Prolog

115 6 0
                                    

"Hai." sapa seseorang yang menghampiriku lalu duduk di sebelahku.

Aku yang duduk di bawah pohon willow pun menoleh dan membalas, "hai."

"Cuacanya panas ya, numpang duduk di sini boleh kan?" tanyanya mulai membuka laptop dan memainkannya.

Matahari hari ini memang terik, membuatku menghentikan perjalananku dan berteduh sejenak di bawah pohon.

"Iya." balasku menyahuti.

Tapi bukan berarti tempat berteduh hanya di bawah pohon willow ini saja, masih banyak pohon yang rindang untuk berteduh di sekitar sini, tapi orang ini memilih berteduh di bawah pohon yang sama denganku.

Sesekali aku melirik pria asing yang tiba-tiba duduk di sebelahku, kalau aku taksir kira-kira usianya sama dengan usiaku. Apa yang dilakukan remaja laki-laki ketika kedua telinganya tersumpal headphone dan tatapan matanya terlampau fokus pada layar laptop di hadapannya yang sedang ia pangku? Aku ingin tahu apa yang dia lihat di layar monitornya, tapi setelah kupikir-pikir itu pasti akan melanggar privasi orang.

"Hei, kayanya makan es krim enak ya." ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.

Aku bingung, siapa yang dia ajak bicara? Mungkin dia sedang berkomunikasi dengan seseorang yang berada di layar monitornya.

"Eh.." gumamku lirih sambil menengok kanan kiri.

Tiba-tiba anak itu menutup laptopnya, melepas headphone tanpa kabel dari telinganya dan mengemas barangnya ke dalam tas.

"Ayo makan es krim." ajaknya yang sudah berdiri dan menggendong tas punggungnya.

Aku yang masih duduk di bawah pohon wilow hanya menatapnya bingung sambil memiringkan kepala, siapa yang dia ajak bicara?.

Dia menunduk, mengambil lenganku lalu menariknya agar aku berdiri, "ayo beli es krim, gue deh yang traktir."

Anak itu melangkahkan kakinya sambil menarik lenganku, padahal aku belum menerima ajakannya. Dia aneh.

***

"Te-terimakasih." ucapku canggung pada anak itu, ia menyodorkan sebuah es krim untukku.

"Sama-sama." balasnya.

Saat ini kami tengah duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung ke arah sungai, tak jauh dari kami terdapat mobil es krim dan di dekatnya terdapat banyak orang, terutama anak kecil yang menginginkan es krim.

"Ah, makan es krim di tengah cuaca yang terik emang enak." ujarnya, dia mengimbuhkan, "benarkan?"

"U-um..." aku mengangguk sedikit menyetujui pendapatnya.

"Mau coba es krimku gak?" tawarnya sedikit memajukan es krimnya ke arahku.

"Tidak, terimakasih, tapi menurutku semua es krim itu sama." tolakku halus, aku tidak terlalu menyukai makanan atau pun minuman yang rasanya dominan manis.

"Enggak, yang ini beda, ayo coba buka mulutnya. Aaa." dia memaksaku untuk membuka mulut dan aku menurutinya.

Tapi saat mulutku terbuka lebar, es krimnya tidak masuk ke mulutku malah nyasar ke pipiku, dan dengan tampang tidak berdosa orang yang duduk di sampingku justru tertawa.

Aku yang tidak mau kalah akhirnya mengoleskan es krimku ke pipinya saat dia tertawa bebas dan berlanjut saling serang hingga kejar-kejaran.

Saat aku mengejarnya, dia tiba-tiba berhenti berlari dan melirik arlojinya lalu berkata, "Kaila, udahan dulu ya, aku harus pergi. Kita lanjutin lagi dilain hari."

"Um!..." aku mengangguk mantap dan melihatnya berjalan menjauh meskipun ada sedikit rasa tidak rela.

***

"Kaila, bangun!! Udah siang!"

Suara itu akan kudengar bila aku bangun kesiangan.

Apa?!! Kesiangan!!

Aku langsung bangun dan memakai kacamataku lalu berlari menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarku. Semoga hari ini aku gak telat.

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang