Lomba Kimia Tingkat Kota

21 3 0
                                    

Waktu berlalu dengan sangat cepat, perasaan baru kemarin aku menerima kabar harus mengikuti lomba kimia. Dan tanpa kusadari, hari ini lah perlombaan kimia tingkat kota dilaksanakan, padahal persiapanku belum seratus persen. Apa ini ya yang dinamakan kiamat sudah dekat? Hari bergulir semakin cepat.

Aku dan empat peserta lomba lainnya turun dari mobil yang mengantarkan kami ke sekolah ini, SMA Puncak Harapan. Untuk lomba kimia tingkat kota, SMA ini lah yang menjadi tuan rumah tahun ini. SMA yang sekaligus menjadi pesaing sekolahku, berlomba untuk menjadi sekolah terfavorit di kota ini, bahkan di provinsi. Sekolah ini adalah tempat dimana sahabatku menimba ilmu.

"Kaila!!" teriak sahabatku dari kejauhan, dia terlihat sedikit berlari sambil lompat-lompat untuk menghampiriku, di belakangnya berjalan dua orang dengan santai.

"Dara." balasku disertai senyum ketika sahabatku sudah berada di depanku.

"Ngapain lo ke sini?" tanyanya, nadanya berubah sedikit lebih sarkastik, tapi aku tau dia hanya bercanda.

"Mau daftar jadi tukang kebun." balasku sekenanya.

"Wah.. Tukang kebun di sekolah ini udah banyak, cari tempat laen aja deh lo." ujarnya menanggapi.

"Jadi ceritanya lo ngusir?" nada suaraku kubuat sedikit lebih jutek.

"Bercanda... Eh kenalin temen-temen gue, Leva sama Fiona." Dara memperkenalkan kedua temannya yang berada di sebelahnya.

"Hai, gue Leva." sapa siswi yang berdiri di sebelah kanan Dara, dia menjulurkan tangannya.

"Gue Kaila." balasku menerima jabatan tangannya.

"Fiona..." kali ini siswi yang berada di sisi kiri Dara menyebutkan namanya.

"Kaila." ucapku yang juga membalas jabatan tangannya.

Jika dilihat sekilas, teman Dara yang bernama Fiona ini agak susah menerima orang baru dihidupnya. Cara bicaranya agak kaku.

"Eh, kok kalian berdua mau sih jadi temen si burung Dara ini?" tanyaku pada Leva dan Fiona berusaha mengakrabkan diri, teman Dara temanku juga kan?

"Gue kasihan lihat Dara kemana-mana sendiri, jadi gue terpaksa nemenin deh." jawab Leva spontan membuat kami bertiga tertawa kecuali Dara.

"Ish! Jahat lo, Le. Eh Kail hiu, nama gue Dara, gak usah ditambahin burung di depannya." protes Dara padaku

"Lo juga Ra, kalo mau manggil gue Va aja jangan Le, berasa kaya lo lagi manggil Sule." Leva juga mengajukan protes pada Dara.

"Habis, nama lo susah sih, Le-va." Dara membela dirinya.

"Halo." kami bertiga langsung terdiam ketika mendengar suara itu, ternyata Fiona tengah mengangkat telpon.

"..."

"Iya, kita bentar lagi nyusul." ucapnya kemudian.

"..."

"U'm..." Fiona menutup teleponnya dan mengantungi kembali androidnya ke dalam saku.

"Ada apa Fi?" tanya Leva pada Fiona.

"Mereka udah nunggu kita di kantin." jawabnya.

Sadar diri karena pasti yang dimaksud Fiona 'kita' itu pasti Dara, Leva juga Fionanya sendiri, aku tidak termasuk. "Ya udah, gue balik ke tempat lomba dulu."

"Emang lombanya jam berapa La?" tanya Dara sebelum aku melangkah pergi.

"Sebenernya dimulai jam delapan, tapi katanya ada sedikit trouble jadi diundur sampe jam sepuluh." jawabku sambil mengingat ucapan panitia, tadi.

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang