1. KinNuts Family

29.7K 1.9K 378
                                    

Hari Rabu pagi di rumah keluarga Dhiafakhri. (Namakamu) melepaskan celemek yang melekat di tubuhnya dan tersenyum puas melihat meja makan yang penuh dengan makanan hasil buatannya.

"Mommy, ada Pancake?" Ina--gadis berusia tujuh tahun--dengan susah payah naik keatas kursi dan meraih pancake yang tertangkap penglihatannya.

(Namakamu) membantu Ina untuk duduk manis dan mendekatkan pancake favorite Ina.

"Kak Iqbaal udah bangun?" tanya (namakamu).

Ina mengangguk. "Tadi aku denger kakak lagi ngomongin beha. Emang beha itu apa, Mommy?" tanya Ina dengan wajah polos menggemaskan.

(Namakamu) membulatkan kedua matanya mendengar pertanyaan Ina. Sepertinya, Iqbaal sama saja dengan Fakhri. Tidak bisa mengontrol kata-katanya di depan orang lain. Bahkan, di depan anak sekecil Ina.

"Itu mainan." jawab (namakamu) asal.

"Mainan apa, Mommy?"

"Mainan Daddy kamu kalo malem." jawab (namakamu) dengan suara berdesis nyaris tak terdengar.

"Mommy ngomong apa? Mainan Daddy? Jadi, Daddy suka mainin beha ya, Mommy?"

"Bukan behanya, tapi isinya." sahut Fakhri tiba-tiba.

(Namakamu) menatap Fakhri tajam. Kenapa Fakhri menjawab seperti itu? Di mana otak laki-laki itu saat ini? (Namakamu) benar-benar tidak habis fikir, Fakhri masih saja seperti dulu. Tidak pernah berubah.

"Isi beha itu apa?" lagi-lagi Ina bertanya dengan polosnya.

(Namakamu) menghela napas. "Isinya permen bulet warna cokelat."

"Isinya susu putih." jawab Fakhri.

"Peanuts!" (namakamu) mencubit keras pinggang Fakhri. Tapi, sepertinya Fakhri tidak merasa kesakitan. Laki-laki itu hanya tertawa kecil dengan tatapan menggoda.

"Mommy Pumpkin, Daddy Peanuts, kapan sih romantisnya? Kalo nggak cubit-cubitan ya melotot-melototan." Iqbaal menutup pintu kamarnya dan melangkah mendekat. Lalu, menarik kursi dan meraih sandwich yang sudah (namakamu) siapkan.

Fakhri menghela napas. Merangkul (namakamu) dengan satu tangan dan satu tangannya yang lain ia simpan didalam saku celana.

"Kata couple of the years pas SMA. Tapi, setiap hari isinya gontok-gontokan." ucap Iqbaal lagi.

Fakhri menoyor kepala Iqbaal dan membuat anak lelakinya itu menekuk wajahnya kesal. "Ini cara romantis KinNuts! Anak kecil nggak bakal ngerti."

"Daddy yang nggak ngerti caranya romantis. Daddy 'kan taunya bikin adek doang." celetuk Iqbaal asal.

"Itu namanya romantis plus enak."

"Ntar lower Mommy gue." desis Iqbaal.

"Lower? Orang tiap malem rasanya masih kayak malam pertama."

"Mommy anaknya udah dua, plis Dad, jangan hamilin Mommy lagi. Nggak mau punya adek lagi!"

"Daddy pengen anak sebelas biar bisa main bola."

"Nanti Mommy jebol."

"Jahit lah."

"Daddy bisa jahit Mommy?"

"Jahit hatinya maksudnya."

(Namakamu) menggeleng mendengar perdebatan kecil antara Fakhri dan Iqbaal. Dua laki-laki berotak sama yang selalu membuat (namakamu) malu dan tidak mengerti lagi tentang apa yang ada di dalam otak mereka.

***

Iqbaal memarkirkan motornya dengan rapi. Melepaskan helm dan mengibaskan sedikit jaketnya, lalu merapikan rambutnya dengan sekali usap. Senyumnya merekah penuh pesona menyapa para gadis yang berlalu lalang. Dia terlalu tampan untuk di bayangkan.

Bubi & Pluto [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang