여섯 {ENAM}

78 18 10
                                    

12 siang

“Apa yang sedang ia lakukan?” memoles pistol miliknya,

“Tuan, sekarang dia berusaha menyelidiki kasus kematian Don Gun. Apakah kami harus menghentikannya?”tanya seorang pria berusia 36 tahun,

“Jangan ... kita lihat saja seberapa besar ia akan bertahan mengikuti permainan ini.”

“Tuan sepertinya Anda memiliki rencana baru, benarkah?”

“Tepat sekali! Dia begitu bodoh! Tapi kini dia menjadi milikku!”

                                                        ****

Saat di TKP Je Hoon menerobos garis polisi. Ia memeriksa keadaan sekelilingnya. Tepatnya tempat kakinya berpijak. Ia melihat masih ada darah dan sobekan baju di antara rumput-rumput liar. Sepertinya pemeriksaan kemarin tidak diteliti dengan baik. Ia menyentuh dan meraba darahnya dengan kedua jarinya. Kemudian, ia mengambil potongan baju itu dan memeriksanya.

Lalu kakinya melangkah beberapa saat. Langkah itu berhenti ketika menatap bercak darah dihadapannya. Kira-kira 7 meter. Je Hoon merasa kesal. Polisi tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Seharusnya mereka memeriksa lingkungan sekitarnya tidak hanya di lokasi tempat kematian Dong Gun.

Ia ke luar dari garis polisi, ia berjalan menuju sebuah pohon tempat darah itu berada. Ia menyentuh darah tersebut dan membedakannya dengan darah yang pertama. Jika dipikirkan lebih baik. Darah di pohon lebih bersih. Mungkin yang dilakukan oleh Je Hoon hanyalah sebagai penalaran logika. Tapi, mungkin saja ini bisa terjadi.

Dari keadaan darah yang pertama jelas terasa lebih kotor dibanding dengan darah di pohon. Ini membuktikan bahwa orang yang meninggal di TKP mempunyai penyakit seperti jerawat atau masalah gangguan pada kulit dibandingkan dengan kondisi lawannya. Dari segi pakaian, ia masih mengingat jelas pakaian yang digunakan Dong Gun terakhir malam. Warna baju yang ia temukan di TKP lebih gelap dibandingkan pakaian hyung-nya.

Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu waktu kejadiannya sama-sama terjadi pada malam hari. Je Hoon melirik ke arah jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 12.46 siang. Bila dilihat ke belakang, Dong Gun ditemukan tewas sekitar 05.00 pagi. Terakhir kali ia bertemu dengannya sekitar 01.00 dini hari dan berpisah dengan kakaknya sekitar 01.20. Jika Dong Gun ditemukan tewas pukul 05.00 sementara berpisah pukul 01.20 itu berarti masih ada waktu sekisar 3 jam 80 menit atau 4 jam 20 menit.

Jarak dari Buamdong ke Gunung Inwangsan sangatlah dekat mustahil bila sampai di sini pukul 05.00. Mayat yang ditemukan memiliki banyak luka memar. Sementara Dong Gun hanya memiliki sedikit luka memar. Bila begini jadinya, ia pasti ditahan di suatu tempat dan pada akhirnya di buang ke mari.

Hanya saja ada 1 pertanyaan yang membuat Je Hoon bertanya-tanya, “Jika langsung dibuang, kenapa darahnya bisa di dua lokasi? Apa mungkin ada perlawanan?”

Ia berpikir lebih jauh lagi. Baju yang ia temukan berbeda dengan yang digunakan Dong Gun. Malam itu, baju yang ia pakai berwarna abu-abu. Sementara yang Je Hoon temukan berwarna hitam. Kedua, darah di pohon lebih bersih daripada di TKP. Berdasarkan realita Je Hoon berpendapat jikalau mayat di TKP bukanlah kakaknya. Karena, lebih spesifik jika Dong Gun ditemukan di sini.

Kemudian, Je Hoon melihat lagi darah yang berceceran di atas rumput liar. Darah itu menunjukkan sebuah jalan. Hanya saja, darah tersebut berhenti di lokasi TKP. Ia menyentuhnya, sepertinya darahnya sama seperti di pohon. Tapi, kenapa rutenya kembali lagi ke TKP. Tidak lama setelah itu, ia kembali melihat darah yang mengarah ke luar garis polisi.

Bila disimpulkan, ada perlawanan dengan seseorang yang membawanya pergi. Dong Gun berhasil membuatnya terkapar, tapi lawannya juga berhasil membuat Dong Gun terkapar. Mereka semua berhenti di lokasi yang berbeda. Lawan berada di TKP sedangkan kakaknya bersandar di pohon. Ketika berkelahi pasti salah satu tumbang, dan juga darah yang di TKP lebih dingin di banding dengan di pohon.

Theatrical LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang