셋 {TIGA}

104 24 5
                                    

Doorrr!!!!

Suara tersebut menggelegar ke semua ruangan. Namun, tembakan itu tidak mengenai Shin Dong Wook melainkan di palingkan ke atas. Seseorang telah menggagalkan rencana Suk Ho. Tepat saat hendak menembak, Dong Gi datang menyelamatkannya. Genggaman Dong Gi pada tangan Suk Ho belum ia lepaskan, khawatir jika ia akan meluncurkan tembakan yang kedua.

Dong Gi menatap Suk Ho penuh amarah, sementara orang yang ia tatap memandanginya penuh dendam. Ia tidak menginkan Dong Gi hidup melainkan menginginkan adiknya. Kejadian yang lalu, sudah membuat Suk Ho tumbuh akan dendam pada Dong Wook karena gagal menyelamatkan Mi Ra.

Sementara itu, Sung Bin masih mengejar Joong Ho yang masih berlari bergontai-gontai. Saat diperjalanan, ia merasa bersalah karena sudah meninggalkan Dong Wook sendiri dalam kondisi tertembak. Tapi, tak ada cara lain selain harus mengikuti perkataannya. Terpaksa ia harus mendapatkan Joong Ho untuk mengetahui di mana kunci itu berada.

Sampai akhirnya, Sung Bin berhasil menangkapnya dan kembali ke bangunan tua. Setibanya di sana, ia melihat pertengkaran antara Dong Gi dan Suk Ho. Mereka saling melontarkan serangan, tinju ini dan tinju itu hingga membuat salah satu dari mereka kalah.

Sung Bin tidak tinggal diam, ia mengikatkan Joong Ho kesebuah tiang dan langsung meleraikan mereka berdua. Kondisi saat itu memang sudah sangat memanas, namun setelah melihat keadaan Dong Wook yang sudah tidak bisa menahan sakit. Ia pun pergi dan membantunya berdiri.

Dong Gi mengancam Suk Ho, jikalau ia mencoba untuk menyakiti Dong Wook atau pun dirinya untuk pelampiasan dendam, lebih baik jangan atau dirinya yang berada dalam bahaya. Maksud Dong Gi berkata seperti itu, bukan untuk membuat Suk Ho murka. Melainkan menginginkan pertemanan mereka utuh seperti dulu.

Suk Ho menyeringai kepada Dong Gi. Sebenarnya, tujuan ia datang ke mari bukan hanya membunuh Dong Wook, tetapi juga menginginkan hal yang sama dengan mereka. yaitu, pergi ke masa depan.

Lalu, sutradara pun mengakhiri syutingnya. Ia mengatakan bahwa kelanjutan filmnya akan diadakan tempo lusa. Saat itu memang sudah larut malam, yang mengharuskan Je Hoon untuk bergegas pulang.

Ia mengecek handphonenya, dan melihat beberapa pesan masuk yang belum dibaca dari pagi. Saat ia baca, ternyata ada pesan dari kakaknya Lee Donggun.

To : Lee Je Hoon

From : Lee Donggun

Maaf jika menganggu sebelumnya. Temui hyung di Buamdong pukul 00.30 AM, jangan sampai ada yang membuntutimu.

Lee Je Hoon melihat ke arah jam tangannya. Yang benar saja sekarang sudah pukul 00.00 AM. Je Hoon langsung mempercepat semua gegasannya dan menuju ke mobil.

Aktor yang lain merasa heran kepadanya, jika jam 12 malam memangnya ada kegiatan apa? Yang mengharuskan Je Hoon untuk pergi secepat itu.

Je Hoon mempercepat laju mobilnya, perasaannya sangat tidak karuan. Baru kali ini kakaknya mau berbicara dengannya untuk yang kedua kalinya.

Setibanya di Buamdong....

"Hyung!!" panggil Lee Je Hoon,

Ia menatap sekitarnya, larut malam begini memang sangat sulit mencari orang. Apalagi cahaya lampunya yang remang-remang. Tidak lama setelah itu, Lee Donggun datang menghampirinya.

"Apa tidak ada yang mengikutimu?" tanyanya sambil mengawasi lingkungan sekitar,

"Iya! Memangnya ada apa, Hyung?" tanya Je Hoon penasaran,

"Hyung, akan mengatakan sesuatu padamu. Ini tentang keluarga kita dan juga tentangmu!"

"Tentangku? Itu berarti apa yang Hyung bilang belum sepenuhnya."

Theatrical LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang