2. Langkah Pertama

15K 1.5K 297
                                    

Fakhri menghela napas saat melihat Iqbaal menghampirinya yang sudah lebih dulu duduk di ayunan halaman belakang. Dia terlihat kebapakan jika seperti ini, sama sekali tidak terlihat kalau dia adalah seorang suami berotak gila dan hanya memikirkan lingerie merah sang istri.

"Mau curhat apa?" tanya Fakhri saat Iqbaal sudah duduk di sampingnya.

Iqbaal diam menatap Fakhri. Tidak tahu harus memulainya dari mana.

"Masalah sekolah? Geng? Atau cewek?" tanya Fakhri lagi.

"Yang terakhir, Dad." jawab Iqbaal.

Fakhri mengangguk dengan seulas senyum yang penuh arti. Fakhri bersindekap dada, merasa aneh dengan Iqbaal yang berbeda. Iqbaal putranya mewarisi hampir semua sifat dan sikapnya. Dia tidak pernah melihat Iqbaal sediam ini saat ingin bercerita. Terlebih, tentang seorang gadis.

"Kamu naksir cewek? Yang mana? Dinda, Risma, Indah, Rae, Juminten, sarah, Ina, atau Mommy kamu?"

"(Namakamu), Dad."

Raut wajah Fakhri berubah terkejut mendengar jawaban cepat Iqbaal. Ia menatap Iqbaal dengan tatapan yang mulai tajam dan penuh ancaman.

Iqbaal berdecak, "Bukan Mommy! Tapi, dia temen sekolah Iqbaal. Dia anak pindahan dari Malang."

"Oh, kamu naksir dia?"

"Iya, Dad. Tapi, dia punya pacar." jawab Iqbaal dengan anggukan kepala.

Fakhri langsung merasa iba pada apa yang tengah di rasakan Iqbaal. Anak lelakinya yang malang menyukai gadis pindahan dari Malang dan punya pacar. Fakhri merangkul Iqbaal dan mulai menggerakan ayunan dengan salah satu kakinya.

"Kamu... udah usaha buat ngejar dia?" tanya Fakhri.

Iqbaal menelan ludah pahitnya dengan dada yang mulai sesak. Lalu, ia menggeleng sebagai jawaban untuk pertanyaan Ayahnya.

"Goblok banget sih lo!" ucap Fakhri galak.

"Dad, bukannya nggak berani. Dia itu beda sama cewek lain, dia ramah sama semua orang, tapi dia nggak bisa di deketin. Dia... cuma bisa di kagumi dari jauh."

"Sumpah gue punya anak goblok banget. Padahal, gue jago banget ngegebet cewek." celetuk Fakhri lagi.

Iqbaal berdecak kesal. Ia pikir Ayahnya akan memberinya solusi terbaik untuk lebih dekat dengan (namakamu) Amelia Dianty, tapi malah ini yang terjadi.

"Baal, apa yang bikin kamu suka sama dia?"

Iqbaal berpikir sejenak. Ia mencoba mengingat apa yang membuatnya jatuh hati pada (namakamu) dan membuat keberaniannya menciut untuk lebih dekat dengan (namakamu).

"Dia cantik, matanya hitam, rambutnya dark cokelat. Dia salah satu siswi berprestasi di sekolah, dia selalu nganggap semua orang itu teman, dia beda sama yang lain, Dad. Makanya, aku berani jatuh cinta sama dia. Jatuh cinta yang serius, nggak main-main kayak biasanya. Kayak Daddy jatuh cinta sama Mommy."

Fakhri tersenyum kecil mendengar perkataan Iqbaal. Tangannya terangkat mengusap puncak kepala Iqbaal dengan penuh kasih sayang.

"Kamu udah besar ya, udah bisa nilai cewek, bahkan berani buat nyimpulin perasaan kamu. Perasaan baru kemarin Daddy gantiin popok kamu yang penuh sama pup." Fakhri terkekeh pelan.

"Daddy," Iqbaal tertawa pelan. "Dulu, Daddy ngejar Mommy itu gimana, sih? Gimana caranya Daddy bisa buat Mommy jatuh cinta sama Daddy?"

"Selalu ada, perhatian. Cuma dua poin itu aja. Cewek itu bakal gampang jatuh hati sama cowok yang selalu ada di saat dia butuh dan ngasih perhatian lebih ke dia. Dulu sih setiap bulan di tanggal antara 12-19, Daddy selalu rajin ngirimin Mommy kamu pembalut datang bulan. Gara-gara pembalut itu juga Daddy bisa makin deket sama Mommy kamu dan akhirnya Mommy kamu bisa nerima Daddy."

Bubi & Pluto [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang