Soul. (Kiyoshi Teppei).

738 71 0
                                    

"Tadaima, Kiyo-kun." Panggilmu membuka pintu balkon. Mengintip lelaki yang sedang duduk tenang disana.

"Oh, Okaeri (Name)." Kau mengangguk dan melangkah untuk duduk disampingnya.

"Kau kenapa sih selalu suka duduk disini? Memang disini ada apa?" Tanyamu melihat ke sekitar, lalu kembali menatap Kiyoshi yang balas menatapmu.

"Karena disini tempat aku terakhir membuka mata." Jawab Kiyoshi membuatmu bungkam.

"Maaf." Ujarmu merasa bersalah.

"Tidak papa, jadi bagaimana pekerjaanmu?" Kiyoshi bertanya lagi, memasang wajah biasa saja.

Kau pun mulai bercerita.

Kiyoshi sendiri hanya menatapmu teduh, tak terlalu mengikuti keseharianmu di tempat kerja. Lalu ia menatap tanganmu yang ada dimeja, sedang bibirmu terus mengoceh lucu.

Perlahan, Kiyoshi hendak menyentuh tanganmu. Tapi-

'Shh..

Ia tak berhasil.

Ah, apa sudah kuceritakan bahwa kau memiliki indera ke 6? Jika sudah, berarti kalian tahu Kiyoshi itu apa?

Hmm, Kiyoshi adalah penunggu apartement mu. Kronologisnya itu saat dia masih belum menjadi hantu, ia yang tinggal di apartement mu hendak mendudukki kursi balkon, ia terpeleset dan jatuh hingga kepalanya membentur ujung meja.

".. Oh iya, besok ada acara ulang tahun kantorku. Jadi aku harus tidur sekarang agar esok aku bisa bangun pagi, dah Kiyo-kun." Ujarmu beranjak berdiri, lalu melangkah hendak masuk ke dalam. Tapi tertahan oleh suara Kiyoshi.

"Aku," Kau menoleh, dan melihat Kiyoshi yang menunduk dalam. Namun kau membeku saat mendengar lanjutan kalimatnya.

"Ingin menyentuhmu."

--

"Aku juga, Kiyo-kun."

Kalimat dari mu berputar terus diingatan Kiyoshi. Lalu ia mulai masuk kedalam Apartement, menuju kamarmu. Memperhatikan wajah tidurmu yang begitu polos, membuat dadanya sesak namun juga senang.

Lalu ia mulai menggapai wajahmu setelah menguatkan hati, tau jika ia masih tidak bisa menyentuh mu.

"Kiyo-kun?" Kau bangun saat merasakan sesuatu yang hangat dipipimu, menemukan wajah terkejut Kiyoshi dihadapanmu.

"(N-name), aku bisa.." Kiyoshi menangkup kedua pipimu, mengusapnya sepenuh hati membuatmu sadar jika Kiyoshi bisa menyentuhmu.

"Kiyo-kun! Kau bisa menyentuh ku!" Kau mengerjap dan menggapai tubuh Kiyoshi. "Aku juga bisa menyentuhmu!" Kau menangis saking bahagianya, terus mengusap bahu juga wajah Kiyoshi yang terlihat lebih manusiawi dari sebelumnya.

"(Name)," Lalu Kiyoshi memelukmu, kau juga membalasnya dengan suka cita. "Sudah lama aku ingin memelukmu seperti ini, sedekat ini dengan mu." Kau mengangguk menyetujui, memeluk makin erat tubuh Kiyoshi yang hangat.

"(Name)," Kiyoshi mendorongmu, menyingkirkan anak rambut dan mengusap air matamu. Menatap wajahmu lamat-lamat masih dengan ibu jari yang terus mengusap pelipis mu.

"Aku-" Terhenti. Kiyoshi memperhatikan sesuatu ditangannya, sesuatu yang bercahaya membuatmu ikut melihat ke arah tangannya.

Kerlipan cahaya keluar dari ujung jari Kiyoshi, berkerlip kebiruan dan naik ke udara.

"J-jarimu.." Kau menangkap tangan Kiyoshi, berusaha menghentikan gemerlap cahaya yang 'memakan' jari-jari Kiyoshi.

"Tidak, ku mohon jangan.." Kau makin histeris saat kerlipan itu mulai beranjak ke tangan Kiyoshi. Kiyoshi sendiri hanya diam memperhatikan mu, tak bisa berbuat apapun lagi.

Saat isakanmu makin keras, Kiyoshi mulai memelukmu. Berusaha menenangkan mu walau sebenarnya ia juga takut.

"(Name), sudah.. Aku tidak apa-apa." Ujarnya menepuk punggungmu dengan tangan kirinya yang utuh, berusaha mengabaikan tangan kanannya yang mulai mati rasa.

"Tapi .. Aku .. Hiks .. Baru bisa menyentuh mu .. Aku belum membuatkan mu sarapan.. Hiks, aku bahkan belum memanggil nama mu, kumohon jangan pergi .." Kau terus menangis, memeluk lengan Kiyoshi yang mulai dirayapi kerlipan itu.

"Ssh, dengarkan aku." Kiyoshi menarik wajahmu, menatapmu dengan mata yang memiliki bekas air mata. Kau mengusap wajah Kiyoshi dengan isakan yang tak mau berhenti, lalu memeluk Kiyoshi yang juga memelukmu.

"Apapun yang terjadi, kumohon ingatlah apa yang ku katakan." Kau mengusap air matamu sendiri saat lagi-lagi Kiyoshi mendorongmu menjauh untuk melihat wajahmu.

"Aku.." Kiyoshi mengangkat wajahmu. "Mencintaimu, (Name)." Ujarnya tersenyum pedih, kau menangis makin keras hingga tak menyadari bahwa Kiyoshi mulai kehilangan bahu kanannya.

"Aku, hiks, aku juga.." Kau menutup matamu, menerima kecupan hangat di dahimu. Lalu menatap wajah Kiyosi yang mulai dirayapi.

"Aku juga mencintaimu.. Teppei-kun."

--

Kau terbangun dari tidurmu, mengusap matamu yang rasanya perih.

"Hmm, mimpi itu lagi." Ujarmu setelah meregangkan tubuhmu. Lalu bangun untuk membuka gorden.

Sudah setahun setelah kejadian itu, dan kau masih belum melupakannya. Lalu kau merasakan perasaan itu lagi, rasa sakit yang sangat ingin kau hilangkan.

Sakit akan cinta.

"Teppei-kun.."

Fin.

--

669 Words.

P.s : Edisi ngegantung. Ide stuck, hehe 'v')y

KnB X Reader Drabbles, Ficlet, & Short Story~ [SR].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang