Para iblis yang bercokol di bawah pohon beringin tua di samping balai desa Sindang Sari sedang rapat. Rapat itu membahas tentang rencana mereka mencuri ruh Sosro Utomo, yang kini sudah dikerangkeng di kerajaan langit. Mereka duduk melingkar mengitari meja rapat, yang terbuat jadi jati tua yang mengkilat penampakannya.
Iblis wanita menyajikan makanan kecil berupa cacing, ulat, dan belatung pada sebuah piring dari perak yang berkilap-kilap. Dalam cawan tersaji darah merah, entah darah apa. bisa saja darah menstruasi para wanita sekampung yang dikumpulkan iblis pencari darah.
"Malam ini juga kita ke rumah dukun Mardubus!" kata iblis senior pemimpin rapat.
"Setujuuu!" sahut semua iblis.
Setelah mereka menikmati dengan takzim sajian makanan ringan dan minuman berupa darah dalam cawan itu, semua iblis keluar dari ruang rapat. Mereka langsung menuju rumah Mardubus. Sambil memegangi kelamin masing-masing, mereka meninggalkan beringin tua samping balai desa itu. Mereka menyusuri jalanan desa yang sunyi, senyap, dan dingin.
Lolong anjing yang panjang mengiringi perjalanan para iblis menuju rumah Mardubus. Sesekali di angkasa burung bence pun bercuit panjang membelah langit. Serangga-serangga yang sedang berzikir terpaksa berhenti sejenak, memalingkan muka-muka mereka kepada rombongan iblis itu.
Setelah iblis berlalu koloni serangga di balik-balik semak itu kembali berzikir memuja Allah. Angin pun sujud takzim mengendap di dasar tanah, memuji Tuhannya. Bulan khusuk dalam tahajjud, dan para bintang tak henti berzikir pula.
Sampai di sebuah rumah terpencil dari koloninya, para iblis yang semua bugil itu memasuki rumah itu setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam kepada pemiliknya.
"Ada apa kalian malam-malam datang kemari?" tanya Mardubus.
"Begini, Tuan Dukun. Kami hendak mengambil ruh Lurah Sosro di kerajaan langit. Kami minta pendapat, Tuan Dukun."
"Untuk apa lagi? Bukankah kontolnya sudah tanggal dari tangkainya? Tidak berguna lagi dia!"
"Kalau tidak ada dia. Siapa sekutu kita lagi, Tuan Dukun?"
"Iblis goblok kalian! Cari sekutu saja tidak bisa! Kalian goda lurah baru itu!"
"Laminto!"
"Ya, siapa lagi lurahnya."
"Dia idealis, Tuan Dukun."
"Tidak ada yang idealis dengan berhala uang, tolol! Kalau tidak mempan dengan uang, goda dengan syahwat berahi kelamin. Masa iblis sekarang ini mesti manusia yang mengajari cara menggoda?"
"Bukankah manusia memang lebih pintar dari iblis saat ini, Tuan Dukun. Manusia sekarang tidak digoda pun sudah keji."
"Nah itu! kenapa kalian gusar dengan idelisme Laminto!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarian Dari Surga (Sekuel Lurah Sosro)
Short Story#1 dalam Satire 03- 09-2021 #1 dalam Satire 27 -10-2020 #1 dalam Satire 29-11-2019 #2 dalam Satire 20-08-2018 Sebelum membaca cerita ini baca dulu "Lurah Sosro." Etika membaca cerita ini masih sama dengan Lurah Sosro. Awali dengan istighfar karena...