Seindah Persahabatan

10 0 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Persahabatan pada dasarnya merupakan obat penyembuh paling mujarab dari pedihnya dikecewakan cinta

Jane Austen

------------------------------------------------------------------------

ADINDA mengumpat dalam hati. Darahnya mendidih sampai di kepala. Orang yang sangat dibencinya itu kini malah menghadang langkahnya. Ingin rasanya dia menampar mulut yang terlalu pintar mengumbar kata-kata itu. Ingin rasanya dia lari meninggalkannya. Tapi rasa ingin tahu yang besar menahan langkahnya.

"Mau apa?" tanyanya ketus.

Cowok itu, Yoga tersenyum-senyum. Membuat Adin makin muak melihatnya.

"Aku tahu kamu marah padaku, Adin. Tapi justru itulah, kita mesti membicarakan masalah ini agar jelas."

"Kalau begitu, bicaralah!"

"Di tempat ini? Ah, tidakkah lebih baik kita mencari rumah makan? Kita bisa bicara sambil makan siang."

"Aku tak punya banyak waktu. Keluargaku menungguku makan siang. Tak perlu bertele-tele. Di sini juga tak banyak orang. Semua teman sudah pulang."

"Tapi..."

"Atau aku akan pulang!"

"Tunggu, Adin!" cegah Yoga cemas. "Oke, kita bicara di sini. Tampaknya kamu benar-benar marah padaku."

Adin mendengus. Dia menunggu dengan tidak sabar. Sedang Yoga kelihatan sedikit gugup. Dia mencoba menenangkan dirinya dengan menyandarkan punggung ke pintu Forsa putihnya.

"Aku... aku heran Adin, kenapa kau keliatan sangat membenciku. Padahal aku sendiri sebenarnya... suka padamu."

Bagai mendengar bom di siang bolong, Adin sangat terperanjat mendengar kata-kata Yoga. Wajahnya langsung membara. Merah padam.

Yoga mengira warna merah di wajah Adin karena tersipu meneruskan. "Pertama melihatmu, aku sudah suka Adin. Aku ingin mengenalmu lebih jauh. Maka aku mendekati Intan, karena dia sahabatmu. Tapi malangnya, Intan malah salah paham. Dia mengira, aku menyukainya. Padahal tidak, Adin, aku cuma menyukaimu. Aku..."

"Diam!"

Ganti Yoga yang tersentak. Dia melihat mata indah Adin membara. Ada kemarahan dan dendam berbaur di sana. Nyalinya tiba-tiba ciut.

"Kadal busuk! Kamu kira aku bodoh, dapat kau cekoki dengan kata-kata gombalmu? Setelah kau sakiti hati kakaku, kau lukai perasaan sahabatku, kini kau memang jerat itu untukku. Cih!" Adin meludah. "Jangan harap, Yoga! Sekarang enyah kau dari hadapanku sebelum murkaku memuncak. Kuharap kau masih ingat Kinoi, adik Ayunda yang dulu pernah kau sakiti juga, bila sedang marah. Nah, itulah aku!"

Yoga mundur beberapa langkah. Sekelebat dia ingat wajah Ayunda. Salah seorang bekas ceweknya. Dia baru sadar, ada kemiripan wajah Adin dengan Ayunda. Dia pun ingat deretan piala di rumah Yunda yang menurutnya milik Adin yang aktif di taekwondo. Adinda, si Kinoi yang keras kepala dan ... pemberang!

Dengan gugup Yoga meraih cunci di saku celananya. Membuka pintu Forsanya dengan gemetar. Tapi kunci itu malah jatuh. Bergegas dia merunduk untuk memungut. Ketika bangkit, dia malah melihat sosok lain di tempat itu. Sosok yang amat dikenalnya.

"Intan," desisnya kalut.

Intan tersenyum dingin.

"Pergilah, Yo! Untuk sementara ini, jangan perlihatkan mukamu di hadapanku!"

Yoga menelan ludah. Buru-buru dia membuka pintu Forsanya, masuk, kemudian melarikannya, meninggalkan tempat itu.

Tak bisa berkata-kata. Hanya matanya yang bulat bening berkilauan. Adinda terpaku. Kehadiran Intan yang tiba-tiba membuatnya terpana. Bingung harus berbuat apa.

Intan melangkah mendekati. Tangannya terentang. "Adin, ke mana saja kau? Aku kangen...!"

Adin tersadar. Dia langsung menyambut pelukan Intan dengan penuh haru. Sahabatnya kini telah kembali.

"Maafkan aku, Adin! Karena aku tak pernah mau mendengar," bisik Intan.

Adin mengangguk. Dia tak bisa berkata apa-apa. Hanya matanya yang benng berkilauan. Seindah kilauan di mata Intan. Seindah persahabatan tulus yang mereka jalin. ***

Dimuat sebagai Cerita Utama di Anita Cemerlang Vol. 441 Tgl. 28 Mei – 7 Juni 1993

=======================================

Berminat mendapatkan kumpulan cerpen versi cetaknya, bisa langsung ke sini

http://nulisbuku.com/books/view_book/7674/satofumi-san

Terimakasih semuanyan

Jerat-jerat Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang