Hujan baru saja reda saat aku berdiri menyandar pada breakfast tools milik Draco Malfoy ini. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi, namun cuaca di luar masih kurang bersahabat. Suhu di bulan Maret masih sekitar 0 sampai 10 derajat celcius di kota ini, memang tidak semenggigit saat February lalu namun tetap saja akan membekukan tulang-belulang bila kita keluar tanpa mengenakan mantel. Suhu dingin di luar sana sama sekali tak terasa di ruangan ini meski aku hanya mengenakan kemeja putih milik Draco yang tergeletak begitu saja di lantai. Terima kasih atas siapapun penemu penghangat ruangan. Aku masih berdiri menatap embun-embun sisa hujan yang menempel di kaca besar ruangan ini dengan menyantap yoghurt yang kutemukan di lemari pendingin milik Malfoy. Saat ia mengatakan bahwa aku harus kuat bila akan bersamanya, aku pastikan bahwa ia tidak bercanda. Perutku sangat keroncongan saat terbangun pagi ini. Setelah mimpi buruk itu kembali dan Draco berusaha menenangkanku, kami kembali bercinta hingga aku seakan lupa dengan semuanya dan jatuh terlelap saking lelahnya. Mungkin aku akan mengatakan pada Harry bahwa aku menemukan hal lain untuk menenangkanku selain obat penenang darinya, yaitu sex with Draco Malfoy.
"Aku kira kau kabur," ujar Draco dari tangga dengan suara parau saat melihatku.
Aku menatapnya lalu menggeleng. "Aku lapar. Aku memakan yoghurtmu," ujarku padanya yang berjalan ke arahku seraya membuka lemari dan menenggak air mineral dari dalamnya.
"Makan apapun yang tersedia," ujarnya yang hanya mengenakan celana pendek dan sweater abu-abu yang aku lihat tergeletak di sofa kamarnya serta rambut yang masih acak-acakan.
Kukedikan bahu dan kembali menyuapkan suapan terakhir yoghurt di tanganku sebelum ia meletakan dagunya di puncak kepalaku. Aku terkejut dibuatnya. Dengan gestur yang sangat nyaman ia melingkarkan tangannya di perutku.
"Kau mau mandi?" dengan nada 10 persen mengantuk dan 90 persen lainnya menggoda.
Aku tertawa dan geli di saat yang bersamaan ketika bibirnya menuruni leherku. Aku berbalik badan dan menatap dirinya lalu mengerucutkan bibir. Sedikit berjinjit aku mengecupnya lembut. Kuhela napasku sebelum perlahan kubuka satu per satu kancing kemeja yang kupinjam dari dirinya. Dia hanya memerhatikanku tanpa mengutarakan satu patah katapun. Aku tahu apa yang ada di pikirannya saat ini. Kulepaskan kemeja itu dan sengaja menjatuhkannya dengan dramatis di sampingku yang langsung mengekspos bagian atas tubuhku. Aku masih tak melepaskan tatapan darinya. Ia masih tak bergerak.
"Dimana kamar mandimu?" tanyaku menggodanya.
Sebelum ia sempat menjawab aku mengalihkan pandangan pada tangga yang akan langsung membawaku ke kamar utamanya. "Ah yaa disana," ujarku yang langsung meninggalkannya.
"Little minx," ujarnya saat aku mengintip dari balik pundakku.
Ia berjalan cepat ke arahku dan dalam sekejap ia mengangkatku ke pundaknya yang kusambut dengan tawa.
"Kau akan membayarnya beberapa saat lagi," ucapnya kemudian menepuk pantatku dan aku kembali tertawa.
000
Setelah steamy hot shower Draco dan aku yang mungkin menguras separuh tenaga kami di pagi ini, Draco dan aku memutuskan untuk keluar untuk brunch karena melihat waktu untuk sarapan sudah berakhir kira-kira satu jam lalu. Draco mengatakan Stella – pelayan di penthouse itu – selalu membuatkannya sarapan di akhir pekan.
Tetapi, mengingat keberadaanku dan kegiatan kami yang dapat dipastikan terdengar di seantero penthouse ini, ia meminta Stella untuk tidak datang pagi ini. Jadilah kami berakhir di Sarabeth's untuk mengisi perut yang berjarak beberapa blok dari penthouse Draco di daerah Madison Avenue. Aku mengenakan kemeja putih berkerah Eton dan flarred skirt bewarna biru tua selutut yang telah berada di kamar Draco setelah kami selesai 'mandi' tadi lengkap dengan stocking hitam dan mantel senada yang membuatku menatap pria itu tak percaya sementara ia hanya melengos untuk berpakaian. Pagi ini Draco memilih untuk duduk di sebuah meja yang langsung menghadap jendela dengan para New Yorker sebagai pemandangannya, ia mengatakan bahwa ini tempat favoritnya. Ia memesan Apple-Cinnamon Frech Toast dan secangkir English Breakfast Tea sementara aku memesan Buttermilk Pancake with Fresh Strawberries dan secangkir kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skyscraper
Fanfictionby AchernarEve Tegas dan dingin adalah dua kata yang dapat menggambarkan Hermione Granger, wanita dengan karier cemerlang namun selalu terjebak dengan bayang-bayang masa lalu. Cover by. April PS : beberapa chap akan di privat ^_^