다섯 { LIMA}

76 23 6
                                    

Kau harus melakukan sandiwara ini. Teruslah lakukan hingga hyung menyuruhmu berhenti. Meski ini sulit bagimu, kelak akan terungkap semuanya. Masa lalumu berkaitan dengan masalah yang kau hadapi. Jika hyung masih hidup akan kuusahakan untuk memberitahumu. Walaupun itu akan sangat berbahaya.

Je Hoon terbangun di ranjang rumah sakit. Kepalanya berdenyut kencang dan sangat kesakitan. Nafasnya tersengal-sengal laiknya dikejar hantu. Lalu, Ia melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 09.00 AM. Ia selalu dikejutkan dengan perkataan Dong Gun yang tak lain adalah kakaknya. Semenjak Je Hoon kembali dari pelatihan wajib militernya, mimpi buruk selalu menghantuinya.

Di tengah lamunannya, ia teringat dengan kondisi Kwon Yool. Segera ia melepaskan semua alat medis dan bergegas menuju rawat inap temannya. Seusai menggeser pintu, ia berhadapan dengan suster yang katanya harus memeriksa kesehatan Je Hoon.

Namun, dia menatapnya datar dan langsung melewatinya. Ia benar-benar tidak peduli dengan kondisinya. Melainkan mengkhawatirkan temannya. Begitu ia melihat di jendela pintu luar. Ruangan Kwon Yool sudah dipadati oleh sanak keluarganya.

Karna tak ingin menganggu, Je Hoon pergi menuju taman belakang. Ia duduk sembari merenungkan perkataannya sewaktu di mobil. Begitu hendak memejamkan mata, para pengunjung rumah sakit berdatangan untuk mendapatkan tanda tangan dan fotonya.

Je Hoon memang kewalahan, ditambah dengan kepalanya yang mulai terasa sakit lagi. Ia mencoba untuk menghindar, tapi terhalang oleh banyak orang. Untungnya, para penjaga membantu meleraikan pengunjung yang hampir memadati taman belakang. Untuk mencegah hal yang serupa, Je Hoon kembali ke ruangannya.

Di sana, ia hanya menatap sarapannya. Kejadian kemarin, sudah menurunkan nafsu makannya. Tepat saat memalingkan wajahnya ke jendela untuk menatap lingkungan luar. Ponselnya bergetar pertanda ada panggilan masuk.

Nomor tak dikenal? Batin Je Hoon mengatakan,

Berhubung penasaran, Je Hoon mengangkatnya. Ia mendengar suara lelaki berumur sekisar 57 tahun dengan nada yang sedikit keras.

“Ini ancaman untuk yang kedua kalinya. Seharusnya kau sudah tahu jikalau ini akan terjadi. Penyebab kematian Hyungmu dan kecelakaan itu adalah ulahmu juga. Seandainya, kau mau orang-orang disekelilingmu selamat. Jagalah rahasiamu dan siapapun yang mengetahui soal ini, maka nyawanya berada diambang kematian!”

Je Hoon terkejut dengan semua perkataannya, lelaki tua itu berhasil membuatnya diam tanpa harus berbicara sepatah kata. Untuk mengetahui rasa penasarannya, ia bertanya,

“Kau ss-si-siapa? Bagaimana bisa kejadian itu karna ulahku?”

Orang yang ditelphone pun menjawab,

“Kau tidak usah menanyakan hal itu padaku. Suatu hari semuanya akan terasa jelas.” memutuskan sambungan telphonennya.

“Hallo? Hallo? Ahjussi!! Ahjussi!! Aishh!!” Je Hoon mendengus kesal, menarik nafas dalam, lalu membuangnya kasar,
Ia mencoba menghubungi nomor barusan, namun terdengar suara,

“Maaf, nomor yang anda tuju tidak terdaftar. Harap mengecek ulang nomor anda. Terima kasih!”

Je Hoon membanting telphonennya ke kasur. Jika nomor yang baru saja menghubunginya dan pada saat hubungi kembali tidak terdaftar. Itu artinya, kartu simnya telah mereka cabut serta menggantinya dengan kartu baru.

Sebenarnya, Je Hoon masih bingung dengan perkataan orang tersebut.

Seharusnya kau sudah tahu jikalau ini akan terjadi. Penyebab kematian Hyungmu dan kecelakaan itu adalah ulahmu juga. Seandainya, kau mau orang-orang disekelilingmu selamat. Jagalah rahasiamu dan siapapun yang mengetahui soal ini, maka nyawanya berada diambang kematian

Theatrical LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang