8. Cantik Boleh! Licik Jangan?

48 7 4
                                    

Rania menatap laki-laki yang duduk di sampingnya dengan senyum manis yang terukir jelas di wajahnya, bahkan Rania juga belum mengganti seragam sekolahnya. Ia langsung bergegas pulang kerumahnya saat tahu ada Rafif yang sedang menunggunya.

"Tumben banget tahu gak sih lo Raf, kesini gk bilang gue dulu. Ada apa sih?".tanyanya masih terus menatap Rafif.
"Gue mau kasih tahu satu hal ke lo Ra, penantian gue akhirnya terbalaskan!".

Rania menatap Rafif dengan binggung 'penantian' apa maksudnya. "Gue masih gak ngerti".jawabnya sedikit berbisik.

"Yaampun Ra kenapa lo itu jadi orang lupaan banget, gue udah pernah cerita sama lo waktu itu! Dia terima gue Ra, dia mau jadi pacar gue ...".jelas Rafif dengan senang sambil menepuk punggung tangan Rania.

"Oh, iya ... iya ba-bagus dong kalo begitu!".ucap Rania ia menyesali nada suaranya yang terdengar gugup.

Setelah itu deretan kejadian saat di mana Rafif menyatakan cintanya kepada wanita yang bahkan Rania tak ingin tahu tersebut keluar dari mulut Rafif, berbagai pujian untuk wanita itupun tak luput dari ceritanya dan Rania hanya bisa menangapinya dengan kata 'iya' dan 'terus' .

Ia ingin sekali munyuruh Rafif untuk berhenti, tapi ia siapa Rania tak berhak untuk melakukan itu bahkan dadanya terasa sesak dengan tiba-tiba tapi ia tetap diam. Melihat Rafif tersenyum bahagia seperti itu, Rania lemah ia hanya bisa menyalurkan dengan menggenggam erat pinggiran sofa yang ia duduki. Berharap Rafif berhenti bercerita dan berdoa supaya ia bisa menahan agar air matanya tak jatuh.

···

Rania tersenyum pahit saat kilasan kejadian tersebut terputar kembali di kepalanya, dan tersenyum pahit untuk dua orang yang sedang duduk berhadapan dengannya. Sungguh demi apapun Rania ingin pergi dari tempat tersebut secepatnya, dadanya terasa sakit melihat mereka tapi Rania juga benci karna ia juga harus berpura-pura bahwa ia baik-baik saja.

"Ra, lo gak apa-apakan kalo pulang nanti sendiri, gue sama Rachel mau nonton dulu. Atau lo mau ikut ?".ucap Rafif kepada Rania yang sedang mengaduk saladnya.
"Santai aja gue nanti bisa pesen ojek online!".jawabnya tak bersemangat. "Gak deh, masih banyak tugas sama hafalan juga".sambungnya kembali. Alibi banget lo Ra..

"Yaudah hati-hati nanti pulangnya. Aku ketoilet dulu ya Chel?".
"Iya ...".ucap perempuan berambut ombre hijau tua yang baru Rania ketahui bernama Rachel.

Rania hanya mengaduk-aduk salad yang ada di piringnya tak berniat untuk di makan, ia bosan dan hanya ingin pulang apa lagi kini ia hanya berdua dengan perempuan yang sedari tadi sok kecakepan menurut Rania, lihat saja kini perempuan tersebut sedang menatap Rania menilai. What the hell..

"Rafif suka banget cerita sama gue tentang lo, tapi pas kita ketemu lo biasa-biasa aja heran gue?".ucapnya dengan jelas.
"Kenapa heran ...!".
"Ya iyalah gue heran lo sama Rafif itu cuma sepupukan. Tapi kenapa Rafif tuh kayak ada di 24/7 hidup lo, gue gak suka aja!".

Rania menganggukan kepalanya sambil menatap Rachel dengan datar. "Kalau lo gak suka, lo bisa bilang ke Rafif?".jelasnya dengan santai. Rafif lama banget sih ke toilet ngapain coba, nabung deh pasti. Ck..

"Sok banget ya lo, sadar dong lo siapa memangnya? Gue gak peduli lo itu sepupunya atau bukan, tapi gue gak suka lo deket sama Rafif hidup Rafif itu gak cuma tentang lo. Lo bisakan urus hidup lo sendiri gak usah ajak-ajak Rafif dia juga punya hidupnya sendiri ngerti!".jelas Rachel emosi.

"Gue gk minta Rafif buat ngurusin hidup gue, dan selama ini Rafif santai-santai aja. Lo gk tahu tentang gue tapi lo menspekulasikan seolah lo tahu semuanya. Kalo emang lo gak suka, kenapa gak lo sendiri yang bilang ke orangnya langsung. Lo pacarnyakan ...".jawab Rania dengan tenang mencoba mengatur emosinya dengan baik.

Aku, Kamu, dan DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang