Lalu aku kepikiran kalau Emil kuliah di jurusan Sastra. Lalu aku berniat meminta bantuannya. Karena aku tak ingin kalau sampai perusahaan mama bangkrut. Aku pun lansung pulang kerumah. "Emil..." kataku berteriak. "Emil..." aku memanggilnya lagi. "Apa apa sih Shaa?" kata Emil sambil berjalan malas malasan. Ternyata ia baru bangun dari tidurnya. "Aku butuh bantuan plisss tolong yaa..." kataku memelas. "Iya...Apa...?" kata Emil. "Jadi gini............" kuceritakan semua masalah di perusahaan ke Emil. Emil mendengarkan dengan baik. "Lalu apa solusinya?" tanyaku tak sabar. "Solusinya? Tunggu dulu..." lalu Emil berfikir. Sudah agak lama menunggunya. Akhirnya aku tak sabar. "Ayo cepetan Emil... Kamu lama banget sih mikirnya... Hhhiii iihhh" kataku kesal. "Oke oke... Jadi gini....." Emil memberikan soluai yang menurutku bagus. Lalu aku hanya menyimak perkataan Emil.
Pagi harinya...
Pagi ini aku bersiap ke perusahaan. Setelah sampai disana aku memberikan ide Emil kepada Bu Imelda. Lalu Bu Imelda memberikan rencana itu kepada seluruh karyawan di perusahaan.
Seminggu kemudian...
"Bu Shasa majalahnya laku terjual habis bahkan ada yang ingin tapi tidak kebagian" kata Bu Imelda membuatku sangat senang. Aku pun lang langsung menelpon Emil dan memberikan ucapan terima kasih kepadanya. Emil hanya berkata senang bisa membantu.
3 hari kemudian...
"Sha aku mau pulang nanti sore, kamu nanti nganterin aku ya" kata Emil. "Ngak mau ah" kataku agak jutek. Lalu aku masuk ke kamar. Aku merasa kehilangan saat Emil akan pulang ke Singapura.
Sore harinya...
"Non, den Emilnya mau pergi ke bandara, Non anterin ya... Kasihan kalo naik Taksi sendirian" kata bibi di balik pintu kamarku. "Nggak mau bi, biarin aja dia naik Taksi" kataku sambil menangis. Lalu tak ada aura bibi lagi.
"Den Emil, non Shasanya gak mau nganterin. Den naik Taksi aja ya kalo bibi yang nganter nanti non Shasanya gak ada yang jagain" kata bibi. "Udah bi gak papa kok, Saya naik Taksi sendirian aja. Jagain Shasa ya bi". Kata Emil. Lalu Emil pergi meninggalkan ruma. Shasa yang jendela kamarnya menghadap keluar rumah melihat kepergian Emil. Lalu ia menangis. Tak lama kemudian Taksi berjalan meninggalkan kompleks perumahan. Shasa berniat untuk menyusul. Namun saat berada di tengah perjalanan mobilnya mogok akibat bensinnya habis. Lalu ia menelpon Selly untuk menjaga mobilnya dan ia pergi naik Taksi.
Saat sampai di bandara..
Shasa berlari memasuki pintu yang dalam bandara. Namun satpam bandara melarangnya lalu ia menendang selangkang satpam itu. Satpam itu hanya bisa kesakitan di atas lantai. Lalu ia berlari masuk. Lalu ia bertemu dengan Emil. "Emil..." panggilnya. Lalu Emil menengok "Sha,kamu ngapain disini, katanya kamu gak mau mengantarku tapi kamu kok... Ehhh...". Shasa langsung memeluk Emil dengan erat. "Kenapa kamu nunggalin aku???" kata Shasa sambil menangis. "Aku kan mau pergi. Tapi tenanglah kita masih bisa berkomunikasi kok" kata Emil. Aku pun hanya mengangguk. Lalu Emil pergi meninggalkanku. Giliran satpam yang tadi datang bersama teman temannya. "Ini pak orang yang nekat masuk" kata satpam yang tadi. "Eh pak di sana ada maling pak kasihan orangnya" kataku. Sontak satpam itu menoleh dan aku langsung lari.
Setelah itu aku pergi ke kafe untuk bertemu dengan Selly dan menceritakan semuanya padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Heart
Teen FictionHanya aku dan hatiku yang mengetahui semua tentang rasa dalam hatiku yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Dari rasa jatuh cinta yang amat sangat hingga sakitnya hati ini karena cintaku tak diterimanya. Namun aku hanya bisa menunggu hingga pada...