Bleeding. (Takao Kazunari).

948 83 2
                                    

"Apa-apaan itu tadi?!" Gerutumu membunuh keheningan sore yang berangin di hari ini. Menghentakkan stilleto mu kesal, sedang kaleng minuman ditanganmu kau remas hingga terbentuk cekungan di badan kaleng kosong itu.

"Dia pikir dia kerja? Bahkan dia hanya mengisi perut gendutnya itu dengan makanan. Lalu jika ada kesalahan, menyalahkan orang lain begitu?" Rutukmu lagi berhenti berjalan, ingin sekuat tenaga melempar kaleng minuman itu ke-

'Jdak!

"Ahg!" Eh? Kau menoleh, menemukkan seorang lelaki berdiri disamping mu sambil memegangi wajahnya dengan satu tangan. Sedang satunya memegang handphone.

Oh iya, kau berancang-ancang melempar kaleng dengan mengangkat tangan mu-

Ah, kau menyikutnya. Saat ingin bertanya pada sang lelaki, ia menjauhkan tangannya hingga terlihat paras tampannya yang..

.. Berdarah.

"HUAAAA! MAAFKAN AKU! BENAR-BENAR!" Jeritmu frustasi, mengobok-obok isi tasmu. Menggapai sapu tangan biru tua dengan garis polkadot disetiap sisinya. Lalu membantu lelaki itu menyeka darah yang mengalir dari hidungnya.

--

"Apa kau tidak apa?"

"Iya, aku tak papa."

"Sungguh?"

"Iya, tenang saja."

"Tapi kau berdarah!"

"Ini luka kecil kok."

Kau terlihat hampir menangis melihat senyuman hangat dibibir lelaki berambut hitam itu, kau menatapnya khawatir. Tentu saja kau merasa bersalah seburuk-buruknya mood dirimu.

Oh, kalian sedang duduk di kursi bawah pohon yang rindang.

Laki-laki ini mendangak ke atas, dan sapu tanganmu yang penuh darah pun tetap bersinggah dilubang hidungnya, dan tentu saja ia bernafas dengan mulutnya.

"Maafkan aku, Takao-san." Ujarmu bersalah, menunduk dalam. Namanya Takao Kazunari, umurnya tak beda jauh darimu. Kau menanyakan namanya tadi saat panik.

Tidak, jangan diingat. Mengingatnya hanya membuatmu malu sendiri.

"Ayo kerumah sakit." Ajakmu lagi, mengusap air mata yang menetes setitik.

"Ah, tidak-tidak. Tidak apa-apa, sudah berhenti." Ujarnya menjauhkan sapu tanganmu yang tadi ia gunakan.

"Syukurlah." Desahmu mengusap dadamu, jantungmu masih bergemuruh panik.

"Maaf ya, sapu tanganmu jadi kotor." Kau meringis, tak enak karena si korban meminta maaf padamu (tentu saja karena kau pelakunya).

"Tak apa, kau bisa menyimpannya." Takao mengangguk kecil, dan kau pun terdiam.

Krik krik.

'Oh, keheningan ini membunuhku.'

"K-kalau begitu aku pulang duluan, sekali lagi maaf sudah melukaimu. Dan sapu tangannya simpan saja." Kau bangkit dari bangku itu, membungkuk kecil yang dibalas senyuman ragu-ragu Takao.

Kau pun melangkah menjauh.

"T-tunggu sebentar," Kau menoleh, dan menemukan wajah memerah dari Takao.

Kawaiieh.

Kau pun hampir mimisanmacamomommesumuhuk!

"A-aku belum tahu namamu, dan," Yah, kau belum memberi tahu namamu padanya tadi arena terlalu panik. "Dan juga.." Dan, apa? Kau masih menunggu. Memperhatikan gerak-geriknya yang terlihat gugup-gugup lucu.

"... Bolehkah aku meminta alamat e-mail mu?" Kau membeku, lalu merona karena tertular wajah Takao.

"N-nama ku (Full Name), dan .." Kau menggaruk pipimu sebelum tersenyum manis. "Kau boleh memintanya."

Sepertinya sikap bosmu yang menyebalkan juga membawa keberuntungan untukmu.

Secara, kau dapat cogan.

Muehehehehehehe~

Fin.

---

451 Word(s).

KnB X Reader Drabbles, Ficlet, & Short Story~ [SR].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang