Part 3

202 48 76
                                    

Salah satu pelanggan yang sedang makan sendirian disitu tiba tiba memegang lehernya. Dan lalu ada orang yang menjerit ADA ORANG TERSEDAK, SIAPA SAJA.. TOLONG BANTU DIA.

Aku yang duduk terdiam mencoba tidak melihatnya namun rasa penasaran mengalahkanku. Aku mulai melihatnya dan mulai merasakan kesulitan untuk bernafas. Sesak di dadaku semakin berat.

Aku memejamkan mata sambil memegang dadaku dan mulai terdengar suara kakakku yang khawatir namun terasa agak jauh. Kesadaranku mulai menghilang lalu aku sudah tidak mendengarkan suara disekitarku lagi. Tiba tiba saat aku terbangun, aku berada di ruangan yang tidak familiar yaitu rumah sakit. Aku melihat sekitar dan terlihat Kakakku sedang tertidur sambil duduk di seberang ranjangku.

Pintu kamarku tiba tiba terbuka keras dan Ibu masuk sambil berteriak.

"REZA, KAMU DISINI? APA KAMU BAIK BAIK SAJA? ... " Ibuku mendekatiku sambil bertanya dengan kerasnya.

"Ibu.. Apa tidak kurang keras dalam berteriak? Ibu sadarkan kalau ini rumah sakit?" Kata kakakku yang wajahnya agak muram. Ibu lalu melihat sumber suara itu dan kaget ternyata perempuan yang menelpon ambulans pada saat dia bertanya di resepsionis adalah anak sulungnya.

"Frida?? Jadi kamu yang menelpon ambulans? Aku kira malam sampainya?"

"Don't be so surprised, Mom. I never specifically told you in the letter that i would arrive at night and aku juga ingin lebih cepat ketemu sama kalian semua"

"Dan ibu.... aku minta maaf" Kakakku mulai menunduk dan terlihat bahwa kakak menahan menangis.

"Maaf?"

"Ini karena salahku adik jadi begini. SEHARUSNYA AKU BERTANYA DULU" Kakak berteriak sambil menangis. Ibuku hanya memeluk kakakku.

Setelah beberapa saat, Kakakku mulai berhenti menangis.

"Memang bagaimana ceritanya?" Kakakku mulai menceritakannya secara detail. Dan perlahan ibuku mulai paham sambil menganggukkan kepalanya.

"Jadi begitu. Hmm... Itu memang sudah penyakit Reza, jadi hanya kebetulan saja"

"Penyakit apa yang Reza derita, bu?"

Di Kamarku, ibu menceritakan semuanya. Satu demi satu. Detail demi detail. Aku yang ikut mendengarkan mulai mengantuk. Ibu yang menyadari itu, menidurkanku dan Ibu serta kakak pergi keluar kamarku.

Saat terbangun lagi, Ibu sudah ada disampingku sambil membaca buku. Ibu yang sadar kalau aku bangun mulai menyapaku.

"Pagi, Reza" Ucapnya sambil tersenyum.

"Pagi, Bu"

"Gimana? Sudah mendingan?" Aku mengangguk

"Berarti kalau keluar rumah sakit hari ini juga setelah sarapan tidak apa kan? Lagipula kau juga harus sekolah jadi tidak boleh keseringan bolos" Aku mengangguk sambil tersenyum. Ibu pun tersenyum juga. Lalu ibu beranjak dan menyiapkan sarapanku.

Setelah sarapan, Aku pun keluar rumah sakit. Di parkiran terdapat kakakku Frida yang duduk di tempat orang yang biasa menyetir. Ibu dan aku lalu naik mobil, kakakku Frida lalu menyetir mobil dan kita pun perjalanan pulang.

Ketika sampai, Ibu turun duluan dengan disusul aku dan kak Frida. Perjalanan kaki ke depan rumah terasa sangat lama. Hawanya juga terasa berat. Namun pada akhirnya, sampai juga.

'SURPRISE !!!' Ibu yang sudah turun duluan dan sudah masuk duluan berteriak dengan ayah namun ayah hanya tersenyum. Kakakku yang disebelahku langsung kaget dan aku hanya bingung harus bereaksi apa.

"M-mm ini kenapa, Bu?" Aku yang bingung pun spontan bertanya.

"Pesta ini sebenarnya untuk kakakmu yang lulus dengan nilai tinggi di luar negeri. Seharusnya kemaren tapi karena kamu masuk rumah sakit, kami harus mendekor ulang agar tidak ketahuan surprisenya"

"Wahhh, Kakak sungguhan sepintar itu? KEREN !!!" Aku memandangnya dengan wajah kagum. Perlahan wajah kakakku memerah.

"Reza, Kakak tidak sepintar itu kok. Hehe" Sambil tersipu, kakak mengusap kepalanya.

"Selamat Frida karena dari keluarga kita hanya kamu yang berhasil kuliah di luar negeri. Bahkan anak dari saudara ayah dan ibu belum ada yang sukses kuliah di luar negeri" Wajah kakak tiba tiba jadi serius.

"Terima kasih, Ayah. Aku akan mencoba lebih membanggakan ayah" Lalu wajah kakak jadi ceria lagi setelah ayah mengusap kepala kakak.

"Sudah cukup. Sekarang ayo makan. Aku sudah menyiapkan masakan kesukaanmu" Ibu yang tadi ceria, ketika berkata itu, aku merasakan rasa tidak senang. Entah itu tertuju pada siapa : Frida atau ayah(?). Tapi mungkin aku yang salah menafsirkannya. Setelah ibu berkata seperti itu, Kami makan bersama di ruang keluarga.

Di ruang keluarga, tiba tiba aku teringat sesuatu.

"Ibu, aku di sekolah ditanya oleh salah satu kakak kelasku (?)" ~

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Forum about this story

Q : Ini penyakit fiksi atau emg ada ?

A : Hmm for my reader yg penasaran tentang apa ini real atau gak. Ini cerita fiksi, sesuai dengan genre ceritanya namun... penyakit fiksi ini terinspirasi dari mirror touch synesthesia yang memang ada di dunia nyata ini. Dan mohon maaf jika mungkin ada yang tersinggung dan lain lain #awkward ... MOVING ON !

Q : Harusnya dikasih P.O.V biar jelas:)

A : Hmm memang sih. tapi author merasa kalo author ingin mencoba sesuatu dari yang biasanya dilakukan dalam membuat cerita. Karena cerita terdahulu terlalu fokus sama satu karakter sehingga minimal mencoba lah, Jadi ... That's all for this forum. Nikmatin ceritanya ya dan chapter selanjutnya aku usahain secepat mungkin. #UAS

ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang