Malam berlalu begitu cepat bagiku. Ketika aku terbangun, aku melihat Aldo sedang duduk, menikmati semangkuk mie bakso, sedangkan Ricki masih mendengkur di atas tikar.
"Do, aku di beliin gak?"
"Ya enggak lah, ngapain juga beliin kamu," katanya sambil menyeruput mie di mangkuknya.
"Mamang baksonya masih ada gak, Do?"
"Udah pergi dari tadi, siapa suruh tidur lama banget."
'Huh, mereka yang buat diriku bangun kesiangan seperti ini. Dasar, menyebalkan,' gerutuku dalam hati.
Aku pun segera bangkit dari tempat tidur dan menyeduh mie. Hari itu kami tak ada mata kuliah. Biasanya, Ricki akan mengajak kami jalan-jalan atau ke rumahnya.
Tak lama kemudian, Ricki mulai menggeliat, merenggangkan badannya, dan memijit-mijit kepalanya yang sakit. Lalu, dengan tergesa-gesa, ia berlari ke kamar mandi. Dari luar aku bisa mendengarkan bagaimana ia mengeluarkan seluruh isi perutnya yang diisi tadi malam.
Aku dan Aldo sudah terbiasa akan hal ini. Muntah sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka, jadi tak heran bila aku melihat salah satu dari mereka berdua berlari tergesa-gesa ke kamar mandi.
"Ren, bikinin aku mie, dong," suara Ricki terdengar lemas setelah keluar dari kamar mandi.
Aku hanya mengangguk, lalu memasukkan sebungkus mie ke panci.
"Tar pada mau ke mana? Gak ada kuliah,'kan? Bosen, nih." Aldo yang sedari tadi terdiam angkat bicara, tak sadar diri akan mulutnya yang masih terisi penuh dengan mie.
"Ke rumahku aja, gimana?"
Usul Ricki tersebut langsung ditolak Aldo,"Bosen ke rumah kamu terus, paling nge-game. Ga bervariasi amat sih."
"Terus kamu maunya ke mana?" Ricki menaikan nada suaranya, ia terlihat kesal.
"Ke pantai aja, gimana. Kamu, 'kan pecinta alam, Ki. Pasti tau pantai yang bagus di mana," usulku sambil menyerahkan semangkuk mie pada Ricki.
Aku segera naik ke atas ranjang setelahnya, kemudian menyantap mie yang menggoda selera tersebut.
"Nah, ide bagus tuh, Ren! Ki, aku juga udah lama gak ke pantai. Ayo ke pantai aja. Sekalian camping kalau bisa. Kita libur sampai tiga hari ke depan, 'kan?"
Terlihat Ricki menimbang-nimbang usul tersebut. Tak lama kemudian ia menganggukan kepalanya.
"Tapi, nanti ke rumahku dulu lah, kita beres-beres dulu. Aldo gak usah ke rumah, nanti pakai perlengkapanku aja. Kamu, Ren, abis makan mie, langsung beres-beres."
Aku mengangguk, lalu cepat-cepat menghabiskan sisa mie di mangkukku. Sudah lama sekali rasanya aku ke pantai, menikmati keindahan alam ciptaan-Nya yang luar biasa itu.
---
Ricki ternyata memilih memakai mobil ferari-nya untuk pergi ke pantai. Tentu saja ia sudah terbiasa dengan hal itu.
Rumahnya megah dan mewah, bak bangsawan. Jangan tanyakan ada apa saja di dalamnya. Begitu nikmat rasanya hidup di keluarga kaya raya.
Barang-barang bawaan kami akan diantarkan oleh seorang supirnya ke sana.
"Enak jadi kamu, Ki. Mau apa-apa pasti tinggal bilang langsung dapat."
Ricki hanya diam mendengar ocehan Aldo. Bosan menanggapi. Hampir setiap ia datang ke rumahnya, Aldo selalu mengoceh banyak hal tentang kenikmatan hidup Ricki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan
RandomSemua wanita akan iri melihatnya. Parasnya yang cantik, kecerdasan, dan kelihaiannya menari dan memainkan alat musik dapat menghipnotis lelaki mana pun. Tapi semua itu yang membuatnya membenci diri sendiri, membenci semua lelaki, merutuki kelahirann...