Bab 1 - Konsekuensinya

21.3K 1.6K 307
                                    


"Mione, kau terlihat gelisah. Ada apa?" Tanya Ron pada kekasihnya yang sedari tadi terlihat tidak nyaman itu. Gadis itu selalu melihat kearah jam dinding yang ada diatas perapian ruang rekreasi Gryffindor.

Hermione mendesah, "Tidak, aku.. aku hanya sakit perut." Oh, alasan yang sangat logis bukan?

Ron mengangguk-angguk saja. Ia kembali fokus pada tugas essay sepanjang 2 meter yang diberi oleh Professor Mcgonagall.

"Sakit perut kok sampai segitunya? Tenanglah Mione, Voldemort sudah mati. Ia tidak akan menyerang saat kau berada dikamar mandi." Ujar Harry yang langsung mengundang tawa anak gryffindor lainnya. Sedangkan Hermione hanya tersenyum kecil.

"Mione, ini maksudnya apa sih?" Ron menyodorkan perkamennya ke depan Hermione. Ini lah yang sedari tadi menahan Hermione. Ron meminta-ralat, memaksa-untuk membantunya mengerjakan PR. Hermione tidak tega kalau Ron nanti sampai dihukum karna tidak mengerjakan atau lebih tepatnya tidak mengerjakan dengan benar tugasnya.

Setelah kurang lebih satu setengah jam Hermione membantu Ron, Ia langsung keluar dari ruang rekreasi. Ia berusaha bersikap biasa ketika keluar dari lukisan nyonya gemuk agar tidak ada yang curiga. Namun, saat sampai dibelokan lorong, Ia langsung berlari sekuat tenaga.

"Please..please..please.." Gumamnya sembari terus berlari. Jubahnya berkibaran menembus angin malam. Masa bodoh dengan dingin yang Ia rasakan saat ini. Tujuannya hanya satu.

Danau hitam.

.

Hermione rasanya ingin menangis ketika tujuannya ke danau hitam ini sudah tidak ada. Disana sepi. Hanya ada suara lolongan binatang malam, nyanyian tak karuan dari makhluk danau, dan suara gesekan daun yang tertempa angin.

Gadis itu melihat kebawah sebuah pohon yang biasa Ia tempati. Disana terdapat sebuah flower crown cantik dengan berbagai jenis bunga menghiasinya. Bunga-bunga itu berbeda dari bunga muggle. Bunga-bunga itu bersinar seperti ada cahaya yang mengelilingi setiap kelopaknya. Membuat flower crown itu nampak semakin mempesona.

Hermione membungkuk untuk mengambil benda tersebut. Ia menatap sendu flower crown yang ada ditangannya itu.

"Harusnya kita buat flower crown ini sama-sama.." Gadis itu menyeka tetesan air mata disudut matanya."Maaf.." lirihnya seraya melangkahkan kakinya kembali kekastil.

.

Gadis itu berjalan sambil menunduk menyusuri lorong-lorong kastil yang gelap. Hanya cahaya bulan yang menyinari setia sudut bangunan itu. Dan tentunya juga dengan cahaya dari flower crown yang Ia pegang.

Langkahnya terhenti ketika Ia melihat sepasang sepatu berada tepat di hadapannya. Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya. Sampai tiba Ia bertemu dengan sepasang mata biru keabuan yang terlihat sangat jernih dibawah sinar bulan.

"Sedang apa kau disini?" Tanya orang itu dengan suara dingin.

Dia. Draco Lucius Malfoy. Dengan gaya angkuhnya, Ia menatap tajam Hermione.

"Habis berduaan dengan pacarmu, eh semak?" Ejek pemuda pirang itu. Hermione tidak membalas. Ia hanya terlalu terkejut dengan kehadiran orang di depannya ini.

Draco tertawa sinis, "Benar 'kan tebakanku? Tenang saja, aku sedang baik sekarang. Kau tidak akan aku adukan karna melanggar jam malam." Ujar Draco. Lalu pemuda itu berjalan melewati Hermione yang masih terdiam.

Satu tetes air mata kembali menetes. Tanpa pikir dua kali, gadis itu langsung membalikkan badannya dan berlari, lalu memeluk seseorang dari belakang dengan erat.

"Maaf.." Ucap Hermione dibalik punggung orang tersebut. Ia semakin merekatkan pelukannya ketika merasakan orang itu membelai tangannya.

"Hey, nanti ada yang lihat.."

"Masa bodoh! Aku tidak peduli! Aku minta maaf.. aku sangat merindukanmu."

Dengan perlahan, orang itu melepas pelukan Hermione dan memutar tubuhnya agar berhadapan dengan gadis itu. Ia mengusap pipi kemerahan Hermione dan mengangkat dagu gadis itu agar berani menatapnya.

Hazel bertemu abu-abu.

"Draco, aku minta maaf.."

Tersenyum lembut seraya mengusap kepala sang gadis, "Seharusnya aku yang minta maaf karna tidak menunggumu lebih lama,"

Hermione menggeleng, "Tidak! Aku yang salah. Aku sudah melanggar janjiku untuk bertemu denganmu. Kau pasti kedinginan disana."

Draco kembali memeluk Hermione dengan sayang. Ia menumpukan dagunya pada kepala gadis itu dan menghirup aroma shampoonya yang sangat Ia rindukan.

"Memangnya apa yang mencegahmu untuk bertemu denganku?"

Hermione menegang. Ia melepas pelukan Draco dan menatap mata pemuda itu ragu-ragu. "Aku.. aku membantu Ron mengerjakan tugasnya."

Pemuda itu terdiam. Sakit. Perih. Tapi Draco tidak bisa apa-apa. Ia hanya tersenyum tipis.

"K-kau tidak marah?" Tanya Hermione takut-takut. Draco hanya tersenyum seraya memeluk Hermione lagi.

kalau aku boleh egois, aku mau marah, Hermione. Aku sangat marah. Tapi aku bisa apa? Aku hanya jadi yang kedua.

***


Wohoo Hermione punya selingkuhan 😂

Cerita baru lagi wkwkwkwk.. maaf ya lagi2 cerita abal-abal 😁 jujur aja ya, aku bener2 gk tau cerita chairmate mau dibawa kemana. Masih ada yang nungguin gk kira2 cerita chairmate? 😁hehehe InsyaAllah nanti aku lanjutin Chairmate.

Vomment dong buat cerita baru aku ini.. menurut kalian gimana? Saling mengoreksi aja ya..hehehe

Aku juga update cerita ini partnya gk panjang2. Paling cuma 500-1000 word. Soalnya puyeng klo panjang2 wkwkwkw

Two Heart [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang