selamat membaca!
•
"Gimana sekolah lo?" tanya Samudra agak memekik. Suara Tulus yang menyanyikan Gajah membuat suara berat Samudra tenggelam.
Milki agak berjinjit mendekati telinga Samudra, "Ya, gitu. Termokimia kejam, Dra."
Samudra tertawa, "Nggak mau keluar sebentar? Gue haus." Milki langsung mengangguk.
Milki melirik ke arah Brian dan Resha yang lagi asik saling tertawa dengan satu sama lain sambil sesekali membahas betapa dalamnya makna lirik lagu yang mereka dengar sekarang. Milki langsung mengurungkan niatnya untuk sekadar memberitahu Resha. Ia pun membuntuti Samudra yang sudah jalan terlebih dulu.
Udara segar terhembus tepat di permukaan wajah Milki dan Samudra. Walau dilengkapi pendingin ruangan, gedung sebesar sepertiga lapangan Gelora Bung Karno itu tetap menyesakkan.
"Gila, gue kalo lama-lama di tempat beginian bisa pusing." Samudra mencurahkan pendapatnya. Tangannya diletakkan di dalam saku celananya dan tangan satunya membenarkan rambutnya yang terlihat lebih panjang daripada Milki terakhir ketemu.
Milki tersenyum tipis, "Bokap gue juga begitu. Berarti lo kayak om-om, Dra."
"Lah, sialan." Samudra tertawa, membuat matanya menyipit. Kupu-kupu astral yang tak kasat mata mulai berterbangan di abdomen Milki. Santai, Milki, dia hanya tertawa walau— ya, Tuhan, Samudra lucu banget ah, batin Milki.
Mereka berdua berjalan ke salah satu stan minuman yang masih terbuka. Tidak terlalu banyak yang masih berada di luar gedung karena close gate sudah setengah jam yang lalu.
"Eh, kalau sudah close gate, kita masuknya gimana?" tanya Milki sambil sedikit mendongak karena tampaknya tingginya tidak terlalu bertambah sejak terakhir ia bertemu Samudra.
Samudra tersenyum bangga dan mengangkat kalung bertuliskan performer, "Pakai ini dong."
"Dih, sombongnya mas bassist." goda Milki dan Samudra pura-pura membersihkan pundaknya dengan wajah yang dibuat sok angkuh walau tidak cocok dengan wajahnya polos yang membuat Milki tertawa.
"Mau apa?" tanya Samudra dengan mata yang terfokus mengamati botol-botol yang tampak segar.
"Samain aja."
Samudra menyodorkan uang, "Air putih dua. Makasih."
Milki langsung meneguk air putih yang sudah dibukakan tutupnya oleh Samudra. Samudra juga ikut meminum air putihnya. Milki meminum air itu dengan pelan. Dirinya sesekali melirik ke arah Samudra yang minum sekali teguk hingga habis. Milki hanya tersenyum melihat kelakuan Samudra yang tak berubah.
"Kenapa?" tanya Samudra sesaat setelah menutup botol kosong yang ada di tangannya.
Milki menggeleng, "Gak, lucu aja."
"Dikira gue Sule?" tanya Samudra secara spontan dengan muka yang datar. Membuat Milki makin tak kuasa menahan senyum yang lama-lama membuat pipinya nyeri.
Di ujung pelupuk mata Milki, ia menangkap dua orang perempuan sedang saling bertukar pandang dan melihat ke arah Samudra. Namun, perempuan dengan paras yang imut itu seperti menggeleng malu dan menahan temannya untuk tidak datang ke arah Milki dan Samudra.
Bukan masalah jika ada perempuan yang bersikap seperti itu jika ada Samudra. Hanya saja itu akan jadi masalah jika Milki menganggap perempuan itu lebih cantik ketimbang dirinya.
Samudra yang sadar akan Milki yang melihat ke arah tiga perempuan itu bertanya, "Kalo naksir, deketin kek."
Milki spontan memukul keras lengan Samudra,"Gue gak lesbi."
Samudra tertawa dan mengacak rambut Milki, "Abis ngeliatinnya gitu banget. Eh, kok jalan kesini? Lo kenal, Mil? Eh, itu ..."
Tiga perempuan itu akhirnya berjalan ke arah mereka berdua. Samudra berhenti tertawa. Samudra tiba-tiba berubah menjadi tak nyaman. Milki jadi bingung dengan reaksi Samudra.
"Dara?"
"Nah, kan, Samudra pasti masih inget kamu kok." Perempuan yang satunya menyenggol pelan lengan gadis itu.
Gadis itu tersenyum malu, ia menyelipkan rambutnya yang sehitam batu bara dan tampak sehalus pantat bayi. Ditambah kulitnya yang kuning langsat itu sedikit pucat namun memancarkan rona yang merah di pipinya.
"Sejak kapan kamu ke Jakarta?" tanya Samudra. Mukanya berubah jadi kaku. Milki tersontak kaget saat Samudra mencengkram pergelangan tangannya yang berada di belakang badan Samudra.
Gadis itu meraih tangan Samudra, "Aku balik ke sini buat kamu, Dra."
•
s a l a m — s q u a c k
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Samudra
Teen FictionKalimat pertama: Milkita Prabowo sangat membenci namaya. Kalimat kedua: Samudra Yusuf sangat menyukai Milkita Prabowo. Keduanya merupakan kalimat aktif. Yang membedakannya hanyalah kalimat pertama merupakan fakta sedangkan kalimat kedua adalah opin...