Bagian 4

4.3K 146 25
                                    

Mereka pun menyusun rencana yang matang untuk "menguangkan" tarian erotis Markenes. Sebuah blog "TARIAN DARI SURGA" di buat oleh Kuntarto. Blog itu berisi photo-photo dan video pendek tarian Markenes, yang berhasil mereka abadikan sebelum Markenes dipasung. Mereka memasang kontak personal untuk melakukan reservasi jika ingin menonton "Tarian Dari Surga" itu. Untuk penonton mancanegara dikenakan $100 dan untuk penonton lokal dikenakan tarif Rp. 500.000,- saja.

Malam itu juga blog "Tarian dari Surga" go live. Bagi Kuntarto membuat blog bukan perkara susah. Mereka pun merencanakan pertunjukan itu dengan matang. Dukun Mardubus akan dilibatkan dalam pertunjukan itu, supaya ada kesan mistis dan sakral. Lima pemuda progresif itu pun melenggang ke rumah Dukun Mardubus, yang terpencil di ujung desa.

"Hahahaha! Anak - anak muda yang brilian kalian. Aku setuju!"

"Jadi nanti ada ritual mistis dulu, Mbah. Sebelum pertunjukan dimulai," terang Kuntarto.

"Itu perkara gampang anak muda. Yang penting ada fulusnya!"

"Hahaha! Itu perkara mudah, Mbah. Uang akan mengalir deras ke kantong sampean."

"Kalau gitu sepakat!"

Mereka berjabat tangan. Masing-masing tertawa seperti iblis. Di jaman liberalisme kapitalisme seperti saat ini, apa yang tidak bias diuangkan? Asal bisa membaca peluang dan ada pasar. Berahi, syahwat, kemesuman, kecabulan, kelamin paling mudah dijajakan. Pangsa pasarnya luas, dan tidak ada batasan negara. Semua orang menggemari itu, meski ada yang sembuyi-sembunyi di dalam kamar, bilik hotel, di club malam, dan di pikiran masing-masing.

Lima pemuda progresif itu sangat optimis gagasan mereka akan sukses dan mendatangkan devisa bagi desa mereka. Membawa kesejahteraan dikemudian hari. Bisnis hotel, homestay, agen perjalanan, rumah makan, dan semua bisnis yang berkorelasi dengan bisnis pariwisata.

Mereka merencanakan pertunjukan itu di fajar pada awal bulan Agustus. Sekitar dua bulan mendatang. Saat matahari malu-malu mengintip bumi dari selangkangan ufuk sebelah Timur. Berlatar hamparan persawahan mahaluas. Tempat itu di ujung desa, tidak jauh dari rumah Mardubus. Sungguh jika terwujud, ini adalah pertunjukan "Tarian Dari Surga" yang pertama di planet ini, pikir lima pemuda progresif itu.

"Malam ini kita intip dulu Markenes," usul Bambang

"Untuk apa?" tanya Kuntarto

"Eh, gila kamu! Kalau dia sakit? Bisa batal rencana kita. Dua bulan ini kita harus merawatnya dengan baik. Memberi makanan bergizi, dan perawatan tubuhnya."

"Iya juga. Siapa kita suruh?"

"Orang tuanya yang menjagainya, kita suplai saja makanannya dan alat-alat kecantikan, pakaian."

"Besok malam kita ke rumahnya."

"Sip, setuju!."


Tarian Dari Surga (Sekuel Lurah Sosro)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang