(Namakamu) Amelia Dianty mengerjap saat cahaya lampu menusuk kedua matanya. Ia terbangun dengan kepala yang terasa berdenyut dan membuat alisnya bertaut dalam. Tatapannya berpendar saat ia menyadari dirinya tertidur di atas brangkar rumah sakit.
"Lo udah bangun?" tanya Karel sesaat setelah membuka pintu.
"Rel, gue kenapa di sini?" bukan menjawab, (namakamu) malah balik bertanya.
Karel baru saja akan membuka suara untuk menjawab pertanyaan (namakamu), tapi gadis itu kembali berbicara dengan panik.
"Iqbaal! Iqbaal mana?! Iqbaal mana, Rel?!" (namakamu) menarik tangan Karel dan menggenggamnya dengan kuat. Air matanya kembali melesak keluar mengingat suara mesin yang terakhir kali dia dengar. Sangat mengerikan.
Karel tersenyum tipis dan mencoba menenangkan (namakamu) yang begitu panik. Karel meraih air minum di atas meja dan memberikannya pada (namakamu).
"Lo tenang aja, Iqbaal udah baik-baik aja. Tadi emang detak jantungnya sempet berenti, tapi sekarang Alhamdulillah Iqbaal udah baik-baik aja. Iqbaal juga udah lewat dari masa kritisnya." jawab Karel, mencoba memberikan jawaban yang detail dan membuat (namakamu) menjadi lebih tenang.
"Lo serius?" tanya (namakamu).
"Gue serius, Bubi-nya Pluto. Sejam yang lalu, Iqbaal udah di pindahin ke ruang perawatan."
Kedua alis (namakamu) kembali bertaut mendengar jawaban Karel. Serasa ada yang mengganjal dan membuat hatinya bertanya-tanya. Satu jam? Jadi seberapa lama ia tidak sadar?
"Lo pingsang di depan ICU setelah lo gedor-gedor pintu ICU sambil manggil namanya Iqbaal. Iya, kira-kira dua jam yang lalu." jawab Karel yang seolah mengerti apa arti dari kerutan di dahi (namakamu).
(Namakamu) menghela napas, ia baru ingat kalau tadi ia sempat menggedor pintu ICU dan meneriakkan nama Iqbaal. Lalu, setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi.
"Anterin gue ke ruangan Iqbaal, ya? Gue mau liat keadaan Iqbaal."
Karel mengangguk, lalu mengulurkan tangannya dan membantu (namakamu) turun dari brangkar. Seulas senyum kini menghiasi wajah Karel ketika melihat (namakamu) begitu mengkhawatirkan Iqbaal. Karna, itu tandanya, Iqbaal menjatuhkan hati pada orang yang tepat.
***
(Namakamu) masih menatap kosong ke arah Iqbaal yang baru saja melewati masa kritisnya. Sesekali, pandangannya beralih pada Fakhri yang berdiri di samping brangkar dan tidak bergerak sejak lima belas menit yang lalu. Hatinya berdenyut melihat Fakhri menatap Iqbaal dengan tatapan yang menyiratkan sebuah rasa takut terlalu dalam.
"Gue baru sadar kalau dia mirip sama Kakak." lirih Fakhri tiba-tiba.
(Namakamu) hanya diam mendengar perkataan Fakhri, membiarkan Fakhri menghabiskan waktunya menatap Iqbaal yang belum juga membuka matanya.
"Cara tidurnya mirip banget sama Kakak. Seratus persen mirip." lirih Fakhri lagi dan kali ini suaranya terdengar sedikit bergetar.
"Liat," Fakhri mengusap kepala Iqbaal dengan sentuhan lembut dan mata berkaca. "Kak Iqbaal banget kan, Pumpkin?"
(Namakamu) menghela napas, mengulum senyum tipis dan membiarkan Fakhri tetap berbicara. (Namakamu) bisa merasakan seberapa sesaknya Fakhri saat ini. Tadi, saat detak jantung Iqbaal berhenti, Fakhri benar-benar terpukul. Dan Fakhri sempat pergi menyendiri sampai tim medis memberikan hasil yang meyakinkan kalau Iqbaal baik-baik saja.
***
"Kamu kenapa mau ketemu sama aku?" tanya Daniel seraya tersenyum.
Pulang sekolah tadi, (namakamu) tiba-tiba saja menghubunginya dan meminta bertemu. Daniel kira gadis itu merindukannya dan akan membicarakan tentang hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubi & Pluto [Completed]
FanfictionIqbaal jatuh hati pada (namakamu) sejak pertama kali gadis itu pindah ke sekolahnya. Tapi, Iqbaal tidak pernah berani mendekati (namakamu) karna (namakamu) adalah kekasih Daniel. Lama Iqbaal menyimpan perasaannya sendiri tanpa berani mengungkapkann...