Chapter 2

53.3K 2.5K 35
                                    

Aku kembali berjalan ke kamar hotel, menjauh dari kerimunan riuh pesta yang mulai menggila.

Seorang pria sibuk mengejar beberapa wanita yang memakai bikini berlari sambil terkikik keras. Ku pakai kembali celana pendek jeansku dan jaket untuk menutupi bikiniku yang berwarna hijau.

Angin semilir bertiup membuat tubuhku meremang kedinginan, jaket tipis yang kupakai sama sekali tidak membantu sama sekali. Aku berlari kecil menuju lobi hotel.

"Miss Hill?" Seorang perempuan dengan seragam hotel mendatangiku.

"Ya?"

"Miss Helena Hugo menyuruh saya menyerahkan ini pada Anda."

Wanita itu menyerahkan sebuah amplop putih, aku mengambilnya dan mengucapkan terimakasih. Wanita itu memohon diri pergi kembali pada pekerjaannya.

Aku yang bingung membolak balikan amplop yang tanpa nama pengirim. Kubuka amplop tersebut yang didalamnya terdapat secarik kertas bertuliskan

Greensight cafe

Kenapa Helena menyuruh ku ke cafe?

Bukannya dia pergi mencari Taylor?

Aku menarik jaketku untuk semakin melekat ke tubuh berusaha menembus angin pantai yang semakin dingin.

Aku berhenti berjalan saat mendengar suara langkah kaki dari arah belakang.

Aku mengedarkan pandangan kejalan yang gelap dan sunyi. Bulu kuduk ku meremang saat suara langkah kaki itu tidak terdengar lagi.

Kupercepat langkahku, setengah berlari menjauh dari suara suara yang tak tampak wujudnya.

Tiba tiba tubuhku ditarik oleh tangan yang besar dan tangannya yang lain membekap mulutku dengan kain sebelum aku bisa berteriak.

Kesadaran ku mulai menghilang membuat tubuhku lemas lunglai saat tubuhku diangkat dan dibawa kedalam mobil.

"Kau mendapatkannya?" Seorang laki laki duduk dibangku depan.

"Ya"

"Tak ada yang melihatkan?"

"Tenang saja semuanya aman. Kau sudah menghubungi tuan muda itu?"

Laki laki yang mengangkatku. Membaringkan tubuhku dibangku belakang.

"Dia sudah menunggu kita di perkebunannya."

Terdengar suara mobil yang dihidupkan dan suara pintu yang ditutup.

"Apa yang diinginkan tuan muda itu dengan wanita ini?"

"Aku tidak tahu. Jangan banyak bertanya, semakin sedikit yang kita tahu semakin baik untuk kita."

Suara mereka yang mengobrol menjadi lagu pengiring tidurku yang semakin sulit untuk sadar dari pengaruh obat bius. Mobil terus bergerak menjauh dari kerumunan.

Semakin jauh mereka dari jalan besar semakin jelek juga kondisi jalan yang mereka lalui.

Tubuh mereka berguncang dalam mobil setiap melewati jalan berlobang.

Aku pun tak sadarkan diri lagi.

**********

Kau!

Aku benar benar tidak menyangka laki laki yang berada didepanku ikut terlibat dalam penculikan ini. Aku ingin berteriak dan memukulnya akan tindakan bodohnya.

"Keluarlah, biar aku yang mengurusnya."

Kedua orang itu memohon diri dan keluar dari kamar meninggalkan kami berdua yang saling menatap dengan ekspresi yang berbeda.

Dia mendekat dan mengangkat tubuhku yang terjatuh di lantai, membawanya ke tempat tidur.

"Aku akan mengeluarkan sumpalan di mulutmu tapi kau harus berjanji tidak akan berteriak."

Aku menganggukkan kepalaku dengan cepat. Sumpalan ini sungguh membuat rahangku pegal.

"Akhirnya..."

Aku menghembuskan nafas dari mulutku setelah sumpalan itu diambil keluar dari mulutku.

Aku menatap laki laki didepanku yang melempar kain sumpalan ke sudut kamar.

"Mengapa kau melakukan ini, Kyle?" Kyle diam menatap tanganku yang terikat.

Kyle tampak begitu kurus dan kusut. Pipinya yang tirus menonjolkan tulang pipinya. Rambut pendeknya yang terakhir kali kulihat kini sudah panjang menutupi matanya yang berwarna abu abu.

"Kyle?" Suaraku berbisik padanya berusaha tampak tenang. Mata abu abu itu kini menatapku. Aku bisa melihat guratan kesedihan didalamnya.

'Sebegitu cintakah kau dengan Helena sampai membuatmu menjadi seperti ini?'

Hatiku terenyuk melihat penampilan Kyle yang biasanya menjadi pusat kerumunan teman temannya, ceria kini tampak mengerikan akibat sakit hati dan kesedihan.

Tatapan Kyle membuatku ingin memeluknya. Tanganku terangkat ingin menyentuh wajahnya tapi Kyle menjauh dan berdiri.

"Tidurlah Joanna, besok kita akan membicarakannya"

"Jangan coba coba untuk menghindari ku Kyle!" Protesku atas sikap Kyle yang menghindar.

"Kenapa kau melakukan ini?jawab aku Kyle!"

Kyle masih diam memunggungiku. Tangannya yang menggenggam pintu tampak memutih akibat mencengkeram pintu kuat.

"Bicaralah padaku Kyle." suaraku terisak memohon dengan sangat pada punggung didepanku yang tampak lelah.

"Kau tidak akan mengerti." Kyle keluar dari kamar setelah mengatakannya.

"Tidak akan ada seorangpun yang mengerti jika kau tidak menjelaskannya!" Aku berteriak berharap Kyle akan mendengarnya.

Aku kembali merebahkan tubuhku ketempat tidur. Air mata mulai membasahi pipiku.

Hatiku benar benar sakit melihat Kyle yang begitu tampak menyedihkan tak terurus, dan hatiku semakin perih menyadari Kyle yang begitu mencintai Helena hingga membuatnya gila.

"Kau sungguh bodoh Helena. Dia begitu mencintaimu"

aku menatap langit langit kamar. Bayangan Kyle yang tertawa riang di bawah pohon yang rindang, begitu hidup begitu bersemangat membuatku berjanji pada diriku sendiri untuk membawa laki laki itu kembali.

"Aku tidak akan meninggalkannya"

-----------------------------------------.

Terima kasih yang udah mau baca cerita ini.

~> cerita ini emang masih banyak kekurangannya jadi mohon sarannya mengenai kelanjutan cerita selanjutnya....:D

See you soon

XOXO
Diana.w

HURT ENOUGH [COMPLETE] [Love-hate Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang