Bab 5 : Relaksasi

6.2K 419 2
                                    

"Seperti kata orang, kamu tidak akan pernah tahu kapan cinta itu datang dan kepada siapa cinta berlabuh. Yang pasti dia datang tanpa bilang-bilang."

Awalnya Abi menyangka kedatangannya ke kota kelahirannya ini akan membuatnya mati gaya dan bosan. Bayangkan Abi yang biasa hidup di Ibukota mendadak berada di kota kecil yang terkenal dengan tahu taqwanya ini. Beda sekali dengan Jakarta yang ramai, di sini sangat sepi. Tapi enaknya di sini tidak ada kemacetan layaknya di Jakarta yang tiada hari tanpa kemacetan.

Insiden tabrakan itu sempat membuat Abi semakin tidak betah berada di Kediri dan ingin cepat-cepat kembali ke Jakarta. Namun Tuhan berkehendak lain. Ishana yang dianggapnya cewek bar-bar dan kurang ajar berhasil membuat Abi menahan niatnya mempercepat tugas observasi di AHP Cabang Kediri ini. Abi akui Ishana itu menarik dan bisa dijadikan penghilang stres selama dia bertugas di Kediri.

"Kenapa senyam-senyum lu Bi?" tanya Roland yang menemani Abi sarapan di resto hotel.

"Siapa yang senyum-senyum." Ujar Abi berkilah dengan deheman. "Bisa-bisanya aku bertingkah seperti remaja sedang kasmaran hanya dengan mengingat tentang Ishana kemarin." Batin Abi menyadari perubahan sikapnya sendiri.

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Roland dengan menaik-naikan alisnya.

"Nanti kau juga akan tahu." Abi menyeringai.

"Senyum itu..." Roland menunjuk-nunjuk wajah Abi. "Itu adalah senyum yang penuh dengan rencana licik. Aku yakin pasti kau merencanakan hal besar."

"Habiskan sarapanmu. Setelah ini kita akan kebagian promosi." Ujar Abi santai.

"Siap bos. Sebenarnya kemarin aku sudah ke sana dan memang di sana.."

"Ada apa? Apa ada kejanggalan?"

"Orang bicara jangan dipotong." Roland kesal, "Dengarkan dulu. Aku kemarin sudah di sana dan memang di sana itu ceweknya cakep-cakep."

"Kerja woi kerja. Malah jlalatan nyari cewek." Abi melempar serbet pada Roland namun berhasil ditangkapnya dan dia mengusap tangannya dengan serbet itu.

"Hahahahaha." Roland hanya tertawa.

***

Hari ini merupakan perdana Ishana bekerja di APH. Dia berangkat dengan semangat dan tentunya datang sepagi mungkin. Dia tidak mungkin akan membuat dirinya terlambat di hari pertama kerja. Meski dalam pikirannya masih was-was dengan pria yang namanya Abi. Dengan memakai kemeja putih lengan sebatas siku dan celana jeans warna hitam, dia bergegas ke bagian pengurus karyawan mencari Bu Rita.

"Oh, kamu ya karyawan baru itu." Bu Rita memandangi Ishana dari atas sampai bawah.

"Iya, Bu." Jawab Ishana sambil tersenyum.

"Kamu di bagian serba bisa, jadi kamu bisa dibagian mana saja. Sekarang sedang dibutuhkan pelayan di resto hotel. Selama batas yang tidak ditentukan kamu akan bekerja di resto APH." Ujar Bu Rita.

"Iya, Bu." Jawab Ishana, "Syukur deh jadi waitres. Lumayan lah. Semoga saja tidak bertemu si Ababil lagi." Batin Ishana lega.

"Ayo ikut saya."

Ishana segera mengikuti langkah cepat Bu Rita menuju Resto. Padahal Bu Rita sudah tidak muda lagi tapi langkahnya benar-benar cepat. Ishana sampai harus sedikit berlari agar tidak tertinggal Bu Rita.

Begitu sampai di resto yang telah buka sejak jam 7 pagi, Bu Rita melempar Ishana pada manajer resto. Maksudnya menyerahkan tugasnya pada manajer resto, Pak Budi. Bapak-bapak dengan wajah bodi lumayan tidak gemuk. Kelihatan selalu tersenyum pada siapapun. Pak Budi dengan sabar menjelaskan apa saja yang harus Ishana kerjakan dan syukurlah otak Ishana bisa menerima dengan cepat.

Wanita Untuk R. AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang