7. Kejutan

33.7K 2.2K 872
                                    

Seperti janjinya kemarin, Levi dengan setelan jas navy blue yang melekat indah di tubuh maskulinnya, tepat pukul 07.00 pagi sudah memarkirkan mobilnya di depan gedung apartemen Eren. Berjalan santai memasuki areal gedung tersebut, tidak memikirkan para penghuni apartemen yang menatapnya penuh keingintahuan. Pasalnya mereka belum pernah kedatangan tamu dengan penampilan first class seperti pria raven tersebut.

Langkahnya tepat terhenti di depan pintu bercat hitam dengan nomor 125. Tidak perlu ditanya bagaimana pria itu bisa tahu nomor apartemen kekasihnya, karena itu merupakan masalah sepele bagi pewaris Ackerman tersebut. Bahkan sebelum inipun saat kejadian dimana dia mengantar Eren untuk pertama kalinya, dia sudah tahu alamat pemuda manis itu.

Kembali lagi pada sosok raven tersebut yang kini tengah berhadapan dengan sosok pemuda bersurai blonde bernama Armin Arlert. Pemuda manis yang tidak kalah manisnya dengan sang sahabat terlihat cukup terkejut melihat kedatangan CEO nya itu. Dia pun buru-buru membungkuk hormat mempersilahkan sang boss besar masuk ke dalam.

"Maaf kalau sofanya kurang nyaman Sir"

"Tidak masalah. Jadi dimana bocah manisku sekarang?!" kembali pria itu mengahadap ke arah Armin yang masih berdiri setelah tadi menelusuri seisi ruangan dengan mata tajamnya.

"Mungkin masih di kamarnya Sir. Biasanya jam segini Eren baru bangun tidur" pemuda blonde itu menunjuk ke arah pintu bercat hijau dengan poster titan yang menempel di pintu tersebut.

Tanpa banyak kata, pria raven itu beranjak menuju arah tunjuk Armin, membuka pintu nya perlahan lalu masuk ke dalam. Tidak ada tanda keberadaan Eren disana karena ranjangnya kosong dan sudah rapi.

Pria itu menoleh ke arah pintu kecil yang diyakininya sebuah kamar mandi, terdengar bunyi pancuran air di dalam sana menandakan sang pemilik kamar sedang mandi. Dia pun bersandar ke dinding sesekali mendengus mendengar suara cempreng tengah berteriak melantunkan nada-nada upbeat yang tidak sesuai dengan nada aslinya.

Tidak butuh waktu lama, pintu kamar mandi itu terbuka. Menampilkan sosok Eren yang hanya mengenakan handuk, tangannya sibuk mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil. Pemuda itu masih bersenandung kecil, tidak menyadari raja singa tengah menyusup ke daerah teritorialnya.

Levi dengan pandangan yang sedang membidik tubuh mangsanya, memperhatikan tiap lekuk gumpalan daging segar yang begitu menggiurkan. Menjilati bibirnya sendiri lalu mendekati mangsanya dengan gerakan lambat agar buruannya tidak sadar.

Eren mengejang kaku, merasakan hembusan nafas yang tepat mengenai tengkuknya. Tangan nakal tengah menguleni bokong sintalnya. Mencoba berbalik dengan gerakan pelan, dirinya melotot hendak berteriak sebelum satu tangan kekar membekap mulut sexynya.

Kening pemuda manis itu berkerut dengan mata yang menyipit tajam namun tetap menggemaskan di pandangan seorang Levi. Eren melepaskan bekapan dari pria itu, bibirnya refleks memanyun imut.

"Levi, kenapa kau suka sekali menakut-nakutiku. Itu tidak lucu sama sekali" pria itu hanya terkekeh, meraih pinggang ramping Eren yang belum berbalut fabrik apapun.

"Salahmu sendiri, kenapa begitu menggoda. Aku jadi horny melihat tubuh sexymu"

Eren merona malu mendengar kata-kata vulgar dari kekasih ravennya itu, dan tersadar jika dia hanya berbalutkan handuk saat ini. Dia mencoba untuk melepaskan bekapan tangan Levi di pinggangnya, tetapi pria itu malah semakin memeluk pinggangnya erat.

"Le-vi..lepaskan. Aku ingin berpakaian" bukannya melepaskan, pria itu malah makin merapatkan tubuh mereka lalu memberikan kecupan ringan di pipi si brunette.

"Ughh.. Levi..lepaskan, kita bisa terlambat nanti" rona merah sudah menghiasi wajahnya hingga ke telinga.

"Kenapa harus takut terlambat, jika aku pemilik perusahaannya adalah kekasihmu sendiri"

My Boss Is My Boyfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang