Sambil terkantuk-kantuk, aku memaksakan diri pergi kuliah. Mau tidak mau, capek atau tidak, aku tak boleh menyia-nyiakan uang orang tuaku.
Maka, tepat jam 9 pagi aku segera memaksakan tubuhku untuk kembali dari alam mimpi ke dunia nyata. Aku melihat pantulan bayanganku di cermin, mataku terlihat merah karena kantuk. Ingin rasanya aku kembali ke kasurku dan meneruskan mimpi, namun aku memutuskan untuk memaksakan diri pergi kuliah.
Sesampainya di kelas aku segera mencari tempat duduk di pojokan, melanjutkan tidur dengan waktu yang tersisa. Dan sepertinya itu bukan ide bagus.
Aku tak sekalipun membuka mata ketik dosen menerangkan materi.
"Hei, Ren, bangun kamu!"
Aku merasakan pukulan keras di kepalaku, lalu terbangun. Terlihat 2 orang temanku sedang senyum-senyum.
"Apa sih?" tanyaku kesal.
"Mau tidur sampai kapan kamu? Yuk, pulang, ah."
Ricki menyambar tasnya dari kursi lalu keluar dari kelas.
"Kok pulang? Kalian ini ga niat kuliah, ya?" kataku sambil mengerutkan kening.
"Kamu kali yang ga niat kuliah, Ren. Udah ah, aku juga pulang."
"Loh, loh?"
"Kamu sadar ga sih kalo kamu dari tadi tidur di kelas? Udah beres kuliahnya, pulang. Tadi Ricki nawarin traktiran, lagian sekarang udah jam makan malam."
"Hah?"
Aku menyalakan layar ponselku. Jam 6 sore.
"Sial bisa-bisanya aku ketiduran. Percuma aja datang kuliah. Cuma bikin sakit badan doang, gak dapet pelajaran," gerutuku sambil segera mengikuti langkah Aldo.
---
Mobil Jeep itu sudah dinyalakan mesinnya. Aldo segera membuka pintu belakang mobil itu, melompat masuk. Begitu juga denganku.
Ricki memang anak pecinta alam. Di kampus pun ia menjadi bagian dari komunitas pecinta alam. Bahkan, saking cintanya, ia rela bila ada kegiatan camping, ia tidak kuliah. Bodoh memang. Tapi ia pecinta alam sejati. Tak merokok, selalu menegur kami bila buang sampah sembarangan, dan hal-hal menyebalkan lainnya sering ia lakukan saking cintanya terhadap alam.
Bukan satu dua kali aku dan Aldo mendengar ceramahnya tentang alam. Sampai aku dan Aldo hampir muntah tiap mendengarnya mulai berceramah.
"Lah, kenapa si pemalas itu udah ada di mobil? Katanya mau tidur di kampus?" Ricki bertanya, memecahkan keheningan di dalam mobil itu. Aku hanya cemberut. Aldo tertawa.
"Terus dia nanya kita niat kuliah apa nggak, padahal dia yang ketiduran!" kata Aldo sambil menahan tawanya.
Aku pun memalingkan wajah ke samping, melihat ke jalanan. Sesekali menghela nafas melihat para pedagang kaki lima di trotoar. Percuma saja ada perda segala macam, para pedagang itu tetap bandel untuk berjualan.
Mobil Jeep milik Ricki berhenti di sebuah rumah makan. Yah, aku sudah tahu tabiat mereka. Rumah makan itu sudah pasti menjual minuman keras. Mereka seperti merasa hampa bila tidak meminum miras.
Kami memilih meja untuk bertiga. Aku memesan beberapa macam makanan dan jus. Aldo dan Ricki juga sama, namun mereka memesan wine sebagai ganti jus.
"Eh, Ki, tau gak kemarin Rendi ikut aku ke diskotik lagi buat ketemu cewek yang namanya Reza itu. Kayaknya dia suka sama tuh cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan
RandomSemua wanita akan iri melihatnya. Parasnya yang cantik, kecerdasan, dan kelihaiannya menari dan memainkan alat musik dapat menghipnotis lelaki mana pun. Tapi semua itu yang membuatnya membenci diri sendiri, membenci semua lelaki, merutuki kelahirann...