2. MENGENAL DIKA

258 13 1
                                    

1
Hasan Dika Tiransyah. Dia adalah kakak tingkatku. Tapi aku tidak biasa memangilnya dengan sebutan "kak". Kami satu sekolah, namun kau pasti tau aku tak mungkin sekelas dengan dia karna kami berbeda tingkat. Dia baik itu yg aku kenal dulu, aku mengenalnya seperti lebih dari seorang teman.
      Baiklah, aku akan bercerita tentang awal kami bertemu dan mulai saling kenal, karena jujur sebelum itu aku tak mengenalnya, walau kami satu sekolah. Bukan aku yang sombong, tapi dia memang jarang terlihat dilingkungan sekolah hanya lebih sering terlihat diparkiran sekolah.
      Dika juga orang yang mudah berbaur dan mudah terpengaruh oleh orang orang disekitarnya, dan beberapa temannya adalah anak Geng motor. Belangkangan ini aku sering melihatnya merokok tapi.. Ahhh sudahlah memang aku siapa berani melarang-larangnya, kenal juga enggak. Itu kira kira pikiranku dulu sebelum mengenal dia.

2
Pada tanggal 8 Desember 2015 sekolah kami mengadakan ulangan semester ganjil, setelah mengerjakan 1 soal pelajaran akhirnya soal ujian dan LJK dikumpul estapet, kemeja paling depan untuk segera dikumpul ke pengawas.
      Kebetulan aku duduk bersama kakak tingkatku bernama Rahma, pada saat itu Dika sedang menyukai kak Rahma. Tapi disaat itu juga aku belum mengenal Dika. Tiba tiba kak Rahma memanggilku agak berbisik,
"Vania!"
"Ya kak?"
"Kamu kenal Dika gak? seangkatan sama aku."
"Aku pernah mendengar namanya. Sepertinya tidak asing tapi aku gak tau orangnya yang mana" jawabku sambil coba mengingat
"Ini nih," jawab kak Rahma sambil memberikan hp nya untuk memberitahu foto Dika
"Oohh iya kak aku kenal. Sering liat kalo di parkiran sekolah. Memang kenapa kak?"
"Mmmm itu, tapi jangan bilang siapa-siapa ya. Oke?" Tanya kak Rahma kepadaku
"oke deh janji"
"Jadi gini, Dika tuh kayaknya suka deh sama aku. Bukannya mau gr hari ini aku ulang tahun. Tadi pagi dia ngasih aku semacam gravity gitu. Katanya sih hadiah ulang tahunku. Terus dia kaya kasih perhatian lebih gitu ke aku" Jelasnya dengan mimik yang sangat senang
"iya mungkin kak ada perasaan tertentu, asikkk hahaha" Jawabku dengan santai, karna diposisi itu aku belum mengenal Dika apalagi memiliki perasaan.
Lalu kak Rahma menyodor kan semacam pin, aku bingung.
"Ini apa kak?" Tanyaku sambil mengerutkan dahi seperti orang yang benar benar bingung
"Itu pin BBMnya si Dika, coba deh kamu invite"
"Oh oke!" Jawabku dengan santai. Sebenarnya aku malas untuk berhubungan dengan kisah mereka berdua dan aku pikir itupun tidak penting bagi ku.

3
Setelah bel pulang sekolah, aku keluar kelas bersama kak rahma. Setibanya didepan pintu ada seorang lelaki datang kepada kami berdua.
"Vania, ini Dika" jelas kak Rahma sambil melirikkan matanya kepada lelaki itu
"Vania" kataku memperkenalkan diri ke Dika
"Dika" jawab Dika sambil tersenyum.
Tak lama dari itu ponsel ku berdering, dan masuk panggilan dari Liana.
"Nia kamu dimana, kami udah diparkiran nih nunggu kamu. Katanya mau pulang bareng?" (Nia adalah panggilan akrabku)
"Ohhh iyaiya, nih, bentar lagi Nia kesana. Tunggu sebentar." Jawabku agak tergesa gesa.
      Lalu aku mematikan telponnya dan langsung memasukkan ponsel ku kedalam saku yang ada di baju ku.
"Kak Dika, Kak Rahma, aku pulang duluan ya udah ditunggu temanku diparkiran." Jelasku kepada mereka
"Ohh oke" Jawab Dika seperti senang karena dia dan kak Rahma akan berdua. Ahh terserah aku tak peduli.
"Iya, hati-hati Nia" jawab kak Rahma sambil melambaikan tangannya

4
Di sore itu aku sedang meminum teh hangat dihalaman rumahku sambil membaca novel-novel yang aku miliki. Angin senja membawa ku kedalam ketenangan.
      Tiba-tiba pesan masuk, entah apa tujuan Dika mengirim pesan kepadaku.
"Nia, kamu kenal ya sama Rahma?" Aku bingung mengapa dia memanggilku Nia juga, seperti yang dilakukan teman-teman akrabku.
"Kalo gak kenal gak mungkin kali aku dekat sama dia" Jawabku agak judes
"Ohh iya ya, hehehe"
"Aku bantu deh,inshaallah, bisa pacaran kalian secepatnya hahaha. Aku kan jin cinta." Jawabku bercanda
"Jin cinta nya jomblo, hmm hahaha."
Jawabnya seperti meledekku
"Awas yaaa"
Aku mengakhiri obrolan

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang