Part 1

325 68 82
                                    

Buah hati memang dambaan setiap pasangan yang sudah menikah. Aku dan suamiku tengah menanti kehadirannya yang tak kunjung datang. Tetapi akhirnya setelah lima tahun menikah, kami diizinkan Tuhan untuk memiliki anak kembali. Setelah konsultasi kesana kemari, usaha yang keras telah berbuah manis.

Reza adalah anak laki-laki pertamaku yang baru kulahirkan. Namun terdapat sesuatu yang membuatku bingung. Bayi laki-laki mungilku ini tak pernah menangis. Entah karena memang sudah seperti itu atau ada penyakit di dalam tubuhnya. Tetapi, hasil diagnosa dari dokter membuktikan kalo tidak ada penyakit serius padanya. Maka aku dan suamiku mengira itu adalah hal yang biasa saja. Malah aku bersyukur karena pikirku Reza tidak seperti bayi pada umumnya yang rewel, dia justru diam dengan manisnya.

Namun, seiring waktu dia beranjak menjadi anak-anak, dia mulai menunjukkan perilaku aneh. Perilaku aneh itu tidak terdapat dalam anak pada umumnya, misalnya dia menangis ketika dia melihat orang menangis. Bukanlah simpati yang kulihat pada matanya tetapi rasa sedih yang sama dengan orang tersebut. Tak hanya itu saja, pada saat aku mengajak dia jalan-jalan, dia meronta-ronta kesakitan ketika melihat orang kecelakaan yang pada saat itu terjadi di tengah jalan. Dan anehnya lagi ketika orang yang kecelakaan itu kakinya patah dan memegang kakinya sambil meronta ronta kesakitan, anakku melakukan hal yang sama persis dengan si korban. Seolah-olah ia yang mengalami hal-hal tersebut.

Saat itu juga karena panik, aku langsung melarikan anakku ke rumah sakit terdekat. Setelah beberapa saat, dokter keluar dan mengatakan bahwa anakku punya penyakit yang bernama Empathy Overlimit Syndrome. Yang membuat anak merasakan sesuatu yang dirasakan orang lain. Aku hanya terdiam terpaku saat itu sambil melihat anakku yang menatapku kembali dengan wajahnya yang polos.

Waktu masih menunjukkan sore. Dalam perjalanan pulang, anakku yang masih berusia 5 tahun ini aku gandeng dengan eratnya. Entah apa karena itu disebabkan penyakitnya, dia tidak menggenggam erat kembali genggamanku. Aku berusaha menahan tangisku. Saat sampai di rumah, aku mengatakan apa yang terjadi hari ini pada suamiku dan dia hanya terdiam. Hanya satu kalimat yang kuingat dan satu satunya yang keluar dari mulutnya [Aku ada urusan kantor dan harus menginap diluar, uruslah dia. Masalah ini akan kita bahas lagi nanti]. Dia langsung pergi keluar rumah tanpa menoleh kembali. Aku pun langsung menangis sambil menahan sakitnya kata kata yang keluar dari mulutnya tadi. Anakku yang daritadi disebelahku menangis seakan dia tahu perasaanku.

Aku tidak tau apa yang dipikirkan suamiku namun aku akan menyembuhkan penyakit anakku semahal apapun biaya perawatan dan obatnya. Aku yang ingin agar anakku hidup normal mencoba mencari rumah sakit yang dapat menyembuhkannya. Namun sekuat apapun aku, tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan neuron otaknya itu. Akhirnya dengan sangat terpaksa, aku berhenti mencari pengobatan.

Aku yang pada saat itu mencoba agar anakku merasa normal memutuskan untuk anakku sekolah. Karena umur minimal anak sekolah adalah umur 5 tahun, sehingga aku langsung mendaftarkannya di sekolah terdekat. Anakku hanya menganggukkan keputusanku.

Dihari anakku mulai pertama kali sekolah, aku mengantarkannya. Pada saat perjalanan, dia hanya diam sambil memegang tanganku. Aku hanya dapat berharap kalau semoga lancar saja dia pada hari pertama sekolah. Pada saat didepan gerbang, aku menyuruh anakku untuk memasuki sekolah. Dia pun menurut dan langsung memasuki sekolah. Aku melambaikan tanganku ketika dia perlahan lahan mulai hilang dari pandanganku. ~

***

Namaku .. Reza. Ini adalah hari pertamaku sekolah. Kemarin, aku ke rumah sakit dengan ibuku. Namun aku tidak paham apa yang dikatakan dengan dokter sedikitpun. Aku tidak tahu dan tidak menanyakan ibuku karena pada saat dirumah ibu menangis, tidak tahu kenapa tapi aku mulai menangis. Sekarang, aku ke sekolah, entah sekolah itu apa tapi kalo bisa membuat ibu bahagia, aku akan menjalaninya. Pada saat ini, aku kesulitan mencari kelas. Aku mencari kemana mana tapi tidak ketemu. Namun pada akhirnya ketemu dan letaknya diujung pula, aku berpikir [Untung saja di ujung, jadi dapat diingat]. Aku mengetuk pintu kelas yang sesuai dengan yang tertera di jadwal.~

***

Dear mom,

I'm sorry that i haven't been able to visit you these last few years because i have to finished my college here.... So, in return, i will come home in about tomorrow? Yap, tomorrow. I hate surprising people so be prepared to welcome me. Oh btw, my little brother is so cute in the picture you sent me, can't wait to see him in person. That's all. Don't forget !!!

- FRIDA

Aku yang saat ini sekedar membaca surat Frida langsung kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yang saat ini sekedar membaca surat Frida langsung kaget. Frida akan pulang besok? Tapi suratnya baru datang pagi ini, mungkinkah Frida .. ?? T-tidak mungkin. Berarti hari ini aku harus menyiapkan makanan yang Frida suka. Sontak aku langsung berlari menuju garasi dan menyetir mobilku langsung ke mall untuk menyiapkan hadiah serta makanan untuk Frida. Di mobil, aku berpikir apa ya yang dapat mengejutkan Frida sambil tertawa sendiri.

ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang