Pandangan - 5 -

55 15 5
                                    


- ❤ -

Setelah pulang sekolah semua anggota exskul tari sedang dikumpulkan diruang latihan. Semua anggota tari masih belum tau kenapa mereka dikumpulkan hari ini termasuk Adel dan Ira. Adel dan Ira rela melawatkan jam makan siang untuk pertemuan ini. Biasanya jadwal tari hanya diadakan hari Sabtu dan Minggu.

Setelah menunggu cukup lama. Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah datang yaitu bu Vivian pelatih tari mereka. Bu Vivian masuk dengan diikuti sekitar lima orang dibelakangnya dan setiap orang membawa beberapa kertas.

Adel mendekat ketelinga Ira dan membisikkan “kayaknya pelatih baru dan jadwal latihan baru deh Ra”.

“iya kayaknya Del” balas Ira yang masih sibuk dengan ponselnya.

Bu Vivian menjelaskan bahwa dua bulan lagi aggota exskul mereka didaftarkan untuk mengikuti lomba Tarian modern dan tradisional Se-jakarta untuk memperingati hari jadi Jakarta. Bu Vivian sudah membagi mereka menjadi 2 kelompok untuk tari modern, masing-masing kelompok berisi sekitar 30 siswa dari laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk Adel dan Ira ditugaskan untuk menari tradisional individu.

Bukan hal baru bagi mereka berdua karena itu sudah menjadi bakat mereka. Jadi sudah tidak diragukan lagi.

Setelah itu bu Vivian memperkenalkan lima orang yang mengikutinya tadi ternyata memang benar mereka adalah pelatih baru untuk persiapan lomba 2 bulan lagi.

“Baik perkenalkan dari yang ujung paling kanan itu namanya kak Dimas, kak Made, kak Karin, kak Niken dan ini pak Juna. Mereka adalah penari handal mereka sudah mendapatkan beberapa penghargaan tingkat Nasional. Kalian boleh kenalan dengan mereka tapi nanti sesudah pengarahan ini” tunjuk bu Vivian kesetiap orang yang ada dibelakangnya.

Walaupun ini hanya lomba tari Se-Jakarta skala kecil bukan lomba tari tingkat Nasional atau International skala besar sekolah mereka tetap akan menunjukkan yang terbaik. Karena untuk menjadi yang terbesar harus mampu melewati yang terkecil, bukan?. Menang kalah itu sudah biasa. Yang terpenting mereka sudah berusaha untuk menunjukkan yang terbaik.

Bu Vivian melanjutkan penjelasannya “Sekarang untuk kelompok satu tari modern berkumpul di sebelah kak Dimas dan kak Karin mereka berdua bertugas melatih kalian selama dua bulan kedepan, begitupun untuk kelompok dua tari modern berkumpul disebelah kak Made dan kak Niken dan untuk Adel dan Ira berlatih dengan saya dan pak Juna” jelas bu Vivian.

“Untuk kakak-kakak pelatih silahkan kalian bagi jadwal tari untuk dua bulan kedepan kepada anggota kelompok kalian masing-masing” perintah bu Vivian.

Setelah itu bu Vivian menjelaskan persiapan gladi kotor dan resik yang diadakan H-2. untuk koreo ditanggung oleh setiap pelatih kelompok, persiapan costum sudah ditanggung pihak sekolah. Jadi pertemuan hari ini selesai, sebelum Bu Vivian dan Pak Juna pamit meninggalkan ruang latihan semua boleh berkenalan dengan pelatih baru mereka sesuai yang dijanjikan bu Vivian dan sudah ada yang boleh pulang.

Adel sempat mendengar bisik-bisik dari beberapa sisiwi yang memuji ketampanan kak Dimas. Padahal kak Made juga gak jelek-jelek amat hanya wajahnya saja yang terlihat sangar dengan rambut ombre dan tindik di telinga kanan dan tato kecil di lehernya

eh kak Dimas ganteng banget”

“ya ampun cool banget”

“hii kak Made kok nyeremin ya”

“boleh minta idLine nya gak ya”

Dan masih banyak lagi dasar cewek-cewek genit. Sebentar-bentar tumben Ira gak heboh kayak anak-anak yang lain pas lihat kak Dimas. Pikir Adel.

“Ra tumben banget gak ngebet pengen kenalan sama cogan” Tanya Adel heran.

“Gak menarik” jawab Ira sambil berlalu. Ira langsung menghampiri kak Niken dan kak Made yang sedang menari hip hop.

Adel hanya bisa melongo saat melihat reaksi Ira seperti itu. Namun sebisa mungkin Adel menyembunyikan ekspresinya. kemudian Adel mengikuti Ira menghampiri kak Niken dan kak Made. Walaupun Adel masih bertanya-tanya . Tumbenan?

Tanpa Adel ketahui Ira sebenarnya ingin sekali datang menghampiri kak Dimas sedari tadi dan memeluknya sangat erat agar tidak pergi lagi. Tapi Ira mengurungkan niatnya saat melihat kedekatan kak Dimas dengan kak Karin yang seperti sepasang kekasih cocok sekali. Saat ini Ira hanya ingin segera pulang dan mengurung dirinya dikamar meratapi nasibnya yang tak seberuntung temannya.

Setelah pertemuan dan perkenalan singkat tadi Adel dan Ira memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

Adel sampai dirumah pukul 6 sore hampir petang. Adel langsung menuju kamar untuk segera mandi dan setelahnya Adel langsung turun ke meja makan karena Dia tadi belum sempat untuk makan siang alhasil saat ini Adel merasa sangat lapar. Setelah makan Adel langsung kembali kekamarnya dan kembali berkutat dengan tugas-tugasnya. Biasanya papa Adel baru pulang saat jam makam malam jadi Adel akan menyelesaikan tugasnya dulu sebelum menghabiskan waktu dengan papanya malam ini.

Sangking seriusnya Adel hampir saja melewatkan jam makan malam jika saja papanya tidak menyusul kekamarnya.

“Dek gimana sekolahnya?” Tanya Papa Adel saat setelah acara makan malam telah selesai dan kini mereka sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton tv.

Alhamdulillah lancar Pa, oh iya dua bulan lagi Adel sama Ira ikut lomba nari looh. Papa sama Bang Adit jangan lupa nonton yah” ucap Adel dengan semangat.

“oh ya?" tanya Papa Adel yang dibalas anggukan semangat oleh Adel. "ya nanti papa bakal bilang ke Abang buat nonton pertunjukan adik kesayangannya deh. Tapi tampil yang bagus ya kalo jelek Papa gak mau lihat loh ya, malu tau” ledek Papa Adel. Sambil mengacak-acak rambut putrinya.

“ih kok gitu sih pa. Adel selalu tampil bagus kok” jawab Adel sambil mengerucutkan bibirnya pura-pura merajuk.

“hahaha Adek kok kayak anak bebek ya kalo gitu” goda Papa Adel sambil menoel-noel pipi Putrinya.

“ih berarti Papa juga bebek dong kan aku anak papa. Hahaha” balas Adel.

Malam ini Adel habiskan becanda dengan papa tersyangnya setelah tidak bertemu beberapa hari karena kesibukan masing-masing.

. . . . . .


Happy reading 😆
Jgn lupa tinggalkan jejakk

Kritik dan saran sangat diterimaaa
maaf penulis baru😳

Gimana? Hehe

-Sweet❤

Love at the first sightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang