13. Firasat (b)

8.2K 1.3K 140
                                    

Iqbaal duduk dengan kedua kaki menggantung dan (namakamu) duduk di sampingnya. Senyum Iqbaal mengembang melihat (namakamu) terus memperhatikannya dengan senyum favorite-nya. Gadis itu terlihat semakin cantik.

"Kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) menggeleng, "Nggak papa, aku cuma ngerasa kita makin jauh." jawab (namakamu).

"Jauh?" kedua alis Iqbaal bertaut dalam, ia tidak mengerti dengan jawaban yang di berikan (namakamu).

"Nggak tau kenapa, dari kemarin aku ngerasa kita makin jauh, Pluto. Entah kamu atau aku yang ngejauh."

Iqbaal meraih tangan (namakamu) dan menggenggamnya dengan erat. Seulas senyum ia perlihatkan untuk menghapus pikiran (namakamu) yang menurutnya tidak penting, memikirkan tentang hal-hal yang saat ini memang tengah membuat Iqbaal takut.

"Aku sayang kamu, aku nggak mungkin ngejauh dari kamu." kata Iqbaal lembut.

(Namakamu) hanya diam menatap Iqbaal. Ia merasa semuanya aneh, seperti tidak sama dengan biasanya, apa yang salah? Apa yang berubah? Entah kenapa, (namakamu) merasakan dadanya sesak ketika matanya menatap dalam mata Iqbaal, seolah menemukan sebuah jawaban di sana.

(Namakamu) menarik Iqbaal ke dalam pelukannya dan mulai terisak tanpa dia tahu apa alasannya. Yang pasti, ia ingin memeluk Iqbaal lebih lama.

"Kamu kenapa sih, Bubi? Kangen banget ya sama aku?" tanya Iqbaal di selingi dengan tawa kecil agar suasana tidak begitu tegang.

(Namakamu) mengangguk, tangannya semakin melingkar erat memeluk Iqbaal, dan isak tangisnya terdengar semakin kencang. (Namakamu) sendiri masih bertanya-tanya kenapa dia bisa seperti ini dan tangisnya susah berhenti. (Namakamu) tidak tahu alasannya. Yang (namakamu) rasakan saat ini hanya sesak dan takut.

***

Salsha memeluk (namakamu) dengan erat, air matanya jatuh melihat sahabatnya menangis sesegukan seperti ini. Terakhir, Salsha melihat (namakamu) menangis separah ini saat datang ke pemakaman Iqbaal.

"Gue nggak mau kehilangan Iqbaal lagi, Sha." lirih (namakamu) dengan suara yang tidak jelas dan tercekat. Tangisnya semakin pecah ketika Salsha mengusap rambutnya dan memeluknya semakin erat.

"Lo nggak akan kehilangan Iqbaal, (namakamu), lo percaya sama gue." bisik Salsha.

Sejak satu jam yang lalu, (namakamu) memintanya bertemu di salah satu kafe yang tidak jauh dari rumah sakit dan menceritakan semua yang saat ini di alami Iqbaal. Termasuk, tentang Iqbaal punya lubang di jantung seperti Fakhri.

"Yang gue tau, lubang di jantung itu emang turunan. Tapi, pasti ada solusinya. Lo jangan mikirin yang macem-macem." bisik Salsha lagi.

(Namakamu) menggeleng dan semakin terisak di pelukan Salsha. Ia benar-benar menumpahkan semua isi hatinya pada Salsha, karna menurutnya Salsha adalah orang yang tepat untuk di jadikan sandaran selain Fakhri ketika dia lemah.

"Gue takut, Sha. Gue takut."

Salsha mengangguk, wajar jika (namakamu) takut kehilangan Iqbaal. Ibu mana yang rela jika anak kesayangannya pergi untuk selamanya? Tidak ada.

"Lo harus kasih semangat buat Iqbaal. Fakhri sama dokter kan lagi usaha cari pendonor yang mau donorin jantungnya buat Iqbaal. Berdoa supaya semua baik-baik aja. Gue, Steffi, Bastian, sama Aldi juga terus ngedoain keluarga lo." Salsha menepis air matanya yang jatuh semakin deras, tangisan (namakamu) terasa seperti mencubit hati kecilnya untuk merasakan sakit yang kini tengah di rasakan (namakamu).

Salsha merenggangkan pelukannya, berusaha tersenyum meskipun dengan air mata yang masih saja jatuh di kedua pipinya. Salsha menyelipkan rambut (namakamu) ke belakang telinga, lalu menghapus air mata dari kedua pipi sahabatnya itu.

Bubi & Pluto [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang