Prolog

13.9K 556 12
                                    

Ishana terpaksa menatapnya. Keputusan salah. Pesonanya membuatnya mati kutu. Dia kembali menunduk. "Kemarin sepertinya tidak ganteng-ganteng banget tapi sekarang kenapa pesonanya kuat sekali. Apa karena jas yang dia gunakan. Kuatkan hambamu ini Ya Allah."

"Kalau kamu tidak mau bayar kamu tidak akan saya biarkan keluar dari kamar ini hidup-hidup." Abi mengancam.

"Ja-jangan Pak. Maaf kemarin saya kabur, habisnya saya tidak punya uang Pak. Uang segitu banyak saya dapat darimana. Jajan aja pas-pasan," ujar Ishana mengiba.

"Saya tidak peduli. Sekarang juga saya mau ganti ruginya mana."

"Beneran saya tidak punya uang Pak. Bapak bisa lihat saya melamar kerja di sini. Saya bersedia kerja di sini apapun deh pak, nanti gajinya buat bayar perbaikan mobil Bapak." Ucap Ishana dengan berat hati.

"Enak aja. Kamu itu bicara seenaknya jidat kamu saja ya. Di sini itu saya bosnya."

"I-iya maaf pak."

"Hmmm. Kalau dilihat-lihat kamu lumayan juga." Ujar Abi sambil melihat Ishana dari bawah sampai ke atas.

"Lumayan? Jangan bilang dia memandangi tubuh suciku ini. Awas saja kalau dia berani melakukan macam-macam padaku." Batin Ishana. Alarm bahayanya berbunyi.

"Kamu bisa ganti rugi pakai tubuhmu."

DEG.

"Maksudnya pak?" tanya Ishana pura-pura goblok.

"Ya saya pakai tubuh kamu di atas kasur itu." Ujar Abi dengan matanya menunjuk tempat tidur king size itu.

"Ha?"

"Mau tidak? Nanti saya tidak tagih ganti rugi perbaikan mobil saya lagi."

Entah keberanian dari mana. Ishana berjalan menghampiri Abi di kursi kebesarannya. Abi tersenyum devil dengan entengnya. Tanpa basa-basi Ishana mengangkat tasnya dan langsung memukul kepala Abi.

"Aduh, apa-apan kamu?" protes Abi sambil melindungi kepalanya.

"Enak saja Bapak bilang pakai tubuh saya buat bayar perbaikan mobil yang dua juta itu." Ishana masih terus memukulnya.

"Heh, cewek kurang ajar. Berani kamu sama saya."

"Rasakan ini. Enak aja anak perawan seperti saya hanya dua juta. Nih rasakan." Ishana masih terus memukulnya.

"Cewek bar-bar aduh.."

Pergerakannya terhenti, tangannya di cekal Abi. Abi merebut tas Ishana dan melemparkannya sembarangan. Wajah Abi nampak seperti gunung mau meletus. Rambutnya acak-acakan gara-gara pukulan Ishana.

"Kurang ajar kamu pukul-pukul kepala berharga saya. Sini kamu!" Abi menarik paksa Ishana keluar dari meja kerjanya. Dia melemparnya ke atas tempat tidur.

"Aduh." Ishana mengaduh bukan karena jatuh di tempat tidur yang empuk ini tapi karena pergelangan tangannya sakit akibat cengkeraman Abi.

"Kamu berani sama saya ya." Abi langsung naik ke atas tempat tidur.

"Makanya jadi orang jangan sok berkuasa deh Pak. Mentang-mentang orang kaya!" ujar Ishana malah seperti menambah pertamax di atas kobaran api.

"Kamu ya.."

Abi langsung menahan kedua tangan Ishana di samping kepalanya dan berada di atas tubuh mungil Ishana dengan bertumpu pada lututnya.

"Saya perkosa kamu baru tahu rasa ya," ucap Abi terdengar sangat horor.

"Lepasin pak. Enak saja mau perkosa saya. Ini buat suami saya ya," ujar Ishana masih berusaha berontak tapi sulit.

"Hahahaha baru kali ini ada cewek bar-bar kurang ajar seperti kamu banyak omong lagi. Makanya jangan berani-berani buat masalah dengan Ridwan Abi Agraha."

"Kalau bapak berani perkosa saya, saya buat Bapak IMPOTEN," ujar Ishana berani dengan memberi penakanan pada kata terakhir.

"Apa kamu bilang?"

Begitu Abi lengah Ishana langsung melepaskan tangannya dan menendang perutnya dengan lututnya. Abi roboh kesamping. Dengan berani Ishana langsung duduk di atas tubuhnya. Ishana hendak mencekik leher Abi tapi dia berhasil menahan tangan Ishana. Ishana masih berusaha sekuat tenaga mencapai leher Abi.

"Jangan kira saya takut ya sama bapak," ujar Ishana

"Dasar cewek bar-bar, memangnya kamu kira kamu bisa menang dari saya."

"Bi. Aku Roland." Suara dari interkom membuat Ishana menoleh ke pintu.

Merasa dorongan tangan Ishana sedikit berkurang Abi melepaskan tangan Ishana dan langsung meraih kepalanya. Abi langsung mencium bibir mungil Ishana. Ishana terkejut dan dia mulai berontak tapi Abi tidak melepaskan bibirnya. Perlahan perlawannya melemah. Ishana yang kaku dan pasif membuat Abi semakin menciumnya dengan dalam dan memasukkan lidahnya. Ishana gelagapan dia benar-benar tidak tahu cara berciuman. Abi merasakan bibir ishana terasa manis sekali beda sekali dengan bibir-bibir para mantannya. Mungkin ini yang namanya bibir perawan. Batin Abi.

Wanita Untuk R. AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang