Aku melihat dari kejauhan, dua anak kecil berlarian sambil tertawa geli. Aku mendekati mereka yang sedang saling mengejar satu sama lain.
Anak laki laki dengan rambut cokelat gelap yang dipotong pendek meraih tangan anak perempuan dengan rambut berwarna merah panjang bergelombang, si anak perempuan yang awalnya tertawa riang berubah menangis didepan anak laki laki yang memegangnya.
Badannya tiba tiba tampak seperti butiran butiran pasir yang diterbangkan angin terlepas dari genggaman si anak laki laki yang berusaha menggenggam pasir pasir yang dengan cepat menghilang.
Anak laki laki itu meraung, menangis terduduk memukul mukul tanah. Aku hanya diam tak bisa menggerakkan kakiku ketika kejadian itu terjadi.
Tiba tiba pemandangan hijau perbukitan berubah menjadi tanah tandus. Aku bergidik saat melihat rumput rumput dikakiku dengan cepat layu kemudian mati tanpa bekas.
Udara yang awalnya sejuk dan segar berubah menjadi sesak dan panas. Anak laki laki itu bangkit memunggungiku berdiri di tepian tanah yang menuju jurang.
Aku ingin mendekatinya tapi kaki ku sama sekali tak mau bergerak dari tempatnya seperti dilem dengan kuat membuatku putus asa.
"Kyle...?" suaraku yang pelan menggema. Anak laki laki itu berbalik memandangiku. Wajahnya penuh dengan air mata. Tanganku terangkat berusaha menggapainya, memintanya untuk tidak melakukan sesuatu yang kutakutkan akan dilakukannya.
"Kemarilah Kyle" pintaku, Kyle hanya tersenyum kemudian menjatuhkan tubuhnya kedalam jurang. Aku terbangun dalam keadaan basah kuyup karna keringat dingin akibat mimpi buruk. Tenggorokanku terasa kering dan panas. Aku mencoba mengontrol nafasku yang terengah engah seperti habis berlari.
Aku berjalan terhuyung huyung keluar dari kamar menuju dapur, mencari segelas air untuk melepas dahagaku. Setelah selesai menegak satu gelas besar air, aku berjalan menuju kamar Kyle ingin melihat keadaannya. Aku benar benar takut dengan apa yang ku impikan tadi akan terjadi.
Kyle tidak ada dikamarnya membuatku menjadi panik. Aku mencarinya dengan cemas dan bernafas lega setelah menemukannya duduk di sofa dekat perapian sambil memegang sebuah buku di pangkuannya.
Jari jari Kyle menyentuh buku tersebut dengan eksperesi sayang dan sedih yang menyayat hatiku yang melihatnya. Kyle tersadar dari lamunannya dan melihatku yang berdiri tak jauh darinya.
*****
Aku menatap tubuh Joanna yang meringkuk dalam tidur. Kusampirkan selimut ketubuhnya yang hanya ditutupi kemeja besarku.
Malam sudah semakin gelap dan dingin tapi mataku tidak ingin beristirahat, aku sudah mulai terbiasa tidur dengan tubuhnya dalam dekapanku dan ketika dia tidak ada disampingku rasanya ada yang kosong.
Aku keluar meninggalkannya pulas dalam tidur, tidak ingin membangunkannya. Aku berjalan menuju ruang kerja grandpa, tempat dimana beliau mengajari aku dan Nora mengenai pengelolaan keuangan peternakan di umur kami yang masih muda dan granny akan datang dan mengeluh dengan kegiatan kami diruang kerjanya kemudian menyuruh kami keluar untuk bermain.
Aku tersenyum mengingat wajah galak grandpa yang tak bisa berkutik kalau sudah berdebat dengan granny. aku membawa album foto keruangan perapian dimana lukisan mereka berada.
"Aku benar benar merindukan kalian" bisikku sambil mengelus foto mereka berdua.
Aku begitu rindu dengan mereka, merekalah yang membuatku dan Nora bisa kembali tersenyum. Satu persatu halaman kubuka dan menampilkan wajah mereka yang begitu bahagia.
Aku tersadar dari lamunan melihat Joanna begitu pucat dan berkeringat berdiri didepanku. Entah kenapa ada rasa lega saat melihat wajahnya. Aku memintanya duduk disampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT ENOUGH [COMPLETE] [Love-hate Series]
Romance"when it hurts to look back and you scared to look ahead you can look beside you and someone who really loves you will be there" Joanna tidak menyangka dirinya yang hanya gadis biasa tanpa ada satu hal apapun yang mencolok darinya dapat menjadi sasa...