일 곱 {TUJUH}

60 14 4
                                    

Je Hoon berhenti memainkan ponselnya, kemudian ia menatap sang sopir yang sedang mengemudi di depannya.

"Kenapa Bapak ingin mengetahui alasannya? Ah, baiklah aku akan menjawabnya." Kata Je Hoon kepada supirnya,

Seo Han Go setelah mendengar ucapan tuannya merasa lega. Kalimat pertamanya berhasil membuat jantungnya berdebar lebih keras. Tapi, dalam hatinya ia sangat berterima kasih. Karna, dengan jawabannya, Han Go selamat dari maut.

"Di TKP, saya menemukan potongan baju pelaku. Selain itu bercak darahnya jelas sekali berbeda. Darah pelaku jelas lebih kotor dibanding dengan darah hyung. Jadi, saya bisa menyimpulkan bahwa hyung masih hidup. Ditambah saya menemukan mayat di sana. Tidak salah lagi dia tersangkanya." Jawab Je Hoon,

"Apa Tuan sudah menelphone polisi?" tanya sopirnya penasaran,

"Sudah! Mungkin saat ini mereka sedang melakukan otopsi."


***

"Bagaimana bisa polisi menemukan jasadnya?" teriak tuan Lee kepada antek-anteknya,

"Anak tuan Je Hoon yang sudah melaporkannya. Dia berhasil mengungkapkan bahwa Dong Gun sedang dalam percobaan pembunuhan."

"Kurang ajar! Anak itu sudah berhasil membuatku sakit kepala! Aku yakin Dong Gun pasti akan memberitahukan Je Hoon malam ini. Kau! Amati terus ke mana dia pergi. Setelah itu beritahu aku." Katanya sembari marah-marah,

"Ne!"

Kau berhasil membuatku turun tangan Je Hoon, batin Tuan Lee

****

Pukul 10 PM

Seluruh ruangan apartemen sudah dimatikan lampunya. Ini saatnya bagi Je Hoon untuk tidur. Ia merebahkan tubuhnya di kasur sembari menatap ke atas. Tidak lama, ia sudah di alam mimpi.

Tiba-tiba saja, ia dikejutkan dengan kaca kamar yang pecah. Lampu kamarnya segera ia nyalakan dan mendapati sebuah batu yang di sekelilingnya terdapat memo.

Ini Dong Gun. Sekarang cepatlah pergi! Temui hyung di lokasi yang sama! Di sana hyung akan mengatakan semuanya!

Lagi-lagi kakaknya sudah membuat adiknya dalam kebingungan. Je Hoon nampak kesal karena harus menggati piyama kemudian menyiapkan mobilnya. Lukanya belum berangsur sembuh namun sudah ada bahaya lagi yang mengancamnya.

Dengan kecepatan penuh, Je Hoon akhirnya sampai di Buamdong. Kini waktunya Je Hoon untuk mendapatkan semua informasi tentang dirinya.

Di sana ia langsung bertemu dengan kakaknya. Tanpa ulur waktu, Dong Gun mulai mengatakannya,

"Semua bermula saat kau mengikuti WaMil."

Tepat saat Je Hoon sudah meninggalkan rumah. Seorang pria datang ke rumah untuk menjemput Je Hoon. Untungnya, dia sudah pergi dan kembali dalam jangka waktu yang lama. Namun, pria itu mengeluarkan ancaman, "Aku akan menunggu kepulangannya! Jika suatu saat ia kembali maka Je Hoon harus ada bersamaku. Jika tidak teror dan ancaman akan menghantui kalian termasuk publik!"

Tidak lama setelah itu, Dong Gun membuat perjanjian dengan kedua orangtuanya. Mereka harus terlihat membenci Je Hoon guna agar dia membenci keluarganya dan bergabung dengan mereka. Dong Gun tahu ini cara yang tidak benar. Tapi, ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan semuanya.

Kemudian, saat Je Hoon pulang dari wajib militernya, Dong Gun memberikan perintah untuk dijalankan olehnya. Yaitu, bersandiwara seolah tidak ada gairah untuk hidup. Bersikap datar dan tidak berteman guna untuk melindungi mereka. Jika sampai ada yang tahu maka mereka bisa dalam bahaya. Meskipun Je Hoon tidak mengetahui maksud dari perintahnya.

Dong Gun menjelaskan maksud dari bersandiwaranya. Sandiwara ini adalah tujuan utamanya. Jika Je Hoon berhasil melakukan perannya, maka pria itu akan mendekati Je Hoon dan membuat anaknya percaya kalau Je Hoon akan berada dipihaknya. Mencuci otaknya jikalau mereka tidak memahami Je Hoon dan hanya ayahnyalah yang selalu berada di pihaknya. Lalu, pria itu akan memprovokator untuk memusnahkan semua yang tidak berjalan sesuai dengan pikiran dan tujuan mereka.

Jika Je Hoon sudah berada dipihaknya, maka dia akan menghancurkan mereka dari dalam termasuk mengkhianatinya.

Je Hoon kini mengerti maksud dari perkataannya Dong Gun. Kemudian, Je Hoon melontarkan pertanyaam kedua, " Kenapa aku berada dalam keluaga kalian?"

Dong Gun kembali menjawab, "Itu semua karena Ibumu yang menitipkannya pada Ibuku,"

Rembulan menyinari malam yang begitu gelap. Angin dingin telah menerpa Seoul. Dalam keadaan seperti itu, pasukan S.W.A.T datang untuk menangkap seluruh komplotan teroris. Salah satunya adalah Lee Han Woo yang tak lain adalah ayah dari Lee Je Hoon.

Ya, Han Woo adalah pemimpin terorisnya. Dia berusaha kabur dan menghindar dari kejaran S.W.A.T. Istrinya bernama Han Shin Ra tidak bisa membesarkan anaknya jika dalam situasi genting seperti ini. Oleh karena itu, tepat Je Hoon lahir ia menitipkan anaknya kepada Choi Ya Ri dan segera menceraikan suaminya.

Begitu tahu suaminya adalah pemimpin teroris, Shin Ra marah dan terlihat frustasi. Dia harus meninggalkan semuanya dan menjalani hidup yang baru. Setelah ia menceraikan suaminya ia beranjak pergi ke luar negeri untuk menemui saudarinya dan memutuskan tinggal bersamanya.

Ceritanya tiba-tiba berhenti. Han Woo bersama antek-anteknya sudah memergoki tempat mereka. Je Hoon kini sudah mengerti maksud dari semuanya. Tapi, ia tidak bisa melakukan sandiwaranya lagi. Hanya satu alasannya, Je Hoon terlalu takut untuk menghadapinya.

Lelaki yang berdiri tegap itu, seketika memberikan Je Hoon sebuah pilihan. Yang di mana keduanya sama-sama menyulitkan.

"Sekarang kau sudah mengetahui semuanya. Kini kau yang harus memilih, ikutlah bersamaku atau semua orang yang berada dekat denganmu akan mati."

Tentu perkataannya sudah membuat Je Hoon membeku. Semua pilihannya tidak bisa dijadikan sebagai peluang. Jika ia memilih ikut bersamanya, Je Hoon akan menjadi seorang pengkhianat bahkan seorang pembunuh.

Sementara jika ia membiarkan orang terdekatnya mati. Seumur hidupnya hanya akan dihantui oleh bayangan dan kenangan mereka. Di tengah lamunannya, pria itu kembali berkata,

"Waktumu tidak banyak! Cepatlah untuk mengambil sebuah keputusan."

Dalam keadaan terpaksa Je Hoon menjawabnya,

"Aku... a-a-aku akan ikut denganmu."

Han Woo menyeringai tajam. Jawaban yang sudah lama ia nantikan akhirnya datang jua. Dong Gun yang tidak bisa menerima perkataannya menghalangi langkah Je Hoon. Dia menyuruhnya untuk mencabut perkataannya kembali dan menyarankannya untuk tidak memilih.

Dengan keras kepala, Je Hoon membantah perkataannya. Meskipun ia tidak memilih, tetap saja Han Woo akan melakukan perbuatannya. Sedangkan jika ia memilih untuk ikut, maka semua orang terdekatnya akan selamat.

Percuma saja jika ia memilih untuk mengorbankan semua temannya. Han Woo akan tetap melakukan semua kejahatannya. Je Hoon melangkah mendekat ke mobil mereka. Meninggalkan Dong Gun berdiri sendiri di sana.

Sebuan keputusan yang mendadak pasti akan berakhir dengan penyesalan. Kali ini Je Hoon sudah benar-benar menyesali semua perkataannya. Seandainya ia mengikuti saran kakaknya, pasti tidak akan berakhir seperti ini.

****

S.W.A.T : Menangani urusan dalam negeri ,misalnya Teroris,pembrontakan tingkat tinggi atau Anggotanya penembak jitu,ahli Bom,ahli senjata,ahli komputer dll.Para Anggota Tim adalah penduduk negara itu sendiri (S.W.A.T istilah polisi ahli AS) kalo Indonesia contohnya Densus 88

Akhirnya.... setelah sekian lama part ini jadi juga... awalnya sih mau update minggu yang lalu, cuman wattynya error gak ke save ceritanya.. kalau bikin ulang keadaannya badmood..😱😩😥

Pokoknya, terus berikan dukungan ya?? Hayoo.. kondisinya bakalan kayak gmn?? Masalah semakin memuncak!!!😂

See you next part..
😊🙋

Theatrical LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang