Kesal

402 8 0
                                    

Arlena melempar dokumen dengan asal di meja dibta, sudah ke sepuluh kalinya lebih dalam satu jam lena di suruh bolak balik ke ruangannya untuk memberikan dokumen yang sebenarnya merupakan hal remeh dan bisa dia kirimkan lewat email di ruangkerjanya.

Dibta dengan keras kepala meminta hard copy kertas dan menyuruh arlena mengantarkan keruangannya.

Satu dua kali arlena masih bisa bersabar, tapi berulang kali dalam beberapa menit bertemu dengan dibta membuatnya kesal dan hilang kesabaran.

Lena menyilangkan tangan menantang dibta yang selalu duduk dalam posisi yang selama selama dia masuk dalam ruangan ceo tersebut.

Dibta menatapnya tak berkedip saat lena memasuki ruangan ataupun saat dia keluar dari ruangan itu.

Akhirnya lena kesal luar biasa "sudah cukup main-mainnya bos, aku sibuk dan suruhlah orang yang menggangur untuk ikut dalam permainanmu" kata arlena dengan sengit.

Dibta tersenyum dengan mempesona "saat sedang marah kau semakin cantik honey, membuatku ingin melahapmu sekarang dan saat ini juga"

Arlena lalu keluar mengambil laptop diruang kerjanya dan masuk kembali keruang dibta, mengabaikan telepon yang terus-menerus berdering.

Arlena memasuki ruang kerja dibta dan menatapnya tajam "baiklah kalau begitu, daripada anda terus menerus menggangu saya lebih baik saya kerjakan pekerjaan saya di sini"

Arlena berjalan menuju sofa dan mencari posisi yang nyaman untuk mengerjakan pekerjaannya.

Dibta terus-menerus menatapnya dan berjalan kearah arlena yang masih fokus pada laptopnya.

Tangan dibta gatal ingin menyentuh gelungan rambut lena dan melepaskan ikatan rumit itu.

Dibta berjongkok mengendus leher lena menghirup wangi wanita itu dan memainkan ikal yang terjatuh di dahi lena.

Dibta melepaskan gulungan rambut lena hingga tergerai dan mempermainkannya.

Hilang sudah kesabaran lena, dia lalu akan menerjang dibta ketika sepatunya kehilangan keseimbangan dan secara reflek mengalungkan tangannya pada leher dibta.

Dibta tersenyum menyeringai penuh kemenangan dan mulai  mencium bibir lena yang tersaji dihadapannya.

Alena & Adibta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang