalap, jadi santai saja"Ditengah perjalanan, Aswar mengendarai motornya begitu saja tanpa tanya arah jalan kerumah Anya dimana. Aswar melewati jalan perbukitan dengan pemandangan pantai dan perumahan penduduk yang berada disisi barat. Anya yang sedang dibonceng layaknya perempuan membelakangi pemandangan yang indah itu. (Ilustrasi, liat sampul aja)
"Koq lewat sini?"
"Ini bukan arah kerumahmu yah?"
"Bukan sotoy"
"Ohh kalo gitu lihat ke belakang, lihat sang mentaru dilahap oleh laut luas ditengah senja itu."Anya memutar kepalanya menghadap kebelakang terpaku memandangi pemandangan sore yang indah itu. Wahh... Indah banget! Kagum Anya dalam hati. Aswar yang menoleh kebelakang setelah menghentikan motornya melihat wajah kagum Anya. "Jadi pulang nggak?"
"Ehh, ia ayo! Rumahku di Jl. Pendidikan tepat disamping kanan perempatan kedua"
"Yaelah ribet amat. Tunjukin ntar!"
"Oke" ucap Anya tanoa melepaskan pandangannya ke Pantai melihat mentari perlahan-lahan tenggelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namamu
Teen FictionNamamu. Yah ini hanya sebuah kisah lama antara Anya dan seorang pria kecil dimasa silam yang yang tak direstui oleh semesta untuk saling beranjak dewasa. Nama lelaki kecil masa lalunya itu selalu terngiang dalam fikirnya, yang ia ketahui hanyala...