7. Kecewa

11.4K 1.4K 120
                                    

(Namakamu) duduk di hadapan Iqbaal yang terus menutup wajahnya dengan buku, membuat (namakamu) bingung dengan sikap yang Iqbaal tunjukkan saat ini. Laki-laki itu terlihat aneh sejak kemarin.

(Namakamu) tersenyum dan bedehem pelan untuk menarik perhatian Iqbaal. Tapi, laki-laki itu tetap tidak mau menyingkirkan bukunya.

"Sejak kapan lo baca buku?" tanya (namakamu).

Cukup lama Iqbaal menjawab, membuat (namakamu) menunggu dengan tidak sabar. "Tadi," jawab Iqbaal singkat.

"Pluto...," (namakamu) kembali bersuara.

Iqbaal bereaksi sama seperti sebelumnya. Tidak menurunkan sedikit pun buku yang menutupi wajahnya dari (namakamu). Semua itu Iqbaal lakukan untuk menutupi rasa malunya karna (namakamu) tahu semua aib terbesarnya.

"Eh Iqbaal! Mana bh pesenan gue? Yang ukuran 34 warna pink ada rendanya. Katanya, tiga hari sampe, mana? Ini udah empat hari belum sampe-sampe." Tara, anak kelas sebelah langganan olshop Iqbaal, datang tiba-tiba dan menanyakan pesanannya.

(Namakamu) yang mendengar mengatup mulutnya rapat-rapat. Wajar kalau Tara menanyakan barang pesanannya pada Iqbaal. Tidak ada yang aneh. Dan (namakamu) memaklumi hal itu.

Tapi, tidak dengan Iqbaal. Wajahnya merah padam, tatapannya melirik tajam kearah Tara. Umpatan-umpatan penuh kekesalan sudah memenuhi mulut Iqbaal dan siap keluar kapan saja jika dia tidak sadar dengan kehadiran (namakamu) di depannya.

"Ee, nanti deh, Tar, gue cek lagi." ucap Iqbaal dengan nada berbisik.

"Yaudah, tapi kalo sampe besok nggak dateng juga, gue cancel." Tara menghela napas dan pergi dari hadapan Iqbaal dan (namakamu).

"Iya-iya, serah lu dah." balas Iqbaal kesal.

Tara tersenyum pada (namakamu) sebelum pergi dan melirik sinis pada Iqbaal.

(Namakamu) menghela napas, tangannya terjulur meraih jus alpukat di atas meja dan kemudian meraih permen yupi dari sakunya. (Namakamu) tersenyum, lalu mendorong permen yupi itu dengan jari telunjuknya mendekat pada Iqbaal.

"Coba deh, lo perhatiin baik-baik tulisan di buku lo. Ada yang salah nggak?"

"Nggak ada yang salah."

(Namakamu) terkikik dan meraih buku dari genggaman Iqbaal, lalu membaliknya. "Buku lo dari tadi kebalik."

Damn! Iqbaal semakin mengumpat dirinya sekarang. Rasa malunya bertambah dan membuatnya benar-benar tidak berani berhadapan langsung dengan (namakamu).

"Gue tau kenapa lo nggak mau tatap muka sama gue. Pasti karna gue tau semua aib lo, kan?" tanya (namakamu).

(Namakamu) menaikkan kedua bahunya dan menghela napas. "Nggak usah malu sama gue, Pluto. Justru, itu sisi yang gue suka dari lo. Lo yang apa adanya." ucap (namakamu).

Iqbaal menurunkan bukunya perlahan. Wajahnya masih merah karna menahan malu. Iqbaal menutup bukunya dan menghela napas, meraih permen yupi dan mengunyahnya begitu saja.

"Lo lucu," (namakamu) melipat kedua tangannya diatas meja, tersenyum penuh menatap Iqbaal yang lebih mirip anak kecil yang tengah malu karna melakukan suatu kesalahan.

"Nanti malem mau nemenin gue jalan-jalan, little boy?" tanya (namakamu).

Iqbaal menatap (namakamu) dengan alis bertaut. "Little boy?"

"Habisnya, tingkah lo mirip sama anak kecil yang lagi malu." jawab (namakamu).

Iqbaal tertawa pelan, meminum es teh yang es batunya sudah mencair.

Bubi & Pluto [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang