13. Semuanya mulai terungkap

15K 1.2K 295
                                    


Tepat pukul 01.00 dini hari pesawat jet yang dinaiki oleh Levi dan Mike mendarat di 'Bandar Udara Internasional Washington Dulles'. Keduanya turun dari dalam pesawat dengan disambut oleh beberapa pria berjas hitam yang tengah membungkuk hormat. Mereka semua bisa merasakan aura hitam yang tengah terpancar di tubuh Levi menandakan jika mood pria itu masih tengah memburuk. Mike yang berjalan di belakangnya pun tidak kalah menyeramkan saat ini. Seorang pria yang berdiri di samping mobil limosin hitam langsung membukakan pintu dan langsung membungkuk hormat ketika keduanya masuk ke dalam mobil dan mobil itupun langsung melaju membelah jalanan kota Washington yang masih terlihat sepi.

Sedangkan diwaktu dan hari yang berbeda Eren yang tadinya pingsan mulai terbangun, pemuda itu mengerjap beberapa kali ketika mendapati ruangan yang begitu terang benderang. Tangannya reflek memegang kepalanya yang sedikit berdenyut sakit. Eren menoleh kepenjuru ruangan yang tidak dikenalinya sama sekali, matanya yang semula menyipit kini membola karena baru tersadar jika seseorang membekap mulutnya hingga dia pingsan di cafe tadi.

Eren kembali merasa de javu mendapati suasana yang membuatnya merasa sangat takut. Beruntung kedua tangan dan kakinya saat ini tidak dalam keadan terikat seperti dulu dan pakaiannya masih terlihat utuh tanpa terbuka ataupun robek. Jantung pemuda itu semakin berdetak cepat ketika mendengar bunyi pintu yang dibuka, matanya langsung membelalak horror mendapati siapa orang yang berada di dekat pintu saat ini. Tangannya dengan kuat mencengkram selimut yang menutupi setengah badannya saat ini.

"Oh kau sudah bangun rupanya" Xavi dengan santai berjalan mendekati Eren yang masih menatap horror padanya.

"Jangan mendekat" ujar Eren yang kini beringsut mundur semakin merapat ke sandaran ranjang.

"Aku bilang jangan mendekat" ujar Eren lagi yang kini sudah gemetar takut melihat seringai kejam Xavi. Pria itu tepat berhenti di sisi ranjang, dan langsung menghempaskan diri ke atas kasur. Seringainya semakin mengembang ketika melihat wajah takut Eren yang terlihat begitu jelas.

"Jangan takut sayang, aku tidak akan menyakitimu" sebelah tangannya membelai pipi gembul Eren membuat pemuda itu langsung saja menepis kasar tangan Xavi, pria itu menggeram tertahan saat melihat bekas merah yang tercetak jelas pada punggung tangannya.


PLAAAKKKK


"BERANI SEKALI KAU MENEPIS TANGANKU JALANG" teriak pria itu menatap nyalang Eren yang kini tertunduk seraya memegangi pipinya yang terkena tamparan tadi. Eren sedikit meringis merasakan rasa asin pada pinggiran bibirnya yang terlihat sedikit robek, dengan berani dipandanginya wajah Xavi yang masih terlihat memerah menahan marah.

"DASAR BAJINGAN, LEPASKAN AKU BRENGSEK. APA MAU MU HINGGA MENCULIKKU SEPERTI INI HAH. DASAR MANUSIA MENJIJIKAN"



PLAKKKK


Kembali pria itu melayangkan tamparan keras hingga bibir Eren yang sudah robek semakin robek dibuatnya.

"SEKALI LAGI KAU MEMAKIKU, AKU TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN MENGHAJARMU JALANG" bukannya takut, Eren semakin menantang pria itu, sekuat tenaga dia menahan rasa nyeri pada bagian mulutnya.

"AKU TIDAK TAKUT PADAMU BRENGSEK. KAU AKAN MATI DITANGAN LEVI"


BUUGHHHH



Tidak butuh menunggu waktu lama akan ancamannya, pria itu akhirnya memukul perut Eren dengan telak, membuat pemuda manis itu meringis kesakitan memegangi bagian perutnya yang terasa amat sakit.

"JANGAN MENYEBUT NAMA PRIA LAIN SAAT KAU BERSAMAKU EREN. APALAGI NAMA SI BRENGSEK ITU" dan Xavi pun keluar meninggalkan Eren yang masih tertunduk menahan sakit di perutnya. Air mata pemuda manis itu keluar seiring memanggil-manggil nama Levi.

My Boss Is My Boyfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang