Prolog

67.4K 3.5K 281
                                    

Shingeki no kyojin @ Hajime Isyama

This is story @ Zavionix Shakdee

Warning : modernAU, boys love, romance, drama, typos.

Pairing : Riren/Rivaere

Don't like Don't read

____________________________________

"Ayah.....
Ibu.....
Jangan pergi hiks hiks...
Kenapa kalian tidak membawa ku juga bersama kalian hiks hiks"

Miris, itulah gambaran yang terlihat pada sosok seorang bocah berusia sepuluh tahun tersebut. Mengenakan jas hitam lusuhnya, bocah itu terus dan terus menangis tanpa kenal lelah. Mata hijaunya telah sembab oleh air mata yang tidak berhenti mengalir. Di depannya terdapat dua peti jenazah dari kedua orang tua bocah tersebut.

"Eren, kuatkan dirimu sayang" ucap salah seorang tetangganya yang sudah berusia lanjut itu.

"Kakek, kenapa ayah dan ibu meninggalkanku, kenapa mereka tidak membawaku pergi juga" ratapnya masih sesenggukan.

Pria yang dipanggil kakek itu hanya bisa terdiam, sesekali mengelus rambut kecokelatan sang bocah.

Sungguh kasihan nasibnya yang sekarang tidak punya siapa-siapa lagi, tak seorangpun dari sanak saudara bocah itu yang ingin mengadopsinya.

"Eren, kau tidak perlu takut sayang. Tinggallah bersama kakek dan juga Armin. Dia pasti akan sangat senang" putus kakek itu yang tidak tega membiarkan Eren seorang diri. Apalagi bila harus sampai dibawa ke panti asuhan.

Mendengar ucapan kakek tersebut, Eren mendongak ke arahnya dan hanya mengangguk sambil terus menangis.



Eren tersentak bangun akibat mimpi buruk dari masa lalunya, keringat dingin membasahi wajahnya yang terlihat pucat. Dipandanginya kamarnya yang dicat hijau kebiruan itu, walau kejadian itu sudah berlalu sejak tiga belas tahun silam, namun mimpi-mimpi buruk tak kunjung berhenti menghantuinya.


Tok tok tok


"Eren, kau sudah bangun?? Ayo kita sarapan" teriak sebuah suara dari luar kamar tersebut.

"Ya, aku akan segera keluar Armin" teriaknya balik dan segera turun dari ranjang tunggalnya. Lalu menuju ke kamar mandi.

Setelah melakukan ritual paginya, Eren beranjak menuju ruang makan yang memerangkap sebagai dapur sekaligus. Disana terlihat seorang pemuda seusianya tengah mengunyah roti sambil mengenakan dasinya.

"Kenapa kau sudah rapi sekali. Kita tidak berangkat bersama?!" tanya Eren yang kini duduk dan mengambil sehelai roti lalu mengolesnya dengan selai cokelat.

"Maaf Eren, aku harus bertemu dengan kepala divisi marketting pagi ini" sesal pemuda itu meminta maaf.

"Tidak apa, pergilah kau bisa terlambat nanti"

"Baiklah. Jangan lupa mengunci pintu" Canda Armin tersenyum jail dan segera melesat keluar.

Eren hanya mendengus geli teringat kejadian dia lupa mengunci pintu apartemennya, dan untung saja waktu itu tidak ada maling yang masuk.

Eren dan Armin adalah dua sahabat yang sudah seperti saudara, merantau ke kota untuk menempuh pendidikan yang lebih baik ketimbang di desa dan akhirnya mereka sekarang bisa dikategorikan lumayan sukses karena dapat bekerja di perusahaan ternama. Walaupun begitu kehidupan mereka tetap sederhana dengan menyewa sebuah apartemen yang cukup murah dengan penghasilan mereka perbulan.

Teringat masa lalu pemuda itu teringat dengan kakek Armin yang begitu baik mau menampungnya dan menghidupinya, menganggapnya seperti cucunya sendiri. Tapi sangat disayangkan umur kakek Armin sudah begitu tua untuk melihat mereka tumbuh dewasa menjadi seperti sekarang ini.

Tersadar dengan lamunannya, Eren segera bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya dengan senyuman lebar yang selalu menghiasi wajah manisnya.

Sementara jauh dari tempat pemuda manis itu berada, seorang pria tampan turun dari mobil mewahnya, sepatu hitam mengkilat itu melangkah memasuki sebuah rumah mewah atau tepatnya bisa disebut sebuah mansion yang bergaya eropa kuno. Para butler dan maid berjajar rapi menyambut kedatanganya. Dirinya berhenti tepat di anak tangga pertama ketika mendegar bunyi tapak sepatu yang berjalan dan ikut berhenti di ujung anak tangga tersebut.

"Senang kau mau menuruti perintahku Levi" sahut seorang pria paruh baya yang kini tersenyum pada sosok tersebut.

"Senang melihatmu sehat-sehat saja pak tua" seringainya menatap pria paruh baya yang kini mendengus kepadanya.








Tbc.

Hai minna, kembali lagi bersama author sengklek dan amatiran ini X""D

Ini cerita baruku..
Gimana?? Gimana??
Ada yang suka ga??
Kalo banyak yang suka, chapter satunya bakal saya update besok oke ^^

Kalo berminat dan suka sama cerita ini silahkan di vomment aja ya ^^

Arigatou.

My Boss Is My Boyfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang