Aku menggenggam batangan besi di tanganku erat, menggigit bibirku kuat-kuat.
"Tak ada yang tersisa. Semuanya telah hilang." Kata-kata itu mengiang-ngiang di kepalaku.
Dengan sisa-sisa tenagaku, aku bangkit berdiri. Besi di tanganku kuayunkan dengan membabi buta.
Bletak! Bletak!
Semua itu tidak memerlukan waktu yang lama untuk berakhir. Aku merubuhkan kedua lelaki kekar itu di detik-detik terakhirku. Dan itu salah mereka yang membangkitkan amarahku.
Aku segera melucuti pakaian mereka, mencari-cari apa yang dicari-cari semua orang. Uang. Tak tanggung-tanggung, 30 lembar uang seratus ribuan kini sudah ada di tanganku.
Aku pun berjalan meninggalkan mereka, dendamku terbalaskan. Dendam selama sepuluh tahun itu terbalaskan.
Aku masih ingat bagaimana mereka menembaki ibuku, adikku, dan ayahku. Dan aku tak berdaya, umurku sebelas dan aku bagai pengecut. Bersembunyi di balik lemari baju ibuku, mereka tak sadar akan keberadaanku.
Seluruh kebencian dan dendamku pada mereka tertanam di kepalaku, menghasilkan musuh yang lihat dan kuat bagi mereka.
Aku dengan mudah masuk ke dalam geng mereka, menjadi orang kepercayaan bosku. Kemudian setelah kepercayaan itu menguat, aku menjebak kedua anak buahnya. Lalu menghabisinya. Anak buah yang ditugaskan untuk merampok keluargaku sepuluh tahun silam.
Ternyata, jebakan itu tak hanya menjerat kedua anak buahnya, melainkan bos pun ikut terjerat. Aku tak mengantisipasi hal ini dan pikiranku sudah dipenuhi dengan dendamku. Aku menghabisi mereka. Lenyaplah sudah salah satu geng preman paling kuat di daerah itu. Disusul dengan tersebarnya berita tersebut.
Hal itu membuatku harus melenyapkan seluruh identitasku karena geng sahabat bos akan menyelidiki hal tersebut. Aku segera menghilang, pergi sejauh mungkin dan tiba di Surabaya.
Aku memulai hidup baruku sebagai bos preman di sana. Pada mulanya aku sering berkelahi dengan mereka. Fisikku terlalu tangguh untuk dikalahkan teri-teri seperti mereka. Aku selalu menang dan beberapa dari mereka memilih untuk tunduk menjadi anak buahku.
Miras dan dunia malam adalah sahabatku. Saat itu tak ada satu pun orang berani macam-macam padaku. Hidupku enak, setiap hari aku hanya menunggu setoran mereka dan bermain. Mabuk-mabukkan, merokok, narkoba adalah rutinitasku.
Hingga suatu malam, seluruh kehidupanku yang nyaman hancur. Beberapa anak buahku menjebakku, mereka bekerja sama dengan geng preman lain. Mereka berkhianat.
Aku dalam sekejap terkapar di pinggir jalan tak berdaya, beruntung mereka tak menghabisiku karena merasa bersalah telah mengkhianati bos mereka sendiri. Uangku yang tersisa di sakuku perlahan-lahan menyusut.
Namun, keinginan untuk memakai narkoba semakin kuat.
Aku melakukan segala cara demi mendapatkan uang. Menjarah supermarket, mencopet, membunuh. Semuanya sudah pernah kulakukan.
Tubuhku semakin rusak karena efek dari obat tersebut. Hingga aku tak tahan lagi.
Aku ambruk di trotoar ketika sedang berjalan.
Beruntung sekali ada seseorang menolongku. Entah, aku taktahu dia siapa, tapi yang kuketahui dia membayar seluruh tagihan rumah sakitku lalu membawaku ke pusat rehabilitasi.
Bertahun-tahun aku di sana, hingga akhirnya aku sembuh. Aku bisa menjadi orang normal lagi. Tapi, bukan itu yang membuatku tak pernah menyentuh barang-barang laknat itu.
Melainkan seorang perawat. Ia ditugaskan untuk merawatku. Ia selalu sabar menghadapi tingkahku. Ketika aku sakaw, ia berusaha untuk menenangkanku dengan lembut.
Aku seakan menemukan sosok seorang Ibu di dalam pribadinya. Aku sadar, aku mulai jatuh cinta padanya. Kisah kami berjalan sebagaimana mestinya.
Setelah 3 bulan perkenalan, aku melamarnya. Namun, orang tuanya tak merestui hubungan kami. Mereka memaksa putrinya menikahi seorang dokter yang tentu lebih layak dariku.
Aku pun tahu diri, aku ini bekas pemakai. Aku segera menarik diriku dari dunianya. Namun, setelah aku benar-benar tak lagi menghiraukannya, saat aku merasa aku berhasil menarik diri, aku mendengar kabar yang begitu menyedihkan. Ia bunuh diri. Demi aku. Aku menangis sejadi-jadinya di pemakamannya begitu juga dengan kedua orang tuanya.
Kalau saja aku mau berjuang bersama-sama dengannya seperti apa yang ia katakan setelah aku dilarang berhubungan dengannya, semuanya tak akan seperti ini. Mungkin kini diriku sudah bersanding dengannya di pelaminan.
Sebelum kematiannya, ia meninggalkanku sebuah surat.
Darling,
Aku tak tahu mengapa kau tak pernah menghiraukanku lagi setelah kejadian di rumahku. Kau tahu? Sebenarnya aku hanya ingin berada di sisimu selalu, mendampingimu dan merawatmu.Aku merasa tak perlu hidup lagi di dunia. Aku merasa hidupku berakhir. Sayang, bolehkah aku memintamu beberapa hal? Aku berharap kau mau.
- Jangan pernah lagi menyentuh barang haram.
- Hargai wanita
- Carilah wanita yang lebih baik dariku :)Aku sangat mencintaimu sayang, aku tahu, kau juga demikian.
Salam sayang,
Debora
Aku, lelaki yang kekar, tangguh, menangis karena surat itu. Sejak saat itu aku berjanji akan membahagiakan siapa pun yang kelas menjadi pasangan hidupku dan membantu setiap wanita yang kesusahan. Aku takkan mengulang kesalahan yang sama.
Aku berjanji takkan pernah lagi egois, menilai diri sendiri buruk, padahal aku adalah segalanya bagi orang tersebut. Aku akan berjuang bersamanya mencapai kebahagiaan.
Maka aku pun memutuskan pergi dari Surabaya. Sudah tak ada apa pun yang tersisa di sana. Aku segera mengambil tiket kereta ke Bandung.
Aku pun mencari pendidikan. Yah, setidaknya aku berhasil lulus SMA favorit. Dengan berbekal ijazah tersebut, aku mencari beasiswa.
Akhirnya aku mendapat beasiswa di jurusan kedokteran. Lalu, aku bertemu Aldo dan Ricki. Sahabat terbaikku. Kehidupanku membaik.
---
Kantuk sudah tak kuasa kutahan lagi, setelah sejenak merenung dan memutar ulang kisah hidupku, aku terlelap.
Wahai rembulan, mengapakah engkau yang bersinar begitu terang dan indah berada di tengah gelapnya dunia malam?
---
A/N: PLEASE READ, VOTE, AND COMMENT. Saya berharap cerita ini dinikmati oleh kalian. Saya butuh support, kritik, dan saran atas karya saya. :) And please jangan promote story di comment. PM aja kalo promot jangan nyampah di akun gw.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan
RandomSemua wanita akan iri melihatnya. Parasnya yang cantik, kecerdasan, dan kelihaiannya menari dan memainkan alat musik dapat menghipnotis lelaki mana pun. Tapi semua itu yang membuatnya membenci diri sendiri, membenci semua lelaki, merutuki kelahirann...