The Choices

294 50 39
                                    

Happy Reading :)

Bulan sudah bertengger di langit, saat motor sport itu berhenti di tempat tujuannya. Tepat di depan rumah mewah yang ditunjukkan oleh penumpangnya. Mesin motor kemudian dimatikan.

"Di sini?"

Yoongi mengantar Rae Kyo pulang, setelah acara "kencan darurat" yang mereka lakukan. Mereka benar-benar pergi berdua. Tepatnya, Rae Kyo dipaksa untuk ikut dengan Yoongi. Dia juga tidak mengerti kenapa Yoongi tiba-tiba mengajaknya.

Yoongi membawanya ke bioskop. Tidak ada hal romantis. Bahkan Yoongi sudah tidur saat lampu bioskop dipadamkan. Hanya Rae Kyo yang menonton filmnya.

"Ne. Ini rumahku," jawab Rae Kyo.

Yoongi melepas helmnya.

"Kau tidak mau turun?" Tanya Yoongi.

Sadarlah Rae Kyo, bahwa dia masih duduk di belakang Yoongi. Bahkan tangannya masih mencengkram jaket hitam yang Yoongi kenakan. Dia buru-buru melepaskannya dan beranjak turun.

"G-gomawo. Aku tidak menyangka kau mau membantuku," ucap Rae Kyo. Heran saja, si vampire ini tiba-tiba menjadi baik. Yah, lupakan "kencan darurat" yang dilakukan setelahnya.

"Siapa orang tadi?" Tanya Yoongi.

Melihat keengganan Rae Kyo menjawab, Yoongi lalu menambahkan, "Bukan urusanku, sebenarnya."

Saat Yoongi akan mengenakan helmnya kembali, Rae Kyo menjawabnya. Entah kenapa dia merasa harus menceritakannya pada Yoongi.

"Dia temanku. Anak dari rekan bisnis Appa."

"..."

"Oh," hanya itu yang Yoongi katakan. Dia mengenakan helmnya kembali dan menyalakan motornya. Tanpa mengatakan apapun pada Rae Kyo, dia pergi.

Rae Kyo mematung memandangi Yoongi yang semakin menjauh.

"Dia pasti punya kepribadian ganda," gumamnya.

Rae Kyo melangkahkan kakinya masuk ke rumah. Dia disambut oleh pelayan yang membukakan pintu untuknya. Langkahnya terhenti saat menyadari tatapan tajam dari ayahnya.

"Dari mana saja kau?"

"Bukan urusan Appa," jawab Rae Kyo. Nada ketusnya kentara sekali.

Tuan Sung berusaha menahan emosinya. "Kenapa kau tidak pulang dengan Seokjin?"

"Ada kelas tambahan."

"Kau pikir aku bodoh, hah?!" Bentak Tuan Sung. Dia tidak bisa menahan emosinya lagi. "Mana ada kelas tambahan untuk kelas satu?!"

"Ada. Khusus untukku," jawab Rae Kyo. Dia sudah biasa menghadapi ayahnya yang seperti ini. "Sudahlah, Appa. Aku lelah. Biarkan anakmu ini istirahat."

Tanpa menunggu jawaban dari ayahnya, Rae Kyo naik menuju kamarnya.

Tuan Sung menatap tajam punggung anaknya itu. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengangkatnya dan berkonsentrasi mendengar. Sesekali keningnya berkerut.

"Terus awasi dia," perintah Tuan Sung pada seseorang di seberang sana. "Awasi yang lain juga. Cari informasi yang berkaitan dengan mereka. Semuanya, tanpa terkecuali."

Tuan Sung memutus sambungan teleponnya. Dia memijit pelipisnya pelan. Hembusan napas beratnya membuktikan bahwa pikirannya sedang kacau sekarang.

Tuan Sung memandangi pintu kamar anaknya yang sengaja dibanting keras-keras oleh pemiliknya.

Anak ini benar-benar menguji kesabaranku, batinnya.

***

Sudah satu minggu berlangsung, tidak ada lagi yang mengungkit masalah perjodohan atau Seokjin. Baik Rae Kyo atau Tuan Sung, keduanya memilih bungkam daripada menyelesaikannya.

Don't Leave Me! (나를 떠나지마!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang