#13 Pain

2.1K 235 65
                                    


Hello, there! Is there someone who still waiting for this fanfiction? Sorry for a long hiatus, I have to put all of my effort for my thesis. So yeah, I have no time for doing this fanfiction. But, finally i made it! So, here's the 13th Chapter of this fanfiction. Hope you like it!

WARNING! Typo(s)!! OOC!! Slight!AsanoxReader!     

13th Song: Karuta - Ichiban no Takaramono

~~~

(Y/N) terus berjalan mondar-mandir seraya menggigit kuku-kuku jarinya. Hari ini merupakan hari yang sangat ditunggu (Y/N) sekaligus hari yang sangat menegangkan baginya.

Ya, hari ini merupakan hari dimana concour piano-nya dilaksanakan.

"Tenanglah, (Y/N). Kau sudah berlatih dengan sangat baik, concour ini pasti akan berjalan lancar." Kata Gakushuu berusaha menenangkan (Y/N).

"Bagaimana aku bisa tenang, Gakushuu-kun? Ini concour pertamaku!" jawab (Y/N) sedikit meninggikan suaranya.

Ya, hanya sedikit. Bagaimanapun juga ia tidak ingin mengganggu peserta lainnya yang sedang berkonsentrasi tehadap music instrument mereka masing-masing bukan?

Mendengarnya Gakushuu hanya dapat menghela nafas. (Y/N) tidak sepenuhnya salah, karena gugup di concour pertama itu merupakan hal yang sangat wajar.

"(Y/N)-chan.." panggil Gakushuu seraya menahan tangan kanan (Y/N) agar berhenti berjalan mondar-mandir.

"Tatap aku.." lanjutnya lagi seraya menangkupkan kedua tangannya pada pipi (Y/N), memaksa agar (Y/N) melihat ke arahnya.

"Jangan gugup, kau bisa melakukannya. Aku tau itu." Kata Gakushuu lagi menatap mata (Y/N) dalam. Begitu juga dengan (Y/N) yang membalasnya dengan tatapan sama.

(Y/N) terdiam sejenak menatap orbs violet milik Gakushuu sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya, lalu setelahnya ia duduk di tempat seharusnya ia menunggu giliran untuk dipanggil.

"Pesert nomor 9 ya.." gumam (Y/N) seraya melihat nomor pesertanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Nomor 9, nomor urut yang menurut mitos merupakan angka special, atau juga mungkin dapat disebut sebagai lucky number. Entah benar atau tidaknya, (Y/N) berusaha untuk percaya bahwa hari ini ia akan memenangkan concour pertamanya, hari keberuntungannya.

"Peserta nomor 9, (Surname) (Y/N)." kata MC yang memanggil nomor dan nama (Y/N) pertanda kini saatnya ia tampil.

(Y/N) segera berdiri dari tempatnya duduk, lalu berjalan perlahan menuju panggung tempatnya akan bermain piano. Panggung pertama yang ia naiki sebagai concour pertamanya.

(Y/N) membungkukkan badan terlebih dahulu sebelum menuju piano yang akan dimainkannya. Lalu menghela nafas sejenak.

"Oka-san, Otou-san. Lihatlah aku.." gumam (Y/N) sebelum benar-benar memainkan music instrument yang dipilihnya.

Sonata Hammerklavier Opus 106 by Beethoven.

Kini jari-jari itu memainkan salah satu music instrument tersulit yang pernah ada. Temponya yang cepat membuat seolah jari-jari (Y/N) seperti sebuah robot yang pergerakannya sangat terampil.

Tidak hanya penonton, bahkan juri-juri yang menilai para peserta pun terkejut dengan penampilan (Y/N). Sulit dipercaya bahwa seorang anak kelas 3 SMP sudah bisa memainkan music instrument itu dengan amat sangat baik.

Temponya tepat, dan ia memainkan music instrument itu juga penuh penghayatan, seolah dirinya dan piano adalah satu item yang tak terpisahkan.

Musicians and Assassin [Karma x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang