Bayangan

686 14 1
                                    

Lena menyadari bahwa sejak tadi ada seorang yang sedang mengamatinya. Dia sedang makan di sebuah kafe yang berada dekat dengan kantornya, leta menatap dingin lelaki yang sedang terang-terangan menatapnya. Arlena mengenali pria itu, dia adalah pemilik pramana grup. Lelaki yang juga sering menatapnya beberapa hari yang lalu di ruang rapat, arlena merasa risih di pandangi tetapi tetap diam dan menikmati minumannya.

Arlena kehilangan selera makan ketika melihat dengan jelas lelaki itu sedang mengawasinya.

Dia lalu berpura-pura menatap ke arah lain dan sedikit penasaran apakah lelaki itu masih tetap mengawasi sehingga melirik ke arah lelaki tersebut, arlena manatap kursi yang di duduki lelaki tadi sudah kosong dan terkaget ketika objek yang akan diliriknya berada tepat di hadapannya duduk tanpa permisi di meja yang sama dengannya.

Arlena akan kabur dari tempat itu ketika lelaki itu memajukan bibirnya dan cuppp...

Laki-laki itu mencium bibirnya selama beberapa detik lalu duduk tenang seolah tidak melakukan hal memalukan tadi.

Arlena mulai melirik meja-meja disampingnya dan mendapat tatapan penuh tanya dari anak buahnya yang kebetulan juga sedang ada di tempat yang sama.

Arlena hanya melotot sambil mendesis "kurang ajar" lalu meninggalkan kafe tersebut karena tidak ingin menimbulkan gosip di tempat dia bekerja.

Dia memasuki lift dengan terburu-buru dan melihat lelaki itu mengikutinya.

Di dalam lift mereka hanya berdua dan arlena meluapkan emosi yang sejak tadi dia tahan.

Arlena mengangkat tangan untuk menampar lelaki itu tapi di tepisnya dengan mudah oleh lengan yang memelintir lengannya kebelakang dan arlena merasakan dada bidang hangat pria itu.

"Mulai sekarang aku akan mengejarmu, bersiap-siaplah untuk menjadi istriku dan aku akan membuatmu merasakan hasrat yang sama denganku, ah mungkin kau lupa denganku, panggil aku dibta sayang dan aku selalu mendapatkan apa yang ku inginkan"

Lelaki itu lalu mencium leher lena, lena mendesah ketika dibta menancapkan gigi di urat nadi lehernya. Dibta tertawa puas ketika melihat tanda yang dia buat, dia lalu melepaskan lena dan pergi.

Dibta meninggalkan lena yang masih syok dengan apa yang dia lakukan, lena sempat melihat senyum di bibir pria itu.
Lena berusaha menetralkan ekspresinya dan terus berjalan ke ruangannya.

Alena & Adibta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang