Part 1 - Invisible vs Popular

447 49 1
                                    


Waktu mulai beranjak larut, tetapi kelap kelip kota masih dapat mengalahkan kegelapan malam. Seorang gadis dengan rambut diikat kuda, tampak berjalan pelan di tengah keramaian kota. Namanya Krystal, seorang mahasiswa teater berusia 20 tahun. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan part time-nya, menjadi guru di kelas ballet khusus anak-anak yang berada tak jauh dari kampusnya. Dengan sebuah tas berisi peralatan balletnya tadi, ia ikut dalam barisan antrian subway yang saat ini masih terlihat ramai.

Sebuah dering handphone berbunyi, membangunkan Krystal dari tengah lamunannya.

"Halo?"

"Kryss, kamu dimana?" tanya Jessica, kakak perempuannya di ujung sana.

"Di starbucks, masih ngerjain tugas. Kenapa?"

Bohong. Itulah yang Krystal selalu lakukan untuk menenangkan keluarganya yang berada di Amerika sana, jauh darinya. Ia yakin ayah ibunya akan shock jantung kalau tahu anak bungsunya masih berada dalam antrian subway yang penuh sesak di tengah malam begini.

"Pantes suaranya rame banget... Malem-malem kok belum pulang deh."

"Tanggung unni sebentar lagi selesai"

"Pulang sama siapa kamu? Kamu di starbucks deket apartment kamu kan?" tanya Jesssica penuh kekhawatiran. Adik kesayangannya ini tinggal begitu jauh darinya, maka wajar kalau dia selalu khawatir.

"Iya kok, pulang sendiri gampang. Ada apa telpon unni?"

"Biasa, aku selalu diteror oleh Eomma dan Appa yang tidak berhenti khawatir denganmu. Bahkan Appa lebih paranoid lagi, menyuruhku cuti sebentar untuk ke Seoul mengunjungimu Krys."

"Aku baik-baik saja unni. Unni tidak perlu repot-repot terbang dari New York mengunjungiku disini."

"Yaaa! Kalau kau baik-baik saja mustinya kau sempatkan angkat telpon atau menelpon eomma appa disini! Bahkan ku dengar dari eomma kau tidak pernah datang ke acara kumpul rekan bisnis eomma. Eomma bahkan mengira kau sudah berbohong dengan kami semua dan sudah tidak tinggal di Seoul lagi!" curhat Jessica panjang lebar.

Krystal mendesah pelan. Beginilah nasibnya terlahir di keluarga penuh hingar bingar.

Appa nya adalah seorang pebisnis Korean American yang berdomisili di California. Nama Jung Yunho sudah begitu terkenal di dunia bisnis, sebagai seorang pengusaha sukses dan handal di bidangnya.

Eommanya adalah mantan seorang atlit gymnastic yang terkenal di Korea pada zamannya. Eommanya terkenal sebagai atlit dengan paras cantik yang bahkan pernah memenangkan emas untuk Korea. Hampir seluruh teman-temannya adalah sosialita level atas, baik yang terdiri atas para istri pebisnis teman-teman ayahnya, pejabat, artis, atlit, dan masih banyak lagi.

Berbeda dengan Jessica, kakaknya yang memilih terkenal dengan caranya sendiri. Jessica adalah seorang soloist sukses di Korea semasa remajanya. Fansnya begitu banyak. Namun sekarang Jessica memilih menjadi seorang designer, dengan merintis usaha design bertaraf internasional. Saat ini Jessica tinggal di New York, untuk memudahkannya melakukan usaha fashionnya.

Sedangkan Krystal? Saat ini dia hanyalah anak bungsu di keluarga yang belum menghasilkan apa-apa. Berbeda dengan keluarganya yang menjadi sorotan perhatian, Krystal memilih kehidupan yang tenang. Jauh dari ketenaran dibanding dengan anggota keluarga Jung yang lain. Entah karena memang ia merasa minder, atau justru memang dirinya seperti ini ia pun tak tahu. Maka itu, setiap kali Eomma atau Appanya menyuruh Krystal untuk datang mewakili keluarganya dalam acara-acara sosialita seperti itu, Krystal memilih menghindar dengan seribu alasan. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya dengan murid murid kecil di kelas balletnya dibanding harus berada di tengah keramaian sosialita yang hanya membahas: "tas siapa yang lebih mahal" dalam setiap obrolan.

"Aku sibuk unni, tugas kuliah memakan waktuku," jawab Krystal sekenanya.

"Tapi kamu tidak bisa lari lagi kali ini Krys. Eomma bahkan sudah menyusun rencana matang supaya kau datang ke acara ulangtahun Kim Corp minggu depan"

"Maksud Unni?" tanya Krystal bingung.

"Kamu tahu kan, Paman Kim itu teman baik Appa. Appa dan Eomma pasti akan memastikan kau hadir, apapun caranya. Apalagi Eomma dan Appa juga akan kesana minggu depan"

"HAH? Apa??"

"Kau tidak tahu? Kan aku sudah bilang padamu sebulan yang lalu untuk bersiap-siap. Aku yakin mereka tak akan membiarkanmu lari kali ini," ujar Jessica yakin.

Fokus Krystal terputus ketika subway yang ditunggu banyak orang akhirnya datang. Seluruh antrian bergegas masuk kedalam subway, mengisi tempat duduk di dalamnya.

"Unni, nanti aku telpon lagi. I have to go," kata Krystal di tengah desakan kerumunan orang.

"Baiklah, ingat pesanku krys! Jangan lupa minggu depan Eomma dan Appa datang. Jaga dirimu baik-baik," ujar Jessica sebelum mengakhiri pembicaraan.

****

"Aku ada jadwal apalagi sehabis ini?" tanya seorang lelaki di dalam mobil van dengan kaca gelap.

"Tidak ada lagi Kai. Pemotretan tadi jadwalmu yang terakhir untuk hari ini," ujar sang Manager di kursi depan mobil.

Kai mengangguk sekenanya. Dengan malas ia memainkan handphone yang ada di tangannya saat ini. Teringat, ia membuka kalender di dalam handphonenya yang mengingatkannya akan suatu hal.

"Hyung, kosongkan jadwalku minggu depan. Pesankan tiket pesawat buatku ke Jepang," perintah Kai acuh pada sang Manager di depannya.

Lee Seunghwan, sang manager di depannya, langsung melihat jadwal artisnya di dalam tabletnya. Namun ia teringat akan suatu hal, dan ia bisa menjamin akan merusak mood sang artis menjadi lebih buruk.

"Kai... mmm... Jadwalmu memang kosong untuk minggu depan.... Tapi...."

Kai menatap managernya dengan tatapan menyelidik. "Tapi kenapa hyung? Pokoknya kosongkan jadwalku minggu depan," ujarnya tak suka permintaannya dibantah.

"Kau lupa ya... Minggu depan adalah ulangtahun Kimcorp, Kai. Ayahmu meminta agensi untuk mengosongkan jadwalmu agar kau bisa datang. Atau lebih tepatnya, kau harus datang," kata sang manager dengan ragu.

Kai mendecak kesal. Ia lupa minggu depan kalau ada acara menyebalkan yang harus ia datangi. Hampir setiap tahun ia selalu bisa menghindari acara membosankan itu dari ayahnya. Apapun cara ia lakukan agar ia tidak perlu datang memenuhi undangan ayahnya. Padahal, ayahnya berulang kali menyusun rencana agar Kai bisa hadir. Namun rencananya ayahnya selalu kalah cerdik dengan rencana Kai hingga ia selalu berhasil absen. Padahal, banyak orang menunggu kehadirannya mengingat ia adalah pewaris satu-satunya seluruh aset dan perusahaan Kimcorp.

"Kau jangan coba-coba merencanakan hal hal aneh, Kai. Ayahmu sudah mengancam semua orang kalau-kalau tahun ini kau tidak datang juga. Bukan hanya aku, bahkan agensi pun sudah diancam oleh ayahmu. Aku bahkan bisa menjamin ia akan memberikan ganjaran bagi setiap orang yang membantumu dan membuatmu tidak datang minggu depan," ujar sang manager penuh harap.

Chairman Kim memang salah satu orang berpengaruh di Korea. Kekayaan dan kekuasaannya sanggup membuatnya melakukan segala hal untuk mewujudkan keinginannya.

"Aku tidak mau tahu, pokoknya minggu depan aku akan pergi ke Jepang," kata Kai keras kepala.

Manager Lee mendesah pelan. Ia tahu artisnya ini sama keras kepala dengan sang ayah. "Terserah Kai, yang pasti aku tidak bisa membantumu. Mungkin kau harus berusaha sendiri."

To be continued....


Authors note

Halo semua! Ini fanfiction pertamaku. Kalau ada kurang-kurangnya maaf yaa.

Terimakasih buat semua teman-teman yang sudah mau membaca.

Aku tunggu kritik dan sarannya yaaa

Please vote and comment, thankyou reader-nim :)

Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang