My Boss Is My Boyfriend ✔

3. Kesempatan

Pemuda bersurai cokelat itu kembali ke kantor dengan sedikit terburu. Lima menit lagi jam istirahat akan berakhir, jika dirinya belum duduk anteng di kursi kerjanya bisa dipastikan dia akan berhadapan dengan kepala divisinya, dan itu bukan pertanda yang baik bagi kariernya di perusahaan ini.

Memang Eren yang dasarnya pemuda yang ceroboh, kembali dirinya menabrak si boss besar yang hendak berbelok juga. Dirinya yang berlari begitu cepat dan langsung menukik tajam untuk berbelok tidak sadar jika pria raven itu juga ingin berbelok ke arahnya. Maka terjadilah adegan seperti kemarin malam dimana pemuda manis itu tengah melingkarkan tangannya di leher sang boss, sedangkan pria itu merengkuh pinggang Eren cukup kuat. Keduanya kembali terbelalak dengan posisi mereka. Karena saking terkejutnya posisi ambigu itu terjadi cukup lama, membuat para karyawan yang lalu lalang berhenti sejenak menonton adegan tersebut.

Levi yang tersadar duluan, segera melepaskan pelukannya, menatap tajam para karyawan yang berhenti di sekitar mereka berdua.

"Apa yang kalian lihat. Kembali pada tugas kalian sekarang juga" semua merinding takut mendengar suara bariton yang terkesan menakutkan bagi mereka, belum lagi tatapan tajam yang diberikan pria itu. Dengan langkah tergesa mereka langsung meninggalkan tempat perkara takut nanti kena hukuman.

"Maafkan saya sir"
Eren membungkuk dalam, sungguh meratapi nasibnya yang kembali menabarak si boss cebol upss maksudnya si boss menyeramkannya itu. Dia tahu pasti hari ini dia tidak akan selamat. Berdoa agar hukumannya tidaklah terlalu berat nanti.

"Jaeger, sudah kedua kalinya kau menabrakku. Jadi hukuman apa yang ingin kau minta dariku" nah Eren jadi bingung sendiri sekarang, masa hukuman bisa dipilih-pilih. Kalau bisa sih dia inginnya tidak usah dihukum.

Levi yang melihat kebungkaman pemuda manis itu hanya menghela nafas, melihat berkas-berkasnya yang sudah tumapang tindih di lantai. Seringai tipis muncul tiba-tiba di bibir seksinya itu, ditatapnya Eren yang masih membungkuk takut untuk melihatnya.

"Jika kau tidak tahu harus memilih hukuman apa, aku tahu hukuman yang cocok untukmu bocah" seketika pemuda manis itu segera mendongak melihat sang boss yang masih berekspresi datar.

"Kau bantu aku mengurus semua berkas ini ke dalam penyimpanan arsip" perintahnya mutlak tidak bisa dibantah. Eren hanya mengangguk pasrah.

"Baik sir" dipungutnya semua berkas-berkas itu sendirian, sementara Levi hanya berdiri sambil melipat tangannya angkuh. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Eren hanya bisa meratapi nasibnya di dalam hati, diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Otaknya tambah geger karena setelah ini dirinya harus bersiap-siap lagi terkena semprotan dari boss botak killernya. Sungguh malang nasib pemuda manis itu sekarang.

Selesai memungut semua kertas-kertas yang berserakan, Levi menyuruh pemuda manis itu mengikutinya, Eren sendiri sedikit kewalahan berjalan sambil membawa berkas yang tingginya sedagu pemuda itu. Sumpah serapah telah keluar dimulut kissablenya, tapi dengan tidak bersuara. Dirinya kesal sekarang melihat tingkah sang boss yang menurutnya sangat keterlaluan. apa salahnya pria itu menolong membawakan sebagian berkas-berkas ini, supaya dirinya juga tidak keberatan.

'Dasar boss cebol, sombong, angkuh, tidak berperasaan, percuma saja punya otot yang bagus tapi tidak bisa dipergunakan. Apa dia tidak tahu aku sungguh keberatan membawa dokumen-dokumen ini" seperti itulah gambaran kekesalan hati Eren yang tentu saja hanya dia dan Tuhan yang mendengarkan.

"Aku tahu kau sedang mengatai-ngataiku bocah. Diam dan turuti saja aku" Eren kicep, bagaimana pria itu tahu dia sedang mengatainya di dalam hati. Apa boss nya itu seorang cenayang. Tapi itu tidak mungkin.Menggelegkan kepalanya kuat-kuat, pemuda itu jadi tambah ngeri dengan boss besarnya.Sesampainya di ruang arsip, segera pria raven itu menyuruh Eren untuk menyusun semua berkas tersebut sesuai abjad, dan tahun berkas itu dibuat.