Ketika rindu menderu,
Ke mana kah biduk kan kukayuh...?
Sudikah pantai hatimu merengkuh...?
--------------------------------------------------------------------------------------
SEORANG wanita setengah baya sedang menyapu halaman. Mengumpulkan daun-daun kering yang berjatuhan ditiup angin. Asyik sekali tampaknya, sampai tidak menyadari kehadiran Dinda.
"Kulonuwun!" salam Dinda sambil mendorong pintu pagar bambu.
Wanita itu serentak mengangkat wajahnya. Keningnya berkerut. "Siapa, ya?" gumamnya.
Dinda melangkah mendekati. Sepatu ketsnya yang menggilas kerikil menimbulkan suara rame. Dia tersenyum.
"Bu Nur lupa sama saya?"
Wanita itu diam. Dia coba mengingat-ingat. Lalu tiba-tiba menepuk dahinya sendiri. Sapu lidi di tangannya terlepas begitu saja.
"Eaaalahhh... ! Nak Dinda, too? Adiknya Nak Ayu?"
Dinda mengangguk. "Tepat sekali, Bu. Masak ibu lupa, sih?"
"Ah, tidak, Nak! Ibu tidak lupa. Cuma heran saja." Bu Nur memandang Dinda dari atas ke bawah, lalu dari bawah ke atas.
Dinda langsung menyadari keadaan dirinya. Dia ngacir dari Solo ke Yogya ini dengan seragam sekolah lengkap. Pasti itu yang membuat Bu Nur keheranan.
"Maaf, Bu. Ayunda ada?" tanya Dinda cepat, sebelum Bu Nur duluan mengajukan pertanyaan yang akan sulit untuk dia jawab.
"Oh, ada! Kebetulan sekali sudah pulang. Kalo biasanya sih masih di kampus. Tapi hari ini, baru saja pulang."
"Jodoh 'kali, Bu," sahut Dinda tertawa.
Bu Nur ikut terkekeh, memamerkan gigi-giginya yang tak utuh lagi. Dinda makin geli melihatnya.
Sambil terus terkekeh Bu Nur membalikkan tubuhnya. Dari gerakannya, Dinda bisa menduga, pasti Bu Nur berniat memanggil Ayunda. Maka cepat-cepat dia meraih lengan Bu Nur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat-jerat Cinta (Tamat)
Жіночі романиWahai luka yang mengering Mengapa masih terasa nyeri Kala namanya terbawa angin...? "Dendam lama itu bagai kembali tersulut. Luka itu kembali terasa nyeri. Tuhan, sekarang apalah bedanya lagi aku dengan Adinda bila tak sanggup memaafkan?" AYUNDA...